Syiar

Khutbah Idul Adha: Kisah Keluarga Nabi Ibrahim dan Keteladanannya

Selasa, 27 Juni 2023 | 15:45 WIB

Khutbah Idul Adha: Kisah Keluarga Nabi Ibrahim dan Keteladanannya

Khutbah Idul Adha: Kisah Keluarga Nabi Ibrahim dan Keteladanannya (Foto: NU Online)

Nabi Ibrahim as merupakan salah satu Nabi yang Ulul Azmi, karena keteguhan imannya kepada Allah swt. Dengan berbagai cobaan dan rintangan, Nabi Ibrahim tetap istiqamah, teguh imannya, dan tidak berpaling dari Allah swt sedikitpun.Ā 


Dari keteguhannyalah Allah menganugerahi keluarga dan keturunan yang saleh, sehingga sampai beberapa generasi, keturunannya tetap menjadi Nabiullah.Ā 


Naskah khutbah Idul Adha ini mengingatkan kepada kita semua tentang sejumlah praktik kesalehan Nabi Ibrahim dan keluarganya. Mereka adalah pribadi yang teguh iman, taat, berilmu, dan penuh kepasrahan kepada Allah. Sebagaimana dilansir dari NU Online.


Khutbah I


Ų§ŁŽŁ„Ł„Ł‡Ł Ų£ŁŽŁƒŁ’ŲØŁŽŲ±Ł Ų§ŁŽŁ„Ł„Ł‡Ł Ų£ŁŽŁƒŁ’ŲØŁŽŲ±Ł Ų§ŁŽŁ„Ł„Ł‡Ł Ų£ŁŽŁƒŁ’ŲØŁŽŲ±Ł. Ų§ŁŽŁ„Ł„Ł‡Ł Ų£ŁŽŁƒŁ’ŲØŁŽŲ±Ł Ų§ŁŽŁ„Ł„Ł‡Ł Ų£ŁŽŁƒŁ’ŲØŁŽŲ±Ł Ų§ŁŽŁ„Ł„Ł‡Ł Ų£ŁŽŁƒŁ’ŲØŁŽŲ±Ł. Ų§ŁŽŁ„Ł„Ł‡Ł Ų£ŁŽŁƒŁ’ŲØŁŽŲ±Ł Ų§ŁŽŁ„Ł„Ł‡Ł Ų£ŁŽŁƒŁ’ŲØŁŽŲ±Ł Ų§ŁŽŁ„Ł„Ł‡Ł Ų£ŁŽŁƒŁ’ŲØŁŽŲ±Ł. ŁˆŁŽŁ„ŁŁ„Ł‘Ł°Ł‡Ł Ų§Ł„Ł’Ų­ŁŽŁ…Ł’ŲÆŁŲŒ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł Ų£ŁŽŁƒŁ’ŲØŁŽŲ±Ł ŁƒŁŽŲØŁŁŠŲ±Ł‹Ų§ŲŒ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ų­ŁŽŁ…Ł’ŲÆŁ لِلّٰهِ ŁƒŁŽŲ«ŁŁŠŲ±Ł‹Ų§ŲŒ ŁˆŁŽŲ³ŁŲØŁ’Ų­ŁŽŲ§Ł†ŁŽ اللهِ ŁˆŁŽŲØŁŲ­ŁŽŁ…Ł’ŲÆŁŁ‡Ł ŲØŁŁƒŁ’Ų±ŁŽŲ©Ł‹ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲµŁŁŠŁ„Ł‹Ų§ŲŒ ŁˆŁŽŁ†ŁŽŲ“Ł’Ł‡ŁŽŲÆŁ Ų£ŁŽŁ†Ł’ Ł„ŁŽŲ§ Ų„ŁŁ„ŁŽŁ‡ŁŽ Ų„ŁŁ„Ł‘ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŲŒ ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲ§ Ł†ŁŽŲ¹Ł’ŲØŁŲÆŁ Ų„ŁŁ„Ł‘ŁŽŲ§ Ų„ŁŁŠŁ‘ŁŽŲ§Ł‡ŁŲŒ ŁˆŁŽŁ†ŁŽŲ“Ł’Ł‡ŁŽŲÆŁ Ų£ŁŽŁ†Ł‘ŁŽ Ų³ŁŽŁŠŁŁ‘ŲÆŁŽŁ†ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŁ†ŁŽŲØŁŁŠŁ‘ŁŽŁ†ŁŽŲ§ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲÆŁ‹Ų§ Ų±ŁŽŲ³ŁŁˆŁ„Ł Ų§Ł„Ł„Ł‘Ł°Ł‡ŁŲŒ ŁˆŁŽŲ±ŁŽŲ­Ł’Ł…ŁŽŲŖŁŁ‡Ł Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŁ‡Ł’ŲÆŁŽŲ§Ų©ŁŲŒ ŲµŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁ‰ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ³ŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁ…ŁŽ ŁˆŁŽŲØŁŽŲ§Ų±ŁŽŁƒŁŽ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų³ŁŽŁŠŁŁ‘ŲÆŁŁ†ŁŽŲ§ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲÆŁ Ų§Ł„Ų£ŁŽŁ…ŁŁŠŁ’Ł†ŁŲŒ ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ اٰلِهِ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲµŁ’Ų­ŁŽŲ§ŲØŁŁ‡Ł Ų§Ł„Ų·Ł‘ŁŽŁŠŁŁ‘ŲØŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ Ų§Ł„Ų·Ł‘ŁŽŲ§Ł‡ŁŲ±ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ


