Syiar

Puasa dan Hikmah yang Terkandung di Dalamnya

Kamis, 16 Juni 2016 | 10:21 WIB

Puasa dan Hikmah yang Terkandung di Dalamnya Oleh: Imam Mahmud (Aktivis PMII Universitas Lampung) AGAMA Islam adalah agama yang paling sempurna dan yang paling benar, harus kita yakini hal itu dengan sepenuh hati. Dalam sebuah hadist disebutkan bahwa Islam adalah agama yang paling tinggi, tidak ada yang lebih tinggi dari Agama Islam. Semua segmen kehidupan diatur dalam Islam, mulai dari ibadah, muamalah, pernikahan, sampai dengan meludah semuanya diatur dengan runtun-melalui penjabaran lima pilar dasar agama Islam, yaitu Syahadat, Sholat, Zakat, Puasa dan Haji. Dari lima pilar dasar agama Islam itu, hanya puasa yang merupakan bagian ibadah yang rahasia (sirriyah). Pertanyaannya kenapa puasa menjadi ibadah sirriyah?. Hal ini disebabkan karena puasa sulit terkena penyakit riya. Misalnya kalau kita pura-pura sholat, orang lain tentu bisa melihat. Kalau pura-pura pergi haji, orang sekampung ikut mengantarkan. Tetapi kalau puasa tidak!, yang tahu hanya kita dan Allah. Pura-pura sedekah tidak bakal bisa. Pura-pura sholat pasti ketahuan. Pura-pura haji kemana perginya? Kalau pura-pura puasa gampang. Bulan puasa jam 8 pagi, makan keluar rumah bibir dilap sampai kering. Jalan dibikin lemes, ada angin pura-pura jatuh. Kalau ada teman yang tanya “Kamu kok lemes banget sih?” kita jawab, “Saya puasa”, dia pasti percaya. Oleh karena amal ibadah puasa itu berbeda dengan amal ibadah lainnya, dimana pahala puasa tidak dijelaskan Allah. Akan tetapi Allah -kata Nabi memberikan Jaminan “Semua Amal manusia baginya, melainkan puasa, maka sesungguhnya puasa itu bagi-Ku dan Aku akan memberi pembalasannya (HR. Bukhori). Analoginya, kalau anda bekerja lantas sang mandor bilang “Silahkan kamu kerja pada saya, gajinya Rp5.000, ” Lah, jelas sehari kita dapat Rp5.000. Kita bisa akal-akalan, ada mandor rajin, sang mandor lengah kitapun bisa leha-leha. Tetapi kalau mandor bilang, kau kerja pada saya, soal gaji nanti saya yang ngatur. “Jika tidak disebutkan jumlahnya, dengan sendirinya kita akan kerja dengan hati-hati. Sebab, mungkin gaji kita akan lebih dari Rp5.000. Kalau hasil kerja kita memuaskan, mungkin pula tidak digaji sama sekali kalau kerja kita berantakan. Sabda Nabi SAW: “Banyak orang yang berpuasa, dia tidak memperoleh apa-pa dari puasanya kecuali lapar dan haus saja” (HR. Tabrani). Lalu apa sih perluanya puasa, khususnya puasa Ramadhan? Apa hikmah puasa Ramadhan bagi yang melaksanakannya?. Pertama dan yang paling penting puasa mendidik kita agar bisa mengendalikan nafsu. Perut besar tempat bersarangnya energi yang melahirkan gerak dan  merupakan kendaraan utama iblis. Kalau itu mampu kita kendalikan lewat proses ibadah puasa maka langkah  hidup ini menjadi lurus karenanya. Jadi jangan digambarkan, Wah bulan puasa syetan dirantai. Terus rantainya seperi apa? Siapa yang merantai ? Setan dalam hal ini adalah Nafsu. Rantainya adalah Puasa, dan yang merantai adalah diri kita sendiri. Hikmah kedua, puasa itu melatih kita hidup sederhana. Kalau seoarang sufi mengajarkan bahwa orang yang paling