• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Senin, 6 Mei 2024

Warta

Perlu Deteksi Dini Konflik Keagamaan di Indonesia

Perlu Deteksi Dini Konflik Keagamaan di Indonesia
Pelatihan Deteksi Dini Konflik Sosial Keagamaan Kemenag (Foto: Istimewa)
Pelatihan Deteksi Dini Konflik Sosial Keagamaan Kemenag (Foto: Istimewa)

Tangerang Selatan, NU Online Lampung  

Konflik sosial keagamaan bukan hanya di Indonesia, namun di semua tempat di dunia ini. Indonesia dengan keberagamannya yaitu agama, suku, bahasa, memiliki potensi terjadinya konflik sosial keagamaan. 


Demikian disampaikan oleh Kepala  Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) Kementerian Agama, Suyitno, saat membuka Pelatihan Deteksi Dini Konflik Sosial di Pusdiklat Kemenag, Tangerang Selatan, Banten, Senin (27/2/2023).


“Karenanya, Kementerian Agama ingin menjadi bagian penting untuk mengantisipasi potensi itu agar kemudian sedini mungkin bisa diatasi,” kata Suyitno.


Ia memaparkan, konflik yang sifatnya keagamaan dan kebangsaan harus segera kita lakukan deteksi sedini mungkin sehingga sebelum ada konflik, kita mampu mencegahnya.


“Deteksi dini itu melakukan langkah-langkah preventif sejak awal. Di antaranya mengetahui bagaimana melakukan langkah-langkah yang sifatnya preventif dan mitigatif serta bagaimana mampu memetakan permasalahan,” jelas Suyitno.


Ia berharap para alumni pelatihan diharapkan mendapatkan insight untuk mendeteksi potensi konflik dan terjun dengan langsung memberikan laporan di lapangan.


Sementara itu Kepala Pusat Tenaga Teknis Pendidikan dan Keagamaan, Mastuki mengungkapkan, pelatihan ini adalah tahun kedua dari rencana implementasi program unggulan religiosity index


“Pelatihan deteksi dini konflik sosial ini termasuk kategori  program unggulan Pusdiklat yang menggunakan pendekatan policy based training. Kurikulum dirancang oleh tim terdiri dari beberapa ahli terkait,” ujar Mastuki dilansir dari laman Kemenag.


Pelatihan dilaksanakan dalam 2 gelombang. Gelombang pertama 27 Februari-4 Maret 2023 dan gelombang kedua dilaksanakan 6-11 Maret 2023. “Pelatihan ini secara keseluruhan akan diikuti oleh 400 orang,” ungkapnya 


Ia mengatakan, gelombang pertama dibagi menjadi 6 angkatan  dengan jumlah peserta 202 orang, terdiri dari para Kepala Bidang Penerangan Agama Islam (Kabid Penais), Pembimbing Masyarakat (Pembimas) Hindu, Pembimas Buddha dan Khonghucu Kantor Wilayah (Kanwil) Kementerian Agama Provinsi seluruh Indonesia, Ketua/Pengurus Rumah Moderasi Beragama Perguruan Tinggi Keagamaan Islam, dan perwakilan eselon II Pusat serta Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) dari Provinsi DKI Jakarta dan Kota/Kab di Jakarta. 


Selanjutnya kata Mastuki, peserta angkatan VII-XII berasal dari para Pembimas Kristen, Pembimas Katolik Kanwil Kementerian Agama Provinsi seluruh Indonesia, Ketua/Pengurus Rumah Moderasi Beragama Perguruan Tinggi Islam, Wakil Rektor/Wakil Ketua PTK non Islam bidang kemahasiswaan, perwakilan eselon II Pusat. Kemudian dari FKUB dari Provinsi DKI Jakarta dan Kota/Kab di Jakarta, Jakarta Bogor Depok Tangerang Bekasi (Jabodetabek), dan Kelompok Kerja Penyuluh (Pokjaluh) semua agama di Kab/Kota di DKI Jakarta


“Total peserta untuk Gelombang 2 berjumlah 198 orang,” kata Mastuki.


Ia menambahkan, sejumlah fasilitator akan mendampingi peserta pelatihan ini yaitu Tenaga Ahli Menteri Agama dan Tim Religiosity Index.
 


Warta Terbaru