• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Jumat, 29 Maret 2024

Syiar

Rendah Hati, Memetik Hikmah atas Kisah Nabi Musa dan Nabi Hidir

Rendah Hati, Memetik Hikmah atas Kisah Nabi Musa dan Nabi Hidir
foto ilustrasi
foto ilustrasi

AlKISAH, dalam Al-Quran dijelaskan surat Al-Kahfi ayat: 64-70 tentang Nabi Musa. Ketika menjawab pertanyaan dari kaumnya siapakah manusia dimuka bumi ini yang paling pintar, Nabi Musa menjawab,” tentu saja aku.”
 

Sejak itulah Allah SWT memberikan teguran dan pelajaran kepadanya tentang konsep tawadhu (rendah hati) sabar dan tepat janji.
 

Nabi Musa merupakan salah satu deri lima nabi yang mendapat gelar ulul azmi. Maksudnya nabi yang memiliki ketabahan luar biasa atas ujian dan cobaan yang Allah berikan dalam membawa risalah kenabian, yaitu menyampaikan wahyu pada kaumnya untuk beriman kepada Allah SWT. Tentu saja disamping Nabi Isa, Nabi Ibrahim, Nabi Nuh dan Nabi Muhammad.
 

Atas jawaban Nabi Musa tersebut, Allah SWT kemudian memerintahkan beliau untuk mencari seorang yang bernama Hidir. Selanjutnya dalam pertemuan itu,  Nabi Musa mengutarakan maksud dan tujuannya berjumpa dengan Nabi Hidir, tak lain atas perintah dari  wahyu Allah SWT untuk berguru kepadanya.
 

Nabi Hidir pun bersedia,  namun dengan satu syarat yang  harus disepakati oleh kepada Nabi Musa.  Syarat tersebut ialah Nabi Musa tidak diperkenankan untuk bertanya atas apa saja yg dilakukan Nabi Hidir sebelum ia mendapatkan penjelasan, Nabi Musa pun menyepakati perjanjian tersebut.
 

Singkat cerita, Nabi Musa gagal atas syarat yang sudah  disepakati bersama. Beliau menanyakan  atas tiga peristiwa yg dilakukan Nabi Hidir.
 

Peristiwa pertama adalah saat Nabi Hidir merusak atau melubangi kapal yang ia tumpangi milik seorang pedagang miskin. Ternyata di depan sana ada kawanan perampok yang akan merampas kapal yang melintasi kawasan tersebut.
 

Peristiwa kedua, Nabi Hidir membunuh seorang anak remaja yang ternyata kelak saat dewasa anak tersebut dipastikan akan membunuh kedua orang tuanya yang mukmin sementara anak tersebut fasik dan kafir.
 

Peristiwa ketiga, Nabi Hidir membetulkan rumah tua penduduk kampung yang akan roboh. Ternyata di dalam rumah tersebut ada dua anak yatim,  dan di bawah tanah tersebut ada harta yang akan menjadi bekal masa depan kedua anak tersebut. Demikian Nabi Hidir menjelaskan kepada Nabi Musa. Nabi Hidir melakukan tiga peristiwa tersebut atas perintah langsung dari Allah SWT.


Ada beberapa hikmah yang bisa kita petik dari kisah di atas. Pertama, di  era revolusi generasi 4.0 ini, kita sebagai manusia biasa tidak dibenarkan merasa paling pintar, paling benar, paling menguasai tehnologi, paling eksis sehingga mengabaikan kekuatan AllahSWT. Sejatinya segala sesuatu atas kuasa dan kehendak-Nya.


Kedua,  sebagai pribadi dalam proses mencari jati diri, menuntut ilmu dan lain sebagainya, harus memiki sifat sabar karena sesungguhnya sabar itu membentuk pribadi yg tangguh dan jiwa kesatria.


Ketiga,   seseorang yang sudah berjanji maka harus ditepati. Karena janji ibarat hutang, dan hutang mesti dibayar. Fenomena dewasa ini menjelang momentum pemilu banyak calon pemimpin yang mudah mengumbar janji, dalam hal berbisnis mudah menjanjikan keuntungan yang lebih, dan terkadang semua itu tidak bisa dilaksanakan.  

 

Maka seyogianya kita harus waspada atas ucapan kita. Semoga  Allah SWT senantiasa menjaga dan melindungi kita dari sifat tercela. Amin allahumma amin.

 

(Rifai Aly/ Dosen UIN Raden Intan Lampung)

 


Editor:

Syiar Terbaru