• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Syiar

Pentingnya Keharmonisan Beragama dan Berbudaya

Pentingnya Keharmonisan Beragama dan Berbudaya
Jaamah Indonesia Menggunakan Blankon dan Batik
Jaamah Indonesia Menggunakan Blankon dan Batik

Beragama itu mudah, sama halnya mudahnya berbudaya. Bahkan keduanya saling berkaitan, saling berkontribusi satu sama lain. Agama tidak bisa dipisahkan dari budaya. Dan budaya tidak bisa dilepaskan dari agama. Bagaikan buah dan kulitnya.

 

Apakah budaya lahir dari agama? Kita banyak menjumpai budaya-budaya di Nusantara bahkan dunia yang bersifat transendental atau bertujuan kepada Tuhan dan akhirat. Kita juga bisa mengenal bahwa suatu agama bisa mempengaruhi dan menciptakan sistem budaya tersendiri bagi masyarakat. 

 

Agama bersifat transenden ilahiyah, bersumber dari wahyu Tuhan. Sedangkan agama bersifat imanen insaniyah, bersumber dari pola pikir, gerak dan kreatifitas manusia. Bisa diistilahkan dengan cita, cipta, karsa dan karya. 

 

Contoh sederhana dalam agama Islam, Allah memerintahkan menutup aurat, namun Allah tidak menentukan bentuk pakaian seperti apa yang disyariatkan. Justru Allah membebaskan hambanya untuk menutup aurat. 

 

Menutup aurat merupakan syariat sedang penutup aurat atau pakaiannya merupakan budaya, karena dibuat oleh manusia. Itulah kenapa agama tidak bisa dipisahkan dengan budaya. 

 

Pada zaman Rasulullah saw masih kecil berbudaya menggunakan pakaian jubah sudah ada dan sudah biasa, bahkan jauh sebelum Nabi dilahirkan. Setelah Nabi diangkat menjadi Rasul dan Allah menyuruh menutup aurat. Nabi tetap membudayakan menutup aurat dengan jubah, yang sudah digunakan oleh generasi Arab jauh beberapa abad ke belakang. 

 

Meski, mungkin saja Nabi tidak menggunakan jubah untuk menutup aurat melainkan mendesain sendiri pakaian yang khusus dari dan untuk Islam. Tetapi tidak untuk Nabi, Nabi tetap menghormati masyarakat Arab, dan tetap berbudaya menggunakan Jubah. 

 

Budaya jubah sudah menjadi keseharian bagi Nabi sejak kecil sampai dewasa, sehingga membekas di dalam hati Nabi dan Nabi sangat mencintainya. 

 

Dalam kisah ini, Nabi mengajarkan untuk tetap mencintai budaya-budaya yang baik dari nenek moyang. Sehingga budaya tersebut menjadi bagian keharmonisan bagi syariat agama. 

 

Masih banyak contoh keharmonisan agama dengan budaya. Seperti menggunakan budaya pesawat untuk berangkat haji dan umrah ke Makkah. Menggunakan budaya kursi roda untuk tawaf bagi lansia. Menggunakan keramik untuk alas masjid dan sajadah untuk alas sujud. 

 

Shalat di masjid merupakan syariat sedang bangunan masjidnya merupakan budaya. Bentuk masjid berbeda-beda sesuai dengan budaya di masyarakat setempat. Budaya masjid menggunakan kubah meniru bangunan Eropa, sedang masjid menggunakan Menara, meniru budaya Persia. 

 

Di Nusantara abad ke-19 mayoritas bentuk masjidnya mengikuti budaya beratap tumpang 3, sedang di Yogyakarta bentuk masjidnya meniru rumah adat berbentuk joglo. 

 

Yudi Prayoga, Sekretaris MWCNU Kedaton Bandar Lampung


Editor:

Syiar Terbaru