• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Jumat, 19 April 2024

Warta

Muktamar Ke-34 NU

Gus Muwafiq: Islam Tidak Serta Merta Berjalan Sendiri

Gus Muwafiq: Islam Tidak Serta Merta Berjalan Sendiri
Gus Muwafiq menghadiri Pembukaan Bazar Muktamar di Lapangan Saburai, Enggal, Bandar Lampung Rabu (22/12/2021).
Gus Muwafiq menghadiri Pembukaan Bazar Muktamar di Lapangan Saburai, Enggal, Bandar Lampung Rabu (22/12/2021).

Bandar Lampung, NU Online Lampung
KH Ahmad Muwafiq atau lebih akrab disapa Gus Muwafiq mengisi tausyiah pada acara pembukaan bazar dan pameran di Lapangan Saburai, Enggal, Bandar Lampung pada Selasa sore (21/12/2021).

 

Gus Muwafiq mengungkapkan bahwa Islam itu terus berjalan dari Arab melewati gurun pasir, laut, selat, dan daratan panjang hingga tersebar ke seluruh dunia khususnya Nusantara. 

 

"Islam dimulai dari Arab terus berjalan dan ditakdirkan sampai ke Indonesia untuk menjadi rahmatan lil alamin," ungkap Gus Muwafiq.

 

Lanjut Gus Muwafiq, bahwa Rasulullah saw hidup di tahun 600an, dengan ruang geografis dan sosiologisnya Arab. Kehidupan Nabi berhenti di wilayah Madinah, itu artinya ajaran Islam bergelut dengan budaya, bahasa, dan sosio kultur bangsa Arab.  

 

Setelah dari Arab, Islam mulai berjalan keluar menempati ruang-ruang budaya lain, seperti Persia, Turki, Mesir, Tunisia, China, dan Nusantara. Hingga melahirkan corak Islam yang beragam budayanya. 

 

"Perjalanan Islam tidak serta merta berjalan sendiri atau otomatis melainkan ada aktor pendukung yakni Sahabat Nabi, kemudian turun terus ke Tabi'in, Tabi' Tabi'in, terus melaju sampai era Ulama, Wali Songo dan Kiai-kiai," imbuh Gus Muwafiq.

 

Tambah kiai yang kelahiran Lamongan tersebut bahwa mata rantai ini tidak boleh putus dan tidak boleh melupakan proses Islam yang panjang sampai ke Nusantara. Dengan melewati berbagai kultur dan budaya wilayah-wilayah yang di lewati.

 

Hingga bisa merangkul segala budaya, sosio kultur, dan adat istiadat setempat, inilah yang dinamakan Islam yang rahmatan lil alamin. "Islam yang diuji di Jazirah Arab, Padang Pasir tandus, dengan berbagai keterbatasan akhirnya bisa lulus," katanya.

 

Sampai ketika Islam keluar melewati daerah yang lebih berbeda dengan Arab, Islam akan bertindak santai, luwes dan bisa mengimbangi.
(Yudi Prayoga)


Warta Terbaru