• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Kamis, 4 Juli 2024

Warta

Ngaji Kitab Al Hikam, Menemukan Kedamaian dalam Takdir dan Hikmah dari Ibnu Atha’illah

Ngaji Kitab Al Hikam, Menemukan Kedamaian dalam Takdir dan Hikmah dari Ibnu Atha’illah
Kajian Kitab Al Hikam PWNU Lampung, Senin (1/7/2024) (Foto: Dian R/ NUO Lampung)
Kajian Kitab Al Hikam PWNU Lampung, Senin (1/7/2024) (Foto: Dian R/ NUO Lampung)

Bandar Lampung, NU Online Lampung

Rais Syuriyah Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Lampung, KH Shodiqul Amin mengatakan, dalam setiap langkah kehidupan, manusia sering dihadapkan pada berbagai keadaan dan tantangan yang menguji kesabaran dan keikhlasan. 


Hal tersebut disampaikan pada lailatul ijtima’ dan kajian Kitab Al Hikam jajaran kepengurusan PWNU Lampung di Kantor PWNU Lampung, Jl Cut Meutia, Kecamatan Telukbetung Utara, Bandar Lampung, Senin (1/7/2024) malam.


Ia melanjutkan, tidak jarang, kita merasa ingin mengubah situasi yang kita hadapi atau menginginkan sesuatu yang berbeda dari yang telah ditetapkan oleh Allah. 


“Dalam menghadapi keadaan ini, kebijaksanaan dan petunjuk dari para ulama sering kali menjadi sumber inspirasi yang berharga. Salah satunya adalah Ibnu Atha’illah, seorang ulama sufi yang terkenal dengan kata-kata bijaknya yang penuh hikmah,” ujarnya. 


Kebijaksanaan Ibnu Atha’illah memberikan panduan bagi kita untuk menemukan kedamaian dalam menerima takdir Allah. Dengan memahami dan menghayati pesan-pesannya. Kita dapat belajar untuk hidup dengan ikhlas dan tawakal, menerima setiap keadaan dengan hati yang lapang. 


Salah satu ungkapan mendalam dari Ibnu Atha’illah yang mengandung banyak pelajaran berharga adalah, Pertama, keinginanmu untuk meninggalkan sebab-sebab duniawi ketika Allah telah menempatkanmu di dalamnya adalah nafsu tersembunyi. 


“Sebaliknya, keinginanmu untuk terlibat dalam sebab-sebab duniawi ketika Allah telah menempatkanmu dalam keadaan bebas dari sebab-sebab tersebut adalah penurunan dari semangat yang tinggi,” kata Kiai Shodiqul Amin.


Melalui ungkapan ini, Ibnu Atha’illah mengajarkan kita beberapa hikmah yang sangat penting, pertama, pemahaman tentang posisi dan peran kita. Ibnu Atha’illah menekankan bahwa setiap orang ditempatkan oleh Allah dalam posisi dan peran tertentu dalam kehidupan ini. 


“Ada kalanya kita berada dalam keadaan yang membutuhkan usaha dan keterlibatan dalam sebab-sebab duniawi. Pada saat lain, kita mungkin ditempatkan dalam keadaan yang lebih fokus pada pengabdian dan ibadah yang lebih langsung kepada Allah,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Darul Ishlah Tulang Bawang itu. 


Kemudian kedua, yakni ikhlas dan tawakal, menjadi inti dari ajaran ini. Ketika Allah menempatkan kita dalam keadaan yang memerlukan usaha duniawi, kita harus ikhlas menjalaninya dan melakukan yang terbaik tanpa mengeluh. 


“Ketika kita berada dalam keadaan yang lebih bebas dari sebab-sebab duniawi, kita harus menerima dan memanfaatkan kesempatan tersebut untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Menginginkan keadaan yang berbeda menunjukkan kurangnya keikhlasan dan tawakal dalam menerima takdir Allah,” katanya.


Ketiga, yaitu menghindari nafsu tersembunyi, ungkapan ini juga mengingatkan kita untuk selalu introspeksi dan menyadari adanya nafsu tersembunyi dalam diri kita. Keinginan untuk meninggalkan sebab-sebab duniawi ketika Allah menempatkan kita di dalamnya bisa jadi bukan murni karena cinta kepada Allah, melainkan karena ketidakpuasan atau keinginan yang tersembunyi. 


“Demikian pula sebaliknya, keinginan untuk terlibat dalam sebab-sebab duniawi ketika Allah telah memberikan kesempatan untuk fokus pada ibadah adalah penurunan dari semangat dan tujuan yang lebih tinggi,” paparnya. 


Keempat, yaitu kesadaran akan takdir Allah, ungkapan ini mengajarkan kita tentang pentingnya kesadaran akan takdir Allah. Setiap keadaan yang kita hadapi adalah bagian dari takdir Allah yang harus diterima dengan penuh kesadaran dan keikhlasan. Menentang atau menginginkan keadaan yang berbeda dari yang Allah tetapkan hanya akan menjauhkan kita dari rasa syukur dan ridha kepada-Nya.


Ketua PWNU Lampung, H Puji Raharjo, dalam perjalanan hidup yang penuh dengan liku-liku, nasihat dari Ibnu Atha’illah ini memberikan panduan yang sangat berharga tentang bagaimana kita seharusnya menyikapi takdir dan peran yang Allah tetapkan bagi kita. 


“Keikhlasan, tawakal, kesadaran akan nafsu tersembunyi, dan penerimaan terhadap takdir Allah adalah kunci untuk menjalani hidup dengan penuh makna dan kedekatan kepada Allah,” katanya.


Semoga kita semua dapat mengambil hikmah dari ajaran beliau dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga kita dapat hidup dengan penuh kedamaian dan ketenangan dalam menerima takdir yang telah Allah tetapkan.
 


Editor:

Warta Terbaru