Keislaman

Karena Amalan Sunnahnya, Bilal bin Rabbah Masuk Surga Dahului Rasulullah

Sabtu, 31 Agustus 2024 | 09:00 WIB

Karena Amalan Sunnahnya, Bilal bin Rabbah Masuk Surga Dahului Rasulullah

Ilustrasi tulisan sahabat nabi dalam bahasa Arab (Foto: NU Online)

Setiap tanggal 31 Agustus diperingati sebagai peringatan global tentang Hari Internasional Orang Keturunan Afrika. Hari Internasional ini diadakan sebagai bentuk upaya agar membuat banyak orang sadar akan penanganan isu diskriminasi dan marginalisasi terhadap keturunan Afrika dalam skala global. 


Karena meski sudah zaman modern, masih ada orang yang rasis terhadap keturunan Afrika, terutama yang memiliki kulit hitam dan rambut keriting. Menurut PBB, ada sekitar 200 juta orang di Amerika yang diidentifikasi sebagai keturunan Afrika. 


Untuk memperingati hari ini, PBB berharap orang keturunan Afrika mendapat pengakuan dan hak yang sama. Adapun peringatan ini dilakukan dengan belajar lebih banyak tentang warisan dan budaya Afrika melalui pertunjukan film, tari, musik, dan seni yang diselenggarakan pada hari raya tersebut.


Berbicara masalah bangsa Afrika dengan warna kulit hitam dan rambutnya yang keriting. 14 abad yang lalu ada pemuda Afrika yang menyatakan masuk Islam di awal kenabian Nabi Muhammad saw, dan menjadi sahabat setianya Rasul, yakni Bilal bin Rabbah.


Bilal bin Rabbah merupakan orang berkulit hitam Afrika yang pertama kali menyatakan keimanannya masuk Islam. Dia orang yang pertama kali mengumandangkan adzan sebelum dilaksanakannya shalat.


Perjalanan keimanan Bilal untuk memeluk Islam sangat berat, terutama ketika ia masih menjadi budak Umayah yang selalu menyiksanya, yaitu semenjak ketahuan ia memeluk agama Islam. Siksaan itu hilang ketika ia dimerdekakan oleh sahabat Abu Bakar.


Suatu ketika, usai shalat subuh, Bilal bin Rabbah ditanya oleh Rasulullah saw, “Wahai Bilal, apa amalan yang paling sering kamu lakukan? Sebab aku mendengar suara langkah kakimu di surga”. “Ya Rasulallah, saya tidak punya amalan yang lebih baik kecuali saya selalu menjaga wudluku, setiap kali aku berhadats aku langsung berwudlu lalu shalat sunnah dua rakat,” jawab Bilal.


Dialog indah ini terekam dalam hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi:


يَا بِلاَلُ بِمَ سَبَقْتَنِى إِلَى الْجَنَّةِ مَا دَخَلْتُ الْجَنَّةَ قَطُّ إِلاَّ سَمِعْتُ خَشْخَشَتَكَ أَمَامِى دَخَلْتُ الْبَارِحَةَ الْجَنَّةَ فَسَمِعْتُ خَشْخَشَتَكَ أَمَامِى. يا رَسُولَ اللَّهِ مَا أَذَّنْتُ قَطُّ إِلاَّ صَلَّيْتُ رَكْعَتَيْنِ وَمَا أَصَابَنِى حَدَثٌ قَطُّ إِلاَّ تَوَضَّأْتُ عِنْدَهَا وَرَأَيْتُ أَنَّ لِلَّهِ عَلَىَّ رَكْعَتَيْنِ


Artinya: Wahai Bilal, kenapa engkau mendahuluiku masuk surga? Aku tidaklah masuk surga sama sekali melainkan aku mendengar suara sandalmu di hadapanku. Aku memasuki surga pada malam hari dan aku dengar suara sandalmu di hadapanku. Ya Rasulallah, aku biasa tidak meninggalkan shalat dua rakaat sedikitpun. Setiap kali aku berhadats, aku lantas berwudhu dan aku membebani diriku dengan shalat dua rakaat setelah itu (HR Tirmidzi).


Meskipun terlihat sederhana, penekanannya sebenarnya tidak bergantung pada bentuk amalannya, tetapi keistiqamahan Bilal dalam melakukan amalan tersebut. Amalan apapun yang dilakukan dengan istiqamah dan konsisten, selama ikhlas dan hanya mengharapkan ridha Allah, akan dibalas oleh Allah swt. 


Oleh sebab itu, sepanjang hidup Rasulullah sangat jarang membebani sahabat dengan amalan yang berat dan susah. Beliau meminta sahabatnya melakukan amalan sesuai dengan kemampuannya dan dilakukan secara konsisten. Aisyah pernah ditanya oleh sahabat tentang amalan yang disukai Rasul, beliau menjawab,


 كان أحب العمل إليه الدائم 


Artinya: Amalan yang paling disukainya adalah amalan yang dilakukan terus-menerus.


Amalan yang disukai Nabi saw adalah amalan yang dilakukan terus-menerus meskipun kecil dan ringan. Melakukan ibadah secara konsisten tidaklah mudah dan butuh usaha keras untuk mewujudkannya. 


Belajar dari Bilal, bahwa kemuliaan berada pada keistiqamahan, kekonsistenan dalam menjalankan suatu perkara. Bukan dari suku, ras, golongan dan strata sosial. Di awal kenabian, Bilal konsisten dengan keimanannya hingga disiksa oleh majikannya. 


​​​​​​​Kemudian ia juga konsisten mengumandangkan adzan, sebelum Rasul wafat. Dan ia juga konsisten dalam menjalankan shalat sunnah sukril wudhu meski Nabi tidak mencontohkannya.