Ų£ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲ§ ŲØŁŽŲ¹Ł’ŲÆŁŲŒ ŁŁŽŲ£ŁŁˆŲµŁŁŠŁ’ŁƒŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŁ†ŁŽŁŁ’Ų³ŁŁŠ ŲØŁŲŖŁŽŁ‚Ł’ŁˆŁŽŁ‰ اللّٰهِ Ų§Ł„Ų¹ŁŽŁ„ŁŁŠŁŁ‘ Ų§Ł„Ų¹ŁŽŲøŁŁŠŁ’Ł…ŁŲŒ Ų§Ł„Ł‚ŁŽŲ§Ų¦ŁŁ„Ł فِي ŁƒŁŲŖŁŽŲ§ŲØŁŁ‡Ł Ų§Ł„ŁƒŁŽŲ±ŁŁŠŁ’Ł…Ł: Ų§ŁŁ†Ł‘ŁŽŲ§Ł“ Ų§ŁŽŲ¹Ł’Ų·ŁŽŁŠŁ’Ł†Ł°ŁƒŁŽ Ų§Ł„Ł’ŁƒŁŽŁˆŁ’Ų«ŁŽŲ±ŁŽŪ— Ā ŁŁŽŲµŁŽŁ„Ł‘Ł Ł„ŁŲ±ŁŽŲØŁ‘ŁŁƒŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł†Ł’Ų­ŁŽŲ±Ł’Ū— Ā Ų§ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų“ŁŽŲ§Ł†ŁŲ¦ŁŽŁƒŁŽ Ł‡ŁŁˆŁŽ Ų§Ł„Ł’Ų§ŁŽŲØŁ’ŲŖŁŽŲ±Ł (Ų§Ł„ŁƒŁˆŲ«Ų±)


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah


Mengawali khutbah Idul Adha pada pagi hari yang penuh keberkahan ini, khatib berwasiat kepada kita semua, terutama kepada diri khatib pribadi, untuk senantiasa berusaha meningkatkan keimanan dan ketakwaan kita kepada Allah swt, kapan pun dan di mana pun kita berada serta dalam keadaan sesulit apa pun dan dalam kondisi yang bagaimana pun, dengan cara melaksanakan segenap kewajiban dan menjauhi segala larangan Allah swt.


Allahu Akbar (3x) walillahilhamdu,


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah

Keluarga Nabi Ibrahim adalah keluarga yang saleh. Sang ayah, yaitu Ibrahim, serta istri dan kedua putranya, semuanya adalah hamba-hamba yang saleh. Saleh (shalih) artinya memenuhi hak Allah dan hak sesama hamba. Kesalehan tidak akan dicapai kecuali dengan ilmu dan amal. Tanpa ilmu, seseorang tidak akan mampu beramal dengan benar sesuai tuntunan syariat. Dan ilmu tanpa amal tidak akan mendekatkan diri kepada Allah dan tidak akan mengantarkan seseorang menjadi pribadi yang saleh.


Ada banyak sekali sisi kesalehan keluarga Nabi Ibrahim yang dapat kita teladani. Di antaranya adalah hal-hal sebagai berikut:


Pertama, Nabi Ibrahim sangat kuat memegangteguh akidah dan syariat.


Allah ta’ala berfirman:


Ł…ŁŽŲ§ŁƒŁŽŲ§Ł†ŁŽ Ų§ŁŲØŁ’Ų±Ł°Ł‡ŁŁŠŁ’Ł…Ł ŁŠŁŽŁ‡ŁŁˆŁ’ŲÆŁŁŠŁ‘Ł‹Ų§ ŁˆŁ‘ŁŽŁ„ŁŽŲ§ Ł†ŁŽŲµŁ’Ų±ŁŽŲ§Ł†ŁŁŠŁ‘Ł‹Ų§ ŁˆŁ‘ŁŽŁ„Ł°ŁƒŁŁ†Ł’ ŁƒŁŽŲ§Ł†ŁŽ Ų­ŁŽŁ†ŁŁŠŁ’ŁŁ‹Ų§ Ł…Ł‘ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…Ł‹Ų§Ū— ŁˆŁŽŁ…ŁŽŲ§ ŁƒŁŽŲ§Ł†ŁŽ Ł…ŁŁ†ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŲ“Ł’Ų±ŁŁƒŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ (آل عمران: ٦٧)


Artinya: Ibrahim bukanlah seorang Yahudi dan bukan pula seorang Nasrani, melainkan dia adalah seorang yang memegang teguh Islam. Dia bukan pula termasuk (golongan) orang-orang musyrik (QS Ali ā€˜Imran: 68)


Nabi Ibrahim sebagaimana nabi-nabi yang lain adalah ma’shum (selalu dijaga oleh Allah) dari kufur atau syirik, dosa-dosa besar dan dosa-dosa kecil yang menunjukkan kehinaan jiwa, baik sebelum maupun setelah diangkat menjadi nabi.


