• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Rabu, 8 Mei 2024

Warta

Jaga Khazanah Keislaman Nusantara, Kemenag Luncurkan Digitalisasi Pesantren

Jaga Khazanah Keislaman Nusantara, Kemenag Luncurkan Digitalisasi Pesantren
Jaga Khazanah Keislaman Nusantara, Kemenag Luncurkan Digitalisasi Pesantren. (Foto: Istimewa)
Jaga Khazanah Keislaman Nusantara, Kemenag Luncurkan Digitalisasi Pesantren. (Foto: Istimewa)

Jakarta, NU Online Lampung

Kementerian Agama (Kemenag) meluncurkan Digitalisasi Pesantren pada Devotion Experience (Dev-X) di Jakarta Convention Center (JCC), Sabtu (6/1/2024). Ada dua aplikasi yang diluncurkan pada kegiatan tersebut yakni Pegon Virtual Keyboard dan Rumah Kitab.

 

Menteri Agama, H Yaqut Cholil Qoumas mengatakan, diluncurkannya dua aplikasi tersebut menjadi salah satu upaya Kementerian Agama dalam melestarikan khazanah nusantara dan keilmuan keislaman.

 

“Ini menjadi bagian dari upaya menjaga khazanah nusantara. Karena aksara pegon sendiri sudah digunakan sejak para Wali Songo, untuk melakukan dakwah. Belakangan sudah mulai hilang, dan kita tidak mengininkan ini tentunya,” ujar Gus Men sapaan karibnya.

 

Menurut Gus Men, salah satu cara melestarikan aksara Pegon adalah dengan mendigitalisasikannya. “Khazanah ini agar bisa tetap dipertahankan dengan digitalisasi. Dimulai sejak setahun lalu dengan melibatkan ahli khat. Ini sangat luar biasa,” ungkapnya.

 

Menurut penelitian, huruf ini dulu digunakan bangsa Melayu dalam mesyiarkan keilmuan dan keislaman. Selain Pegon Keyboard Virtual, Kemenag juga merilis Rumah Kitab.

 

“Rumah kitab itu aplikasi untuk belajar kitab tetapi dilakukan secara virtual, seperti ruang guru. Rumah Kitab bisa dipelajari tanpa mengenal jarak dan waktu, dengan modal handphone dan paket data,” tuturnya.

 

Kehadiran Rumah Kitab juga menjadi upaya Kementerian Agama dalam menjaga keilmuan serta keislaman yang selama ini digunakan pendidikan pesantren.

 

Meski demikian, Gus Men juga menilai masih ada kelemahan dalam aplikasi ini. Bukan dari segi sistem, namun secara keberkahan dalam menuntut ilmu.

 

“Tak ada yang sempurna pasti ada kelemahannya, terutama keberkahannya. Karena dulu santri datang ke pesantren niat awalnya adalah ambil barakah dulu, baru belajar,” katanya.

 

Ia melanjutkan, tapi mudah-mudahan meski demikian tetap barakah. Karena ini memenuhi kebutuhan zaman. Karena sekali lagi ini niatnya menjaga khazanah nusantara dan keislaman dengan baik.


Warta Terbaru