• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Kamis, 25 April 2024

Warta

Kemenag RI Umumkan 1 Ramadhan Jatuh pada Ahad 3 April 2022

Kemenag RI Umumkan 1 Ramadhan Jatuh pada Ahad 3 April 2022
Menteri Agama, H Yaqut Cholil Qoumas saat mengumumkan hasil sidang isbat
Menteri Agama, H Yaqut Cholil Qoumas saat mengumumkan hasil sidang isbat

Jakarta, NU Online Lampung 
Menteri Agama Republik Indonesia (Menag RI), H Yaqut Cholil Qoumas dalam sidang isbat menetapkan awal Ramadhan jatuh pada hari Ahad, 3 April 2022. Sidang isbat ini diselenggarakan oleh Kementerian Agama Republik Indonesia (Kemenag RI) di Auditorium H M Rasjidi Jl M H Thamrin, Jakarta, pada Jumat (1/4/2022).


Menteri Agama, H Yaqut Cholil Qoumas mengatakan, awal Ramadhan jatuh pada 3 April 2022 atau pada Ahad. 


“Setelah melalui pengamatan di 101 titik rukyat, 34 Provinsi di Indonesia, kesemuanya tidak melihat hilal. Maka bulan Sya’ban diistikmalkan dan ditetapkan awal Ramadhan jatuh pada 3 April 2022 atau pada hari Ahad,” ungkapnya. 


Kementerian Agama selalu menggunakan metode hisab perhitungan dan metode rukyat atau pengamatan langsung keberadaan hilal. Kedua metode ini saling melengkapi satu sama lain. Perukyat harus menguasai hisab, tanpa kedua metode tersebut maka tidak bisa merukyat dengan baik. Serta hisab yang sifatnya informatif tentang posisi hilal harus dirukyat.


Kegiatan tersebut diawali dengan seminar posisi hilal mulai pukul 17.00 WIB oleh anggota Tim Unifikasi Kalender Hijriyah Kemenag RI, dan Peneliti BRIN, Prof H Thomas Djamaluddin mengatakan, mulai tahun 2022 ini Kemenag RI mengikuti kriteria Mabims (Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura) yaitu dengan minimal tinggi hilal 3 derajat dan elongasi 6,4. 


Dalam paparannya, Thomas Djamaluddin mengungkapkan, secara astronomis posisi hilal di Indonesia pada saat maghrib 1 April 2022 masih berada di bawah kriteria baru Mabims yang ditetapkan pada 2021, sehingga kemungkinan tidak dapat teramati. 


“Di Indonesia, posisi hilal awal Ramadhan 1443 H terlalu rendah sehingga hilal yang sangat tipis tidak mungkin mengalahkan cahaya syafak (senja), sehingga  kemungkinan tidak terlihat,” ungkap Thomas. 


Kriteria baru Mabims menetapkan bahwa secara astronomis, hilal dapat teramati jika bulan memiliki ketinggian minimal 3 derajat dan elongasinya minimal 6,4 derajat. Sementara menurut Thomas Djamaluddin, pada saat maghrib 1 April 2022, posisi bulan di Indonesia tingginya kurang dari 2 derajat dan elongasinya sekitar 3 derajat. 


“Hilal kemungkinan tidak teramati. Kalau ada yang mengklaim melihat hilal, dimungkinkan itu bukan hilal. Secara astronomi klaim itu bisa ditolak,” ungkapnya.


Sidang isbat ini juga diikuti oleh perwakilan ormas Islam, perwakilan duta besar negara sahabat, serta jajaran Kemenag.
(Dian Ramadhan


Warta Terbaru