Tata Cara Puasa Ramadhan: Lafal Niat, Waktu Pelaksanaan, dan Keutamaannya
Jumat, 28 Februari 2025 | 11:15 WIB
Ila Fadilasari
Penulis
Sebelum melaksanakan puasa Ramadhan, sebaiknya kita mengetahui terlebih dahulu berbagai ketentuan tentang puasa Ramadhan. Salah satu diantaranya adalah dalil, lafal niat dan tata cara melaksanakannya.
Disebut bulan “Ramadhan”, menurut Syekh Hasan bin Ahmad al-Kaff, karena dulu saat penamaannya bertepatan dengan cuaca yang sangat panas. Ramadhan berasal dari kata الرَّمْضَاءُ (al-ramdhâ’) yang artinya sangat panas. Ada juga yang mengatakan, kata “panas” diidentikkan dengan pembakaran (pengampunan) dosa, karena ampunan Allah terbuka lebar pada bulan tersebut.
Dalil Puasa Ramadhan
Dalil puasa Ramadhan, disebutkan Allah swt dalam Al-Quran:
يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ كُتِبَ عَلَيۡكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبۡلِكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَتَّقُونَ
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa (QS Al-Baqarah [2]: 183).
Rasulullah saw juga bersabda:
بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَإِقَامِ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ وَحَجِّ الْبَيْتِ وَصَوْمِ رَمَضَانَ (رَوَاهُ البُخَارِيُّ وَمُسْلِمٌ)
Artinya: Islam dibangun di atas lima perkara: (1) bersaksi bahwa tidak ada yang berhak disembah melainkan Allah dan bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan Allah, (2) menunaikan shalat, (3) menunaikan zakat, (4) menunaikan haji ke Baitullah, dan (5) berpuasa Ramadhan (HR al-Bukhari dan Muslim).
Waktu Puasa Ramadhan
Puasa Ramadhan dilaksanakan selama satu bulan penuh pada bulan Ramadhan. Terkait waktu kapan mulai dan berakhirnya bulan Ramadhan, diputuskan oleh pemerintah melalui Kementrian Agama dengan menggunakan metode rukyat (aktivitas mengamati visibilitas hilal, penampakan bulan sabit yang tampak pertama kali setelah terjadinya ijtimak) dan hisab (perhitungan secara matematis dan astronomis untuk menentukan posisi bulan).
Baca Juga
Syarat dan Rukun Puasa Ramadhan
Durasi atau lama waktu berpuasa, sama seperti puasa pada umumnya, yaitu dari mulai terbitnya fajar sampai terbenamnya matahari. Selama durasi tersebut, orang yang berpuasa harus menghindari hal-hal yang membatalkan puasa.
Lafal Niat Puasa Ramadhan
Bagi orang yang hendak melaksanakan puasa Ramadhan, wajib membaca lafal niat puasa. Waktunya dapat dilakukan sejak matahari terbenam sampai terbit fajar.
Berikut adalah lafal niatnya:
Baca Juga
Sejarah Diwajibkannya Puasa Ramadhan
نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانِ هٰذِهِ السَّنَةِ لِلّٰهِ تَعَالَى
Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i fardli syahri Ramadlâni hâdzihis sanati lillâhi ta‘âlâ
Artinya: Aku berniat puasa esok hari demi menunaikan kewajiban bulan Ramadhan tahun ini karena Allah ta’âlâ.
Keutamaan Puasa Ramadhan
Sebagai bulan paling mulia, berpuasa Ramadhan pada bulan itu memiliki banyak sekali keutamaan. Berikut beberapa di antaranya, dilansir dari NU Online:
Pertama, diangkat derajatnya.
Salah satu keutamaan puasa Ramadhan adalah diangkatnya derajat di sisi Allah swt. Syekh ‘Izzuddin (w 1181 M) mengutip salah satu hadits Nabi yang menyatakan:
إِذَا جَاءَ رَمَضَانَ فُتِحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِيْنَ
Artinya: Ketika Ramadhan tiba, dibukalah pintu-pintu surga, ditutuplah pintu-pintu neraka dan setan pun dibelenggu (HR Imam Muslim).