Nabi Ibrahim tidak pernah sedikit pun meragukan ketuhanan Allah. Beliau tidak pernah menyembah selain Allah, tidak pernah menyembah bulan, bintang dan matahari. Nabi Ibrahim tidak pernah menjual berhala bersama ayahnya. Nabi Ibrahim tidak pernah memintakan ampunan dosa kepada Allah untuk ayahnya yang musyrik. Dan Nabi Ibrahim tidak pernah meragukan sifat qudrah (Mahakuasa) Allah ta’ala. Beliau juga tidak pernah berdusta dalam setiap ucapannya.


Kedua, berdakwah dengan penuh hikmah.


Hal itu tercermin tatkala Nabi Ibrahim mengajak ayahnya untuk masuk ke dalam agama Islam sebagaimana diceritakan dalam QS al-An’am ayat 41-44. Nabi Ibrahim dengan menjaga adab seorang anak kepada orang tuanya menjelaskan dengan santun kepada ayahnya yang menyembah berhala bahwa berhala tidaklah dapat mendengar doa penyembahnya dan tidak dapat melihat penyembahnya. Yang demikian itu, bagaimana mungkin ia dapat memberi manfaat kepada penyembahnya, memberi rezeki kepadanya atau menolongnya. Ibrahim mengajak ayahnya untuk menyembah kepada Allah semata, satu-satunya Tuhan yang berhak dan wajib disembah.


Ketiga, berilmu, memiliki hujjah yang kuat dan beramar ma’ruf nahi munkar dengan penuh keberanian.


Nabi Ibrahim telah diberi hujjah yang kuat oleh Allah ta’ala sehingga selalu dapat mematahkan berbagai dalih yang dilontarkan oleh musuh-musuh Islam ketika berdebat. Allah swt berfirman:


ŁˆŁŽŲŖŁŁ„Ł’ŁƒŁŽ Ų­ŁŲ¬Ł‘ŁŽŲŖŁŁ†ŁŽŲ§Ł“ Ų§Ł°ŲŖŁŽŁŠŁ’Ł†Ł°Ł‡ŁŽŲ§Ł“ Ų§ŁŲØŁ’Ų±Ł°Ł‡ŁŁŠŁ’Ł…ŁŽ Ų¹ŁŽŁ„Ł°Ł‰ Ł‚ŁŽŁˆŁ’Ł…ŁŁ‡Ł–Ū— (الأنعام: ŁØŁ£)


Artinya: Itulah hujjah yang Kami anugerahkan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya (QS al-An’am: 83).


Karena memiliki hujjah yang kuat inilah, Nabi Ibrahim berhasil membungkam para penduduk daerah Harraan yang menganggap bulan, bintang dan matahari sebagai Tuhan. Ibrahim menjelaskan kepada mereka bahwa bulan, bintang, dan matahari tidak layak disembah karena mereka adalah makhluk yang mengalami perubahan, terbit lalu tenggelam.Ā 


Sesuatu yang berubah dari satu keadaan ke keadaan yang lain pasti bukan Tuhan. Karena sesuatu yang berubah pasti membutuhkan kepada yang mengubahnya. Sesuatu yang membutuhkan kepada yang lain, berarti ia lemah. Dan sesuatu yang lemah tidak mungkin disebut tuhan yang layak disembah.Ā 


Perkataan Nabi Ibrahim kepada kaumnya: هذا ربي seperti dikisahkan dalam QS al-An’am ayat 76-78 adalah dalam konteks mendebat kaumnya dan menjelaskan bahwa bulan, bintang, dan matahari tidak layak disembah. Perkataan tersebut tidak berarti Ibrahim menetapkan bulan, bintang, dan matahari sebagai tuhan. Karena Nabi Ibrahim tidak pernah mengalami fase kebingungan mencari-cari Tuhan.Ā 


Sebelum perdebatan itu, bahkan sebelum diangkat menjadi Nabi, beliau telah mengetahui dan meyakini bahwa satu-satunya Tuhan yang berhak disembah hanyalah Allah. Dialah satu-satunya pencipta segala sesuatu, Tuhan yang menghendaki terjadinya segala sesuatu dan yang berbeda dengan segala sesuatu. Allah swt berfirman:


