Syiar

Sejarah Shalat Lima Waktu dan Keutamaannya

Ahad, 12 Januari 2025 | 15:26 WIB

Sejarah Shalat Lima Waktu dan Keutamaannya

Ilustrasi shalat. (Foto: NU Online)

Shalat lima waktu merupakan salah satu rukun Islam yang paling penting dan wajib dilaksanakan oleh setiap Muslim. Sejarah pelaksanaan shalat lima waktu memiliki akar yang kuat dalam perkembangan Islam, yang bermula sejak masa Nabi Muhammad saw.

 

Pada awalnya, umat Islam hanya diperintahkan untuk melakukan shalat dua kali dalam sehari, yaitu shalat Fajr (subuh) dan shalat Isya (malam). Namun, seiring berjalannya waktu, perintah shalat lima waktu disempurnakan melalui peristiwa Isra' Mi'raj.

 

Isra' Mi'raj merupakan perjalanan spiritual yang dialami oleh Nabi Muhammad saw, di mana beliau melakukan perjalanan dari Masjidil Haram di Makkah menuju Masjidil Aqsa di Yerusalem, kemudian naik ke langit untuk bertemu dengan Allah swt. 

 

Dalam peristiwa yang terjadi pada malam hari itu, Allah swt memberikan perintah langsung kepada Nabi Muhammad untuk melaksanakan shalat lima waktu.

 

Hal ini sebagaimana disebutkan dalam surat Al-Isra' ayat 1:

 

سُبْحَـٰنَ ٱلَّذِى أَسْرَيٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِّنَ ٱلْمَسْجِدِ ٱلْحَرَامِ إِلَى ٱلْمَسْجِدِ ٱلْأَقْصَا ٱلَّذِى بَـٰرَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ ءَايَـٰتِنَآ، إِنَّهُ هُوَ ٱلسَّمِيعُ ٱلْبِصِيرُ

 

Artinya: Maha suci Allah yang telah mengisra'kan hamba-Nya pada malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang kami berkahi sekelilingnya, untuk kami tunjukkan kepadanya tanda-tanda (kebesaran dan kekuasaan) Kami. Sesungguhnya (Allah) Maha Mendengar dan Melihat (QS Al-Isra': 1).

 

Pada awalnya, jumlah shalat yang diwajibkan adalah lima puluh kali dalam sehari semalam. Namun, setelah beberapa kali pertemuan dengan Allah, Nabi Muhammad saw memohon agar jumlah shalat dikurangi. 

 

Akhirnya, jumlah shalat diperintahkan menjadi lima kali sehari, namun pahala yang diterima setara dengan lima puluh kali shalat. Inilah yang menjadi dasar pelaksanaan shalat lima waktu dalam Islam, yaitu shalat Subuh, Zuhur, Ashar, Maghrib, dan Isya.

 

Setelah peristiwa Isra' Mi'raj, shalat lima waktu menjadi kewajiban yang harus dilaksanakan oleh umat Islam. Meskipun terdapat tantangan dan ujian bagi umat Islam dalam menjalankan kewajiban ini, pelaksanaan shalat lima waktu tetap menjadi simbol ketundukan dan kepatuhan seorang Muslim kepada Allah swt. Allah swt berfirman:

 

إِنَّ ٱلصَّلَـٰوةَ كَانَتْ عَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ كِتَـٰبًا مَّوْقُوتًا

 

Artinya: Sesungguhnya shalat itu adalah suatu kewajiban dalam waktu-waktu tertentu bagi orang-orang mukmin (QS An-nisa: 103)

 

Selain itu, shalat bukan hanya sekadar ibadah ritual, tetapi juga menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, mendapatkan ketenangan batin, dan memperkuat ikatan ukhuwah sesama Muslim.

 

Seiring dengan perkembangan zaman, pelaksanaan shalat lima waktu telah terorganisir dengan baik melalui berbagai mekanisme, seperti jadwal waktu shalat yang dapat diakses dengan mudah, baik melalui aplikasi maupun kalender. 

 

Shalat lima waktu juga memiliki peran penting dalam menjaga disiplin dan keseimbangan hidup umat Islam. Sebagai ibadah yang terus dilaksanakan setiap hari, shalat lima waktu menjadi salah satu pengingat utama bagi setiap Muslim untuk tetap mendekatkan diri kepada Allah, menjaga akhlak, dan memperbaiki diri.

 

Ibadah shalat juga menjadi penentu dari semua amal di hari akhir kelak. Singkatnya, seseorang yang istiqamah mengerjakan shalat fardhu, maka semakin mudah meniti jalan ke surga. Rasulullah bersabda:

 

أَوَّلُ مَايُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الصَّلَاةُ فَإِنْ صَلُحَتْ صَلُحَ لَهُ سَائِرُ عَمَلِهِ وَإِنْ فَسَدَتْ فَسَدَلَهُ سَائِرُ عَمَلِهِ

 

Artinya: Pertama kali yang akan dihisab atas seorang hamba Allah di hari kiamat adalah shalat. Apabila ia baik, niscaya baik semua amalnya. Dan apabila ia buruk niscaya buruk semua amalnya (Diriwayatkan oleh Thabrani dalam kitab Al-Ausath dan Dilya' dalam kitab Al-Mukhtarah dari sahabat Anaa ra dengan isnad hasan).

 

إِنَّ أَوَّلَ مَايُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ. رَوَاهُ التِّرْمِذِى وَأَبُو دَاوُد وَابْنُ مَاجَه عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ (واللفْظُ للتّرمِذى) بِإِسْنَادٍ حَسَنٍ

 

Artinya: Sesungguhnya pertama kali yang akan dihisab atas seorang hamba Allah di hari kiamat adalah shalat. Apabila shalatnya baik, maka ia beruntung dan selamat. Dan apabila shalatnya buruk, maka pasti celaka dan rugi. Diriwayatkan Tirmidzi, Abu Daud dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah ra  (redaksi Tirmidzi dengan isnad yang hasan)