Menurut Syekh ‘Izuddin, maksud dibukanya pintu surga adalah pada bulan Ramadhan ada banyak amal ibadah yang menyebabkan dibukanya pintu surga. Sementara maksud dikuncinya pintu neraka adalah karena pada bulan tersebut sedikit perbuatan maksiat yang menyebabkan dikuncinya pintu neraka. Sedangkan maksud setan dibelenggu karena saat kondisi berpuasa, setan tidak menggoda manusia untuk bermaksiat (‘Izzuddin, Maqâshidush Shaum, halaman 12).
Kedua, dilipatgandakan pahala.
Setiap amal ibadah yang dilakukan manusia, akan dibalas sebesar 10 kali lipat, 700 kali lipat, sampai besaran yang Allah kehendaki. Tapi berbeda dengan puasa.
Menurut Imam Al-Qruthubi (wafat 1273 M), saking besar pahala yang diperoleh orang yang berpuasa di bulan Ramadhan, sampai-sampai hanya Allah yang tahu besarannya.
Sebagaimana sabda Rasulullah saw:
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ
Artinya: Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku sendiri yang akan membalasnya” (HR Muslim).
Bahkan, menurut Syekh Utsman Syakir dengan mengutip Abul Hasan menjelaskan, setiap ibadah akan dibalas surga oleh Allah. Berbeda dengan puasa, pahalanya adalah langsung bersua dengan Allah di akhirat nanti, tanpa ada penghalang (hijâb) apapun. Dalam klasifikasi pahala, level pahala tertinggi adalah berjumpa dengan Allah kelak (Utsman Syakhir, Durratun Nâshihîn, halaman 12).
Kedua, sebagai kontrol syahwat.
Keutamaan lain dari berpuasa adalah mampu mengontrol syahwat. Ketika syahwat berhasil dikontrol, akan terhindar dari godaan setan karena syahwat merupakan pintu masuk utamanya. Jika setan tidak menggoda, akan terhindar hari perbuatan maksiat.
Rasulullah saw bersabda:
يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ، وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ، فَإِنَّهُ لَهُ وِجَاءٌ
Artinya: Wahai para pemuda, barangsiapa yang mampu untuk menikah, maka menikahlah. Sesungguhnya menikah lebih bisa menundukkan pandangan dan lebih mudah menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum mampu menikah, maka berpuasalah, sesungguhnya puasa itu adalah penekan syahwatnya (HR Imam Ahmad dan Imam al-Bukhari).
Menurut Imam al-Ghazali, sumber utama perbuatan maksiat adalah hawa nafsu. Sementara "bahan bakar" nafsu itu sendiri adalah makanan. Saat seseorang berpuasa, secara otomatis konsumsi makanan dalam tubuh berkurang. Dengan begitu, ia mampu menundukkan hawa nafsu dan mencegah diri dari perbuatan maksiat. (Al-Ghazali, Ihyâ ‘Ulûmiddîn, juz 3, halaman 35).
Terpopuler
1
Resmi Dilantik, Berikut Susunan Kepengurusan PW GP Ansor Lampung Masa Khidmah 2024-2028
2
GP Ansor Lampung Gelar Pelantikan Pengurus 2024-2028 di UIN Raden Intan, Tandai Kebangkitan Baru
3
Saat Kang Jalal Pringsewu Robohkan Sapi Presiden Prabowo
4
PW GP Ansor Lampung Lantik LP3H, Komitmen Kuat Dampingi Sertifikasi Halal UMKM
5
Yuk Infak dan Menjadi Bagian Pengadaan Ambulans Ke-7 NU Peduli Pringsewu 2025
6
4 Doa yang Dianjurkan ketika Pulang Haji
Terkini
Lihat Semua