ŁˆŁŽŁ„ŁŽŁ‚ŁŽŲÆŁ’ Ų§Ł°ŲŖŁŽŁŠŁ’Ł†ŁŽŲ§Ł“ Ų§ŁŲØŁ’Ų±Ł°Ł‡ŁŁŠŁ’Ł…ŁŽ Ų±ŁŲ“Ł’ŲÆŁŽŁ‡Ł— مِنْ Ł‚ŁŽŲØŁ’Ł„Ł ŁˆŁŽŁƒŁŁ†Ł‘ŁŽŲ§ بِهٖ Ų¹Ł°Ł„ŁŁ…ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ (Ų§Ł„Ų£Ł†ŲØŁŠŲ§Ų”: لٔ)


Artinya: Sungguh, Kami benar-benar telah menganugerahkan kepada Ibrahim petunjuk sebelum masa kenabiannya dan Kami telah mengetahui dirinya (QS al-Anbiya’: 51).


Perkataan Nabi Ibrahim: هذا ربي ketika melihat bulan, bintang dan matahari adalah bermakna istifham inkari, yakni beliau bertanya kepada kaumnya dengan maksud mengingkari bukan dengan tujuan menetapkan: ā€œInikah Tuhanku?ā€. Seakan-akan beliau ingin mengatakan: ā€œWahai kaumku, inikah tuhanku seperti yang kalian sangka?. Ini jelas bukan tuhanku karena ia berubah, terbit lalu terbenam.ā€ Demikianlah yang dikatakan oleh para ulama tafsir. Ibrahim adalah seorang nabi yang ma’shum dari kemusyrikan sebelum maupun setelah menjadi nabi.


Keempat, dalam berjuang menegakkan agama Allah, tidak ada yang perlu ditakuti dan dikhawatirkan. Rezeki telah diatur. Ajal sudah termaktub.


Hal itu dibuktikan ketika Raja Namrud hendak melemparkannya ke dalam api yang berkobar-kobar, Nabi Ibrahim tidak gentar sedikit pun. Ia yakin sepenuhnya bahwa Allah akan menolong hamba-Nya yang memperjuangkan agama-Nya.


Kelima, tawakal sepenuhnya kepada Allah tanpa meninggalkan ikhtiar.


Hal itu tercermin pada peristiwa di mana Ibrahim meninggalkan Hajar dan Ismail yang masih bayi di Makkah yang tandus dan tiada sumber air. Karena takwa dan tawakal yang tertanam kuat di hati Ibrahim dan Hajar, akhirnya Ibrahim meninggalkan keduanya karena menjalankan perintah Allah, dan Hajar rela ditinggal di tempat itu.


Keenam, bersegera menjalankan perintah Allah, seberat dan sebesar apapun risikonya.

Setelah penantian yang begitu panjang, akhirnya Allah mengaruniakan kepada Ibrahim seorang putra yang kemudian diberi nama Ismail. Putra yang sangat dicintainya itu setelah tumbuh menjadi seorang remaja, Ibrahim diperintahkan Allah untuk menyembelihnya.


Dengan ketundukan yang total kepada Allah, Ibrahim bersegera menjalankan perintah itu tanpa ada keraguan sedikit pun. Sang putra juga menyambut perintah itu dengan kepasrahan yang total tanpa ada protes sepatah kata pun. Masya Allah, sebuah potret keluarga saleh yang lebih mengutamakan perintah Allah dibandingkan dengan apa pun selainnya. Ayah dan anak saling menolong dan menyemangati untuk melaksanakan perintah Allah. Dialog indah antara keduanya terekam dalam al-Qur’an sebagaimana dikisahkan oleh Allah:


Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ ŁŠŁ°ŲØŁŁ†ŁŽŁŠŁ‘ŁŽ Ų§ŁŁ†Ł‘ŁŁŠŁ’Ł“ Ų§ŁŽŲ±Ł°Ł‰ فِى Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŽŁ†ŁŽŲ§Ł…Ł Ų§ŁŽŁ†Ł‘ŁŁŠŁ’Ł“ Ų§ŁŽŲ°Ł’ŲØŁŽŲ­ŁŁƒŁŽ ŁŁŽŲ§Ł†Ł’ŲøŁŲ±Ł’ Ł…ŁŽŲ§Ų°ŁŽŲ§ ŲŖŁŽŲ±Ł°Ł‰Ū— (الصافات: ٔ٠٢)


Artinya: Ibrahim berkata: ā€œDuhai putraku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu, maka pikirkanlah apa pendapatmu? (QS ash-Shaffat: 102).


Sebagaimana kita tahu bahwa mimpi para nabi adalah wahyu. Sedangkan perkataan Nabi Ibrahim kepada putranya, ā€œMaka pikirkanlah apa pendapatmu?,ā€ bukanlah permintaan pendapat kepada putranya apakah perintah Allah itu akan dijalankan ataukah tidak, juga bukanlah sebuah keragu-raguan. Nabi Ibrahim hanya ingin mengetahui kemantapan hati putranya dalam menerima perintah Allah swt.


