Warta

Masyarakat Wonoasri Tanggamus, Setiap Tahun Lestarikan Tradisi Lebaran Ketupat

Ahad, 30 April 2023 | 09:26 WIB

Masyarakat Wonoasri Tanggamus, Setiap Tahun Lestarikan Tradisi Lebaran Ketupat

Perayaa. Lebaran ketupat di Kampung Wonoasri Tanggamus, Lampung, sebagai sarana silaturahim warga (Foto: Yudi Prayoga)

Tanggamus, NU Online Lampung

Masyarakat Kampung Wonoasri,  Kecamatan Kelumbayan Barat, Tanggamus, mengadakan Lebaran ketupat di Masjid Nurul Huda Wonoasri, Sabtu (28/4/2023).


Kegiatan ini diadakan sebagai halal bi halal, silaturahim dan mempertahankan tradisi yang baik sejak puluhan tahun silam. 

 

Ketua masjid Nurul Huda Wonoasri, Ridwan Ali mengatakan, lebaran ketupat merupakan bagian dari shadaqah masyarakat berupa makanan ketupat. 

 

"Lebaran ketupat merupakan bagian dari kita bershadaqah makanan," katanya.

 

Menurutnya, tujuan dari lebaran ketupat dan kumpul bersama di masjid merupakan tempat silaturahim dan mendoakan leluhur yang sudah meninggal. 

 

"Lebaran ketupat juga merupakan sarana silaturahim kita semua, dan untuk mendoakan leluhur-leluhur kita yang telah tiada (meninggal dunia)," ujanya. 

 

Sedangkan menurut salah satu warga Wonoasri, Suratman, tradisi ini sudah ada sejak tahun 1977, ketika percampuran berbagai suku bangsa di daerah tersebut, seperti Jawa, Sunda, Minangkabau, Lampung, Semendo. Dan tradisi ketupat salah satunya pengaruh dari Jawa dan Sunda. 

 

"Kupatan sudah ada sejak tahun 1977, ketika daerah tersebut dihuni dari berbagai suku bangsa, dan pengaruh dari Jawa," tuturnya. 

 

Tradisi lebaran ketupat juga sangat bagus dan harus dilestarikan, karena itu bagian dari seni budaya bangsa Indonesia. Dan agar tetap lestari. 

 

"Tradisi ketupat ini sangat bagus, karena melestarikan budaya agar tidak lupa. Itulah kenapa setiap tahun harus dibuat dan diadakan."

 

Lebaran ketupat dimulai pukul 06.00.WIB, ditandai dengan pemukulan kentongan masjid yang menandakan acara segera akan dimulai dan warga diharapkan agar segera terkumpul. 

 

Sebelum dimulai, ketua masjid memberikan sambutan dan pengarahan, setelah itu dilanjutkan dengan pembacaan doa tahlil yang dikhususkan untuk keluarga yang telah meninggal dan diakhiri dengan makan bersama-sama.

 

Masing-masing warga membawakan ketupat dan opor ayam, sayur tempe dan tahu yang dimasak di rumah masing-masing. 

 

Sesampai di masjid dan didoakan, ketupat tersebut saling ditukar dengan yang lainnya. Sehingga masing-masing warga bisa merasakan masakan dari para tetangganya.

(Yudi Prayoga)