• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Sabtu, 20 April 2024

Warta

Muktamar Ke-34 NU

Bangkitkan Kaum Cendekia, Lakpesdam Gelar Diskusi Tashwirul Afkar pada Muktamar Ke-34 NU

Bangkitkan Kaum Cendekia, Lakpesdam Gelar Diskusi Tashwirul Afkar pada Muktamar Ke-34 NU
Acara Lakpesdam di Fakultas Hukum, Universitas Lampung
Acara Lakpesdam di Fakultas Hukum, Universitas Lampung

Bandar Lampung, NU Online Lampung
Munculnya embrio Nahdlatul Ulama (NU) tidak terlepas dari gerakan pemuda berpikir (pemuda tashwirul afkar) dalam menjaga ajaran ahlussunnah wal jama’ah. Forum tashwirul afkar didirikan oleh KH Wahab Chasbullah yang juga berperan dalam berdirinya NU. Salah satu pemikiran Wahab Chasbullah yakni menekankan pentingnya kebebasan dalam keberagamaan terutama dalam kebebasan berpikir dan berpendapat. 

 

Dalam rangka membangkitkan semangat kaum berpikir ini, Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) PBNU dan Lakpesdam PWNU Lampung sukses gelar diskusi Taswirul Afkar yang dilaksanakan secara hybrid yang dihadiri 100 peserta diskusi di gedung A1 Fakultas Hukum Universitas Lampung (Unila) pada 22 Desember 2021. 

 

Ketua lakpesdam PWNU Lampung, Rudy menegaskan bahwa adanya webinar ini sebagai bentuk sinergi antara Lakpesdam PBNU dan Lakpesdam PWNU Lampung  dalam rangka menciptakan kaum intelek terutama dalam rangka menyambut satu abad NU.  

 

KH Marzuki Wahid Sekretaris Lakpesdam PBNU yang juga membuka acara secara resmi ini mengungkapkan dalam sambutannya bahwa dalam catatan sejarah Tashwirul afkar menjadi wadah melahirkan ilmuan yang produktif dan dirasakan masyarakat. 

 

Lebih lanjut, KH Marzuki menjelaskan bahwa kaum cendekia (tashwirul afkar) ini sangat berperan penting dalam penyelesaiaan berbagai problematika pendidikan yang bisa dilakukan dengan cara belajar, mengkaji, berdiskusi dan penerbitan jurnal baik nasional dan Internasional. 

 

Sejalan dengan hal ini, pentingnya mengkaji keilmuan Nadhlatul Ulama yang tidak hanya dalam bentuk manuskrip saja melainkan harus terpublikasikan melalui digitalisasi, dijaga fisiknya karyanya dan sampai pada masyarakat. “Prosesnya tidak hanya sampai pada digitalisasi saja contohnya kita ada ada karya nih, kita digitalisasikan tapi tidak dicetak, ya sama saja tidak sampai pada masyarakat secara utuh,” kata Prof Asfa Widiyanto Guru Besar IAIN Salatiga.

 

Dalam rangka mencapai tujuan dari tashwirul afkar ini sangat diperlukannya penguasaaan teknologi baik secara teori dan aplikasi. “Jika setiap orang mampu berpikir, mengembangkan dan menicpta ditambah lagi dengan kemampuan penguasaan teknologi maka warga Indonesia nadhliyyin khususnya mampu menjaga keilmuan dan ajaran ahlus sunnah secara komprehensif," ujar Prof Suripto Dwi Yuwono narasumber yang juga menjadi Dekan Fakultas MIPA Universitas Lampung.

 

Hadir sebagai narasumber terakhir Dr Khamami Zada menjelaskan tentang jurnal taswirul afkar yang mempublikasikan hasil penelitian di kalangan ulama dan intelektual untuk kemajuan peradaban dunia. 

 

Jurnal ini didirikan pada tahun 1996 dengan izin resmi perpustakaan nasional yang diterbitkan oleh Lakpesdam PBNU secara online dan terbuka. “Jadi kalau sudah ada wadah nya (jurnal tashwirul afkar) ini apalagi yang dinanti, ayo nulis ayo kita bangkitkan pemikiran melalui tulisan-tulisan”, papar Wakil Ketua Lakpesdam PBNU ini. (*)


Warta Terbaru