Lalu dengan kemantapan dan keteguhan hati, Nabi Ismail menjawab dengan jawaban yang menunjukkan bahwa kecintaannya kepada Allah jauh melebihi kecintaannya kepada jiwa dan dirinya sendiri:


Ł‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ ŁŠŁ°Ł“Ų§ŁŽŲØŁŽŲŖŁ Ų§ŁŁ’Ų¹ŁŽŁ„Ł’ Ł…ŁŽŲ§ ŲŖŁŲ¤Ł’Ł…ŁŽŲ±ŁŪ– Ų³ŁŽŲŖŁŽŲ¬ŁŲÆŁŁ†ŁŁŠŁ’Ł“ اِنْ Ų“ŁŽŲ§Ū¤Ų”ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‘Ł°Ł‡Ł Ł…ŁŁ†ŁŽ Ų§Ł„ŲµŁ‘Ł°ŲØŁŲ±ŁŁŠŁ’Ł†ŁŽ (الصافات: ٔ٠٢)


Artinya: Ismail menjawab, wahai ayahandaku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, in sya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. (QS ash-Shaffat: 102).


Jawaban Ismail yang disertai ā€œInsyaallahā€ menunjukkan keyakinan sepenuh hati dalam dirinya bahwa segala sesuatu terjadi dengan kehendak Allah. Apa pun yang dikehendaki Allah pasti terjadi, dan apa pun yang tidak dikehendaki Allah pasti tidak akan terjadi.


Allahu Akbar (3x) walillahilhamdu,


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Demi mendengar jawaban dari sang putra tercinta, Nabi Ibrahim lantas menciumnya dengan penuh kasih sayang sembari menangis terharu dan mengatakan kepada Ismail:


Ł†ŁŲ¹Ł’Ł…ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŁˆŁ’Ł†Ł Ų£ŁŽŁ†Ł’ŲŖŁŽ ŁŠŁŽŲ§ ŲØŁŁ†ŁŽŁŠŁ‘ŁŽ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų£ŁŽŁ…Ł’Ų±Ł اللّٰهِ


Artinya: Engkaulah sebaik-baik penolong bagiku untuk menjalankan perintah Allah, duhai putraku.


Nabi Ibrahim kemudian mulai menggerakkan pisau di atas leher Ismail. Akan tetapi pisau itu sedikit pun tidak dapat melukai leher Ismail. Hal ini dikarenakan pencipta segala sesuatu adalah Allah swt. Pisau hanyalah sebab terpotongnya sesuatu. Sedangkan pencipta terpotongnya sesuatu dan pencipta segala sesuatu tiada lain adalah Allah ta’ala. Sebab tidak dapat menciptakan akibat. Baik sebab maupun akibat, keduanya adalah ciptaan Allah swt.


Hadirin yang berbahagia,

Berkat takwa, sabar dan tawakal serta ketundukan total yang ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim dan Ismail serta Hajar, Allah kemudian memberikan jalan keluar dan mengganti Ismail dengan seekor domba jantan yang besar dan berwarna putih yang dibawa malaikat Jibril dari surga. Hal itu dikisahkan dalam QS ash-Shaffat: 106-107.


Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

Akhirnya kita berdoa, semoga Allah menganugerahkan kepada kita kekuatan untuk meneladani kesalehan Nabi Ibrahim dan keluarganya. Amin Ya Rabbal ā€˜alamin.Ā 


Ų£ŁŽŁ‚ŁŁˆŁ’Ł„Ł Ł‚ŁŽŁˆŁ’Ł„ŁŁŠŁ’ Ł‡Ł°Ų°ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲ³Ł’ŲŖŁŽŲŗŁ’ŁŁŲ±Ł Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŽ Ł„ŁŁŠŁ’ ŁˆŁŽŁ„ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ŲŒ ŁŁŽŲ§Ų³Ł’ŲŖŁŽŲŗŁ’ŁŁŲ±ŁŁˆŁ’Ł‡ŁŲŒ Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽŁ‡Ł Ł‡ŁŁˆŁŽ Ų§Ł„Ł’ŲŗŁŽŁŁŁˆŁ’Ų±Ł Ų§Ł„Ų±Ł‘ŁŽŲ­ŁŁŠŁ’Ł…Ł.


Khutbah II


Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł Ų£ŁŽŁƒŁ’ŲØŁŽŲ±Ł (Ł£x) Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł Ų£ŁŽŁƒŁ’ŲØŁŽŲ±Ł (Ł£x) Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł Ų£ŁŽŁƒŁ’ŲØŁŽŲ±Ł ŁˆŁŽŁ„ŁŁ„Ł‘Ł°Ł‡Ł Ų§Ł„Ł’Ų­ŁŽŁ…Ł’ŲÆŁĀ 


