Syiar

Memahami Hakikat Shalawat yang Turun di Bulan Sya'ban

Senin, 10 Februari 2025 | 18:10 WIB

Memahami Hakikat Shalawat yang Turun di Bulan Sya'ban

Anjuran memperbanyak shalawat di bulan Sya'ban

Sya'ban merupakan bulan kedelapan dalam kalender hijriyah, yang terletak di antara bulan Rajab dan Ramadhan. Bulan ini memiliki keutamaan tersendiri dalam Islam, karena Rasulullah saw sering memperbanyak ibadah, terutama puasa sunnah.

 

Pada bulan Sya'ban juga Allah swt menurunkan perintah untuk bershalawat kepada Nabi. Hal ini menjadikan Sya'ban sebagai bulan shalawat. 

 

Sya'ban Bulan Shalawat

Bulan Sya'ban kerap disebut sebagai bulan shalawat. Hal ini sebagaimana dinukil dari kitab al-Mawahib:


 

ونقل الإمام شهاب الدين القسطلاني في «المواهب» قولاً لبعض العلماء : بأن شهر شعبان شهر الصلاة عليه ، لأن آية الصلاة - يعني ﴿إِنَّ اللَّهَ وَمَلَيْكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا - نزلت فيه.


 

Artinya: Imam Syihabuddin al-Qasthalani dalam kitab al-Mawahib menukil pendapat sebagian ulama bahwa bulan Sya'ban adalah bulan shalawat kepada Nabi. Hal ini karena ayat tentang salawat—yakni firman Allah dalam Al-Qur'an yang turun pada bulan Sya'ban:


 

﴿إِنَّ اللَّهَ وَمَلَيْكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾


 

Senada dengan di atas, Ibnu Hajar mengatakan bahwa perintah shalawat turun pada tahun kedua hijriah:


 

وقد ذكر الحافظ ابن حجر رحمه الله، عن أبي ذر الهروي: أن الأمر بالصلاة على النبي الله - يعني بقوله تعالى : يَأَيُّها الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا - كان في السنة الثانية من الهجرة، وقيل في ليلة الإسراء.


 

Artinya: Al-Hafizh Ibn Hajar rahimahullah menyebutkan dari Abu Dzar al-Harawi bahwa perintah untuk bershalawat kepada Nabi—yakni dalam firman Allah:


 

﴿يَأَيُّها الَّذِينَ ءَامَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا﴾


 

Hakikat Shalawat

Hakikat kita bershalawat kepada Nabi Muhammad saw bukan kita yang memberi syafaat, tetapi kita menghadiahi shalawat sebagai jasa kebaikan beliau (Nabi) kepada kita semua. Hal ini tercantum dalam kitab Madza Fi Sya'ban karangan Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki: 


 

قال الشيخ عز الدين ابن عبد السلام رحمه الله : «ليست الصلاة على رسول الله ﷺ شفاعة منا له، فإن مثلنا لا يشفع لمثله، ولكن الله سبحانه وتعالى أمرنا بمكافأة من أنعم علينا وأحسن إلينا، فإن عجزنا عن مكافأته ؛ دعونا له أن يكافئه عنا . ولما عجزنا عن مكافأة سيد الأولين والآخرين، أمر رب العالمين أن نرغب إليه، وأن نُصلّي عليه، لتكون صلاتنا عليه مكافأة بإحسانه إلينا وإفضاله علينا، ولا إحسان أفضل من إحسانه : من صلى علي صلاة صلى الله عليه بها عشراً»... رواه مسلم».


 

Artinya: Syaikh 'Izzuddin Ibn 'Abd al-Salam rahimahullah berkata, shalawat kepada Rasulullah saw bukanlah syafaat dari kita untuk beliau, karena orang seperti kita tidak bisa memberikan syafaat kepada orang seperti beliau. Akan tetapi, Allah swt memerintahkan kita untuk membalas kebaikan orang yang telah memberi nikmat kepada kita dan berbuat baik kepada kita. Jika kita tidak mampu membalasnya, maka kita mendoakannya agar Allah membalasnya untuk kita. Karena kita tidak mampu membalas kebaikan penghulu manusia pertama dan terakhir, maka Rabb semesta alam memerintahkan kita untuk memohon kepada-Nya serta bershalawat kepadanya. Dengan demikian, shalawat kita kepada beliau menjadi bentuk balasan atas kebaikan beliau kepada kita dan anugerahnya bagi kita. Tidak ada kebaikan yang lebih besar daripada kebaikannya, karena Rasulullah bersabda: 'Barang siapa bersalawat kepadaku satu kali, maka Allah akan bersalawat kepadanya sepuluh kali (HR Imam Muslim).

 

Maka dari itu mari kita semua memperbanyak bershalawat kepada Nabi Muhammad saw, Nabi yang menjadi penuntun bagi kita semua. Menjadikan manusia terangkat derajatnya, dan menjadikan manusia bertauhid kepada Allah swt.