• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Warta

Ketua Umum PBNU Ajak Konsolidasi Nahdliyin untuk Aktivasi Demografi NU

Ketua Umum PBNU Ajak Konsolidasi Nahdliyin untuk Aktivasi Demografi NU
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf
Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf

Jakarta, NU Online Lampung

Semakin bertambah usia, kian banyak juga pengikut Nahdlatul Ulama (NU) atau nahdliyin. Jika pada Pemilu tahun 1955 NU hanya mendapatkan 18 persen suara, berbagai survei menyebutkan bahwa pengikut NU ada sekitar 50 persen dari total seluruh populasi umat Islam di Indonesia.


Demikian disampaikan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf saat menerima kunjungan Ikatan Keluarga Alumni Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (IKA PMII) di Gedung PBNU Lantai 5, Jalan Kramat Raya 164, Jakarta, Senin (22/8/2022).


"Namun, pertumbuhan jumlah pengikut NU ini beriringan dengan integritas karakter bangsa yang semakin merosot. Banyaknya orang NU tentu memiliki pemikiran yang tidak sama, " katanya seperti dikutif dari NU Online


Kiai yang akrab disapa Gus Yahya menyatakan, kalau  dibiarkan proses ini berlangsung, risiko konsekuensi logisnya, NU ini hanya sekadar menjadi demografi pasif. “Kalau menjadi begitu, wujuduhu kaadamihi, adanya (NU) seperti tidak ada,” ujarnya.


Melihat fakta demikian,  Gus Yahya menegaskan, NU berupaya mengubah realitas pasif itu menjadi realitas aktif dengan menggerakkan NU sebagai agen atas agenda-agenda. “NU ini dari kemungkinan menjadi realitas pasif bagaimana menjadi realitas aktif, menjadi agen dari agenda-agenda,” kata Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.

 

Oleh karena itu, Gus Yahya berharap agar semua elemen di NU bergerak bersama dalam mewujudkan realitas demografis yang aktif itu dengan konsolidasi. “Harus dikonsolidasikan supaya punya kapasitas untuk menjalankan agenda di tengah kekalutan dunia fana ini,” jelasnya.


Pasalnya, lanjut Ketua Umum PBNU itu, selama ini beberapa elemen di NU ini berjalan sendiri-sendiri. “Sementara kita tahu, sama-sama ngaku NU buat sendiri-sendiri tanpa tahu nyambung satu sama lain,” ujarnya.

 

Atas dasar itu, Gus Yahya memiliki gagasan governing NU atau menjadikan NU seperti pemerintahan. “Saya melakukan exercise sampai kesimpulan opsi paling realistis tentang konstruksi organisasi NU ini menjadikannya beroperasi laksana pemerintah dengan berbagai pertimbangan dan argumentasi,” tuturnya.

 

Sebab, sebagaimana disebut di awal, NU memiliki pengikut yang besar dengan corak bermacam-macam. Bedanya dengan pemerintah, hanya pada ketiadaan teritori dan pemaksaan terhadap pengikutnya. "NU laksana negara, minus teritori dan wewenang paksa fisik. Elemennya punya nature seperti kewargaan negara,” pungkasnya.


Warta Terbaru