Ų§Ł„Ų­ŁŽŁ…Ł’ŲÆŁ لِلّٰهِ Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŽŁ„ŁŁƒŁ Ų§Ł„ŲÆŁ‘ŁŽŁŠŁ‘ŁŽŲ§Ł†ŁŲŒ ŁˆŁŽŲ§Ł„ŲµŁ‘ŁŽŁ„ŁŽŲ§Ų©Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ų³Ł‘ŁŽŁ„ŁŽŲ§Ł…Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲÆŁ Ų³ŁŽŁŠŁŁ‘ŲÆŁ ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲÆŁ Ų¹ŁŽŲÆŁ’Ł†ŁŽŲ§Ł†ŁŽŲŒ ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ اٰلِهِ ŁˆŁŽŲµŁŽŲ­Ł’ŲØŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŲŖŁŽŲ§ŲØŁŲ¹ŁŁŠŁ’Ł‡Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ł…ŁŽŲ±ŁŁ‘ Ų§Ł„Ų²Ł‘ŁŽŁ…ŁŽŲ§Ł†ŁŲŒ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲ“Ł’Ł‡ŁŽŲÆŁ Ų£ŁŽŁ†Ł’ Ł„Ł‘ŁŽŲ§ Ų„ŁŁ„Ł°Ł‡ŁŽ Ų„ŁŁ„Ł‘ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł„Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ­Ł’ŲÆŁŽŁ‡Ł Ł„ŁŽŲ§ Ų“ŁŽŲ±ŁŁŠŁ’ŁƒŁŽ Ł„ŁŽŁ‡Ł Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŁ†ŁŽŁ€Ų²Ł‘ŁŽŁ‡Ł Ų¹ŁŽŁ†Ł Ų§Ł„Ł’Ų¬ŁŲ³Ł’Ł…ŁŁŠŁ‘ŁŽŲ©Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ų¬ŁŁ‡ŁŽŲ©Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ų²Ł‘ŁŽŁ…ŁŽŲ§Ł†Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŽŁƒŁŽŲ§Ł†ŁŲŒ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲ“Ł’Ł‡ŁŽŲÆŁ Ų£ŁŽŁ†Ł‘ŁŽ Ų³ŁŽŁŠŁŁ‘ŲÆŁŽŁ†ŁŽŲ§ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲÆŁ‹Ų§ Ų¹ŁŽŲØŁ’ŲÆŁŁ‡Ł ŁˆŁŽŲ±ŁŽŲ³ŁŁˆŁ’Ł„ŁŁ‡Ł Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ’ ŁƒŁŽŲ§Ł†ŁŽ Ų®ŁŁ„ŁŁ‚ŁŽŁ‡Ł Ų§Ł„Ł’Ł‚ŁŲ±Ł’Ų¢Ł†ŁĀ 


Ų£ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲ§ ŲØŁŽŲ¹Ł’ŲÆŁŲŒ ŁŁŽŲ£ŁŁˆŁ’ŲµŁŁŠŁ’ŁƒŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŁ†ŁŽŁŁ’Ų³ŁŁŠ ŲØŁŲŖŁŽŁ‚Ł’ŁˆŁŽŁ‰ اللّٰهِ Ų¹ŁŽŲ²Ł‘ŁŽ ŁˆŁŽŲ¬ŁŽŁ„Ł‘ŁŽ ŁˆŁŽŲ§ŲŖŁ‘ŁŽŁ‚ŁŁˆŲ§ Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŽ ŲŖŁŽŲ¹ŁŽŲ§Ł„ŁŽŁ‰ فِي