kaya itu sebenarnya adalah orang yang hidupnya cukup, sedangkan orang yang miskin adalah orang yang kebutuhannya kelewat banyak tak pernah habisnya. Maka logisnya, jika Allah Maha Kaya. Sebab, Dia tidak butuh apa-apa. Sebagai orang yang saat ini menjalankan ibadah puasa, mungkin kita punya pengalaman yang hampir sama. Ketika berpuasa terutama di sekitar jam 2 sampai jam 3 siang, jangankan makan enak, dalam bayangan kita. Saat itu nangka busuk pun tampak legit, sandal baru nampak seperti roti, parahnya jalan berlumpur nampak seperti bubur. Di samping itu, kita sering menumpuk makanan untuk persediaan berbuka. Tetapi ketia saat buka tiba, kenyataannya dengan setengguk air dan sesendok bubur, dan tiga butir kurma saja rasanya sudah kenyang. Kemana perginya keinginan tadi yang tadi sing menggebu-gebu itu? Dan kalau kita renungi lebih dalam lagi, ternyata kebutuhan perut kita tidak sebanyak yang kita tumpuk dan kumpulkan. Kesadaran semacam itulah yang menjadi dasar dari pola hidup sederhana. Ketiga, ibadah puasa menyediakan peluang bagi pelakunya untuk merawat cinta kasihnya kepada fakir miskin. Dimana hal itu terjadi ketika kita berpuasa, dalam berpuasa kita seringkali merasakan lapar dan haus dahaga. Hal inilah setidaknya memberikan hikmah yang berarti bahwa puasa kahekatnya memberikan hikmah kepada pelakunya untuk merasakan apa yang fakir miskin rasakan disetiap hari-hari, dengan penuh kekuarangan. Keempat, hikmah puasa menumbuhkan dan memelihara sifat jujur dan disiplin. Coba saja, saat di tengah hari di bulan puasa kita mengunci pintu di dalam kamar, lalu makan sekenyangnya. Dijamin tak seorangpun akan tahu. Tapi kenapa tidak kita lakukan hal itu? Ada semacam self control yang sandarannya langsung kepada Allah. Ada keyakinan meski orang lain tidak akan tahu tapi Allah Maha Mengetahuinya. Manusia bisa dibohongi tapi Allah Maha Suci dari akal-akalan dan tipu daya kita. Umpamanya, ketika hendak berjamaah Sholat Dzuhur, saat berkumur mengambil air wudhu kita telan sekalian. Jangankan orang lain, teman sebelah kita juga pasti tidak akan tahu. Tapi kenapa tidak kita lakukan hal itu? Ada perasaan malu kepada Allah. Dan inilah mata air kejujuran yang hakiki. Bukan kejujuran palsu dari undang-undang yang dipaksakan dari luar diri kita. Kejujuran yang timbul dari jiwa dan hati nurani kita sendiri. Inilah yang dibutuhkan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Kelima dan yang terahir ibadah puasa itu adalah untuk memelihara kesehatan. Sabda Nabi Muhammad S.A.W “Berpuasalah kamu, badanmu akan sehat” (HR. Abu Naim) Relevansinya, jikalau Allah memerintahkan puasa bukan berarti hendak memberatkan manusia. Perintah itu tetap berada dalam daya tamping dan kapasitas kekuatan yang dimiliki manusia. Allah Maha mengetahui akan kondisi hambanya. Dia mawajibkan Puasa Ramadhan ini karena tahu bahwa puasa lebih sempurna dibandingkan dengan segala metode penyempurnaan manusia menuju cita ideal manusia di muka bumi ini. (*) (Materi ceramah ini menjadi pemenang I Lomba Kultum ‘Lampung Mengaji 99’ yang digagas Kapolda Lampung Brigjen Pol. Ike Edwin di Tugu Adipura)