Ukhuwah: Ciri dan Tantangan dalam Konteks Berbangsa dan Beragama
Ahad, 8 September 2024 | 05:30 WIB

Pengukuhan Pengurus Dewan Pimpinan MUI Kecamatan se-Kabupaten Pringsewu di Hotel Urban, Sabtu (7/9/2024). (Foto: Istimewa)
Muhammad Faizin
Penulis
Pringsewu, NU Online Lampung
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Lampung, H Suryani M Nur, mengingatkan pentingnya ukhuwah dalam konteks berbangsa dan beragama.
Ukhuwah pada mulanya berarti persamaan dan keserasian dalam banyak hal. Persamaan ini tidak hanya terbatas pada keturunan, namun juga mencakup persusuan, suku, agama, hingga profesi dan perasaan.
“Dalam masyarakat yang beragam, terutama di Indonesia, ukhuwah harus terus dijaga meskipun terdapat perbedaan agama. Persaudaraan ini penting untuk memelihara kesatuan dan keharmonisan di tengah masyarakat yang majemuk,” ujarnya dalam acara Pengukuhan Pengurus Dewan Pimpinan MUI Kecamatan se-Kabupaten Pringsewu yang digelar di Hotel Urban, Sabtu (7/9/2024).
Ia menjelaskan bahwa ukhuwah dalam Islam memiliki makna yang dalam, yaitu persaudaraan yang didasari oleh iman dan taqwa. Persaudaraan ini tidak hanya mempererat hubungan antarumat beragama tetapi juga memperkuat semangat kebangsaan.
Semangat kebangsaan, lanjutnya adalah fondasi yang penting dalam menjaga persatuan dan kesatuan negara, dan ukhuwah dapat memperkuatnya dengan menciptakan lingkungan yang harmonis dan saling mendukung.
“Prinsip ukhuwah mengajarkan kita untuk saling memahami, menghargai perbedaan, dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama. Hal ini sangat relevan dalam konteks kebangsaan, di mana keragaman harus dilihat sebagai kekayaan, bukan sebagai pemicu perpecahan,” ujarnya yang juga menjabat sebagai Wakil Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Tulang Bawang, Bandar Lampung ini.
Suryani pun menguraikan beberapa ciri mendasar dari ukhuwah masyarakat madani yang dibangun oleh Nabi Muhammad saw di antaranya adalah egalitarianisme atau hak setara bagi seluruh warga negara, penghargaan berdasarkan prestasi, partisipasi aktif masyarakat, penegakan hukum dan keadilan, toleransi dan pluralisme, serta musyawarah.
“Ciri-ciri ini harus menjadi panduan dalam kehidupan bermasyarakat untuk menjaga persatuan dan menciptakan keharmonisan,” katanya.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa merajut ukhuwah dalam konteks berbangsa dan beragama tidaklah mudah. Ada beberapa tantangan yang harus dihadapi, seperti stereotip yang berpotensi memicu prasangka negatif terhadap kelompok tertentu, berita palsu (hoaks) yang bisa memecah belah masyarakat, serta kesenjangan sosial yang dapat menimbulkan ketidakpuasan dan konflik.
“Untuk menghadapi tantangan ini, kita harus selalu waspada dan bijak dalam menyaring informasi, serta berupaya untuk mengurangi ketimpangan sosial. Kolaborasi dalam proyek-proyek sosial dan pendidikan karakter yang menanamkan nilai-nilai kebangsaan juga sangat penting,” tegas Suryani.
Ia berharap bahwa dengan memahami dan menghargai keragaman, menjaga komunikasi yang baik, serta mengedepankan kepentingan bersama, persatuan dan kesatuan bangsa dapat terus terjaga.
“Ini adalah tanggung jawab kita semua untuk menciptakan masyarakat yang saling mendukung dan berkomitmen terhadap kemajuan negara,” ungkapnya.
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: 3 Cara Meraih Pahala yang Setara dengan Haji bagi yang Tidak Mampu
2
Anggota DPRD Lampung Minta Dinas Pendidikan Konsisten Terapkan Jalur SPMB
3
Peluncuran CV Rich Makmur International hingga Pesantren Ramah Anak Semarakkan Harlah RMINU
4
Tasyakuran Harlah Ke-71 RMINU, PWNU Lampung Harap Pesantren Jadi Basis Penjaga Nilai Kebangsaan
5
Diikuti 46 Peserta, Muli Mekhanai Asal Bandar Lampung dan Tulang Bawang Tampil sebagai Pemenang
6
Perkuat Peran di Bidang Kesehatan, PW Muslimat NU Jalin Kerja Sama dengan Dinas Kesehatan Lampung
Terkini
Lihat Semua