Ł‡ŁŽŲ°ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł’ŁŠŁŽŁˆŁ’Ł…Ł Ų§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŲøŁŁŠŁ…ŁŲŒ ŁˆŁŽŲ§Ų¹Ł’Ł„ŁŽŁ…ŁŁˆŁ’Ų§ Ų£ŁŽŁ†Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŽ Ų£ŁŽŁ…ŁŽŲ±ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ ŲØŁŲ£ŁŽŁ…Ł’Ų±Ł Ų¹ŁŽŲøŁŁŠŁ’Ł…ŁŲŒ Ų£ŁŽŁ…ŁŽŲ±ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ ŲØŁŲ§Ł„ŲµŁ‘ŁŽŁ„ŁŽŲ§Ų©Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ų³Ł‘ŁŽŁ„ŁŽŲ§Ł…Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ł†ŁŽŲØŁŁŠŁŁ‘Ł‡Ł Ų§Ł„Ł’ŁƒŁŽŲ±ŁŁŠŁ’Ł…Ł ŁŁŽŁ‚ŁŽŲ§Ł„ŁŽ: Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‘ŁŽŁ‡ŁŽ ŁˆŁŽŁ…ŁŽŁ„ŁŽŲ§Ų¦ŁŁƒŁŽŲŖŁŽŁ‡Ł ŁŠŁŲµŁŽŁ„Ł‘ŁŁˆŁ†ŁŽ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų§Ł„Ł†Ł‘ŁŽŲØŁŁŠŁŁ‘ŲŒ ŁŠŁŽŲ§ Ų£ŁŽŁŠŁ‘ŁŁ‡ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł‘ŁŽŲ°ŁŁŠŁ†ŁŽ Ų¢Ł…ŁŽŁ†ŁŁˆŁ’Ų§ ŲµŁŽŁ„Ł‘ŁŁˆŁ’Ų§ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł‡Ł ŁˆŁŽŲ³ŁŽŁ„Ł‘ŁŁ…ŁŁˆŲ§ ŲŖŁŽŲ³Ł’Ł„ŁŁŠŁ…Ł‹Ų§ŲŒ Ų§Ł„Ł„Ł‘Ł°Ł‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ ŲµŁŽŁ„ŁŁ‘ ŁˆŁŽŲ³ŁŽŁ„ŁŁ‘Ł…Ł’ ŁˆŁŽŲØŁŽŲ§Ų±ŁŁƒŁ’ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ Ų³ŁŽŁŠŁŁ‘ŲÆŁŁ†ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŁ†ŁŽŲØŁŁŠŁŁ‘Ł†ŁŽŲ§ Ł…ŁŲ­ŁŽŁ…Ł‘ŁŽŲÆŁ ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ آلِهِ ŁˆŁŽŲµŁŽŲ­Ł’ŲØŁŁ‡Ł Ų§Ł„Ų·Ł‘ŁŽŁŠŁŁ‘ŲØŁŁŠŁ’Ł†ŁŽŲŒ ŁˆŁŽŲ§Ų±Ł’Ų¶ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‘Ł°Ł‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ Ų¹ŁŽŁ†Ł Ų§Ł„Ł’Ų®ŁŁ„ŁŽŁŁŽŲ§Ų”Ł Ų§Ł„Ų±Ł‘ŁŽŲ§Ų“ŁŲÆŁŁŠŁ†ŁŽŲŒ Ų£ŁŽŲØŁŁŠ ŲØŁŽŁƒŁ’Ų±Ł ŁˆŁŽŲ¹ŁŁ…ŁŽŲ±ŁŽ ŁˆŁŽŲ¹ŁŲ«Ł’Ł…ŁŽŲ§Ł†ŁŽ ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ„ŁŁŠŁ‘ŁŲŒ ŁˆŁŽŲ¹ŁŽŁ†Ł’ Ų³ŁŽŲ§Ų¦ŁŲ±Ł Ų§Ł„ŲµŁ‘ŁŽŲ­ŁŽŲ§ŲØŁŽŲ©Ł Ų§Ł„ŲµŁ‘ŁŽŲ§Ł„Ų­ŁŠŁ†ŁŽĀ 


Ų§Ł„Ł„Ł‘Ł°Ł‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ اغْفِرْ Ł„ŁŁ„Ł’Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŁŠŁ†ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŲ³Ł’Ł„ŁŁ…ŁŽŲ§ŲŖŁŲŒ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŲ¤Ł’Ł…ŁŁ†ŁŁŠŁ†ŁŽ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŲ¤Ł’Ł…ŁŁ†ŁŽŲ§ŲŖŁŲŒ Ų§Ł„Ł’Ų£ŁŽŲ­Ł’ŁŠŁŽŲ§Ų”Ł Ł…ŁŁ†Ł’Ł‡ŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ų£ŁŽŁ…Ł’ŁˆŁŽŲ§ŲŖŁŲŒ Ų„ŁŁ†Ł‘ŁŽŁƒŁŽ Ų³ŁŽŁ…ŁŁŠŲ¹ŁŒ Ł‚ŁŽŲ±ŁŁŠŲØŁŒ Ł…ŁŲ¬ŁŁŠŲØŁ Ų§Ł„ŲÆŁ‘ŁŽŲ¹ŁŽŁˆŁŽŲ§ŲŖŁŲŒ Ų§Ł„Ł„Ł‘Ł°Ł‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ Ų§Ų¬Ł’Ų¹ŁŽŁ„Ł’ Ų¹ŁŁŠŲÆŁŽŁ†ŁŽŲ§ Ł‡ŁŽŲ°ŁŽŲ§ Ų³ŁŽŲ¹ŁŽŲ§ŲÆŁŽŲ©Ł‹ ŁˆŁŽŲŖŁŽŁ„Ų§ŁŽŲ­ŁŁ…Ł‹Ų§ŲŒ ŁˆŁŽŁ…ŁŽŲ³ŁŽŲ±Ł‘ŁŽŲ©Ł‹ ŁˆŁŽŲŖŁŽŲ±ŁŽŲ§Ų­ŁŁ…Ł‹Ų§ŲŒ ŁˆŁŽŲ²ŁŲÆŁ’Ł†ŁŽŲ§ ŁŁŁŠŁ‡Ł Ų·ŁŁ…ŁŽŲ£Ł’Ł†ŁŁŠŁ†ŁŽŲ©Ł‹ ŁˆŁŽŲ£ŁŁ„Ł’ŁŁŽŲ©Ł‹ŲŒ ŁˆŁŽŁ‡ŁŽŁ†ŁŽŲ§Ų”Ł‹ ŁˆŁŽŁ…ŁŽŲ­ŁŽŲØŁ‘ŁŽŲ©Ł‹ŲŒ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲ¹ŁŲÆŁ’Ł‡Ł Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠŁ’Ł†ŁŽŲ§ ŲØŁŲ§Ł„Ł’Ų®ŁŽŁŠŁ’Ų±Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ų±Ł‘ŁŽŲ­ŁŽŁ…ŁŽŲ§ŲŖŁŲŒ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’ŁŠŁŁ…Ł’Ł†Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’ŲØŁŽŲ±ŁŽŁƒŁŽŲ§ŲŖŁŲŒ Ų§Ł„Ł„Ł‘Ł°Ł‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ Ų§Ų¬Ł’Ų¹ŁŽŁ„Ł Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŽŁˆŁŽŲÆŁ‘ŁŽŲ©ŁŽ Ų“ŁŁŠŁ…ŁŽŲŖŁŽŁ†ŁŽŲ§ŲŒ ŁˆŁŽŲØŁŽŲ°Ł’Ł„ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ų®ŁŽŁŠŁ’Ų±Ł Ł„ŁŁ„Ł†Ł‘ŁŽŲ§Ų³Ł ŲÆŁŽŲ£Ł’ŲØŁŽŁ†ŁŽŲ§ŲŒ Ų§Ł„Ł„Ł‘Ł°Ł‡ŁŁ…Ł‘ŁŽ Ų£ŁŽŲÆŁŁ…Ł Ų§Ł„Ų³Ł‘ŁŽŲ¹ŁŽŲ§ŲÆŁŽŲ©ŁŽ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁ‰ ŁˆŁŽŲ·ŁŽŁ†ŁŁ†ŁŽŲ§ŲŒ ŁˆŁŽŲ§Ł†Ł’Ų“ŁŲ±Ł Ų§Ł„Ł’ŲØŁŽŁ‡Ł’Ų¬ŁŽŲ©ŁŽ فِي ŲØŁŁŠŁŁˆŲŖŁŁ†ŁŽŲ§ŲŒ ŁˆŁŽŲ§Ų­Ł’ŁŁŽŲøŁ’Ł†ŁŽŲ§ فِي Ų£ŁŽŁ‡Ł’Ł„ŁŁŠŁ†ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲ±Ł’Ų­ŁŽŲ§Ł…ŁŁ†ŁŽŲ§ŲŒ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŁƒŁ’Ų±ŁŁ…Ł’Ł†ŁŽŲ§ ŲØŁŁƒŁŽŲ±ŁŽŁ…ŁŁƒŁŽ فِي Ų§Ł„ŲÆŁ‘ŁŁ†Ł’ŁŠŁŽŲ§ ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ų¢Ų®ŁŲ±ŁŽŲ©ŁŲŒ Ų±ŁŽŲØŁ‘ŁŽŁ†ŁŽŲ§ Ų¢ŲŖŁŁ†ŁŽŲ§ فِي Ų§Ł„ŲÆŁ‘ŁŁ†Ł’ŁŠŁŽŲ§ Ų­ŁŽŲ³ŁŽŁ†ŁŽŲ©Ł‹ŲŒ ŁˆŁŽŁŁŁŠ Ų§Ł„Ł’Ų¢Ų®ŁŲ±ŁŽŲ©Ł Ų­ŁŽŲ³ŁŽŁ†ŁŽŲ©Ł‹ŲŒ ŁˆŁŽŁ‚ŁŁ†ŁŽŲ§ Ų¹ŁŽŲ°ŁŽŲ§ŲØŁŽ Ų§Ł„Ł†Ł‘ŁŽŲ§Ų±ŁŲŒ ŁˆŁŽŲ£ŁŽŲÆŁ’Ų®ŁŁ„Ł’Ł†ŁŽŲ§ Ų§Ł„Ł’Ų¬ŁŽŁ†Ł‘ŁŽŲ©ŁŽ Ł…ŁŽŲ¹ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ų£ŁŽŲØŁ’Ų±ŁŽŲ§Ų±ŁŲŒ ŁŠŁŽŲ§ Ų¹ŁŽŲ²ŁŁŠŲ²Ł ŁŠŁŽŲ§ ŲŗŁŽŁŁ‘ŁŽŲ§Ų±Ł


Ų¹ŁŲØŁŽŲ§ŲÆŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŲŒ Ų„Ł†Ł‘ŁŽ Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŽ ŁŠŁŽŲ£Ł’Ł…ŁŲ±Ł ŲØŁŲ§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŲÆŁ’Ł„Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ų„Ų­Ł’Ų³ŁŽŲ§Ł†ŁŲŒ ŁˆŁŽŲ„ŁŁŠŁ’ŲŖŁŽŲ§Ų”Ł ذِي Ų§Ł„Ł’Ł‚ŁŲ±Ł’ŲØŁŽŁ‰ ŁˆŁŠŁŽŁ†Ł’Ł‡ŁŽŁ‰ Ų¹ŁŽŁ†Ł Ų§Ł„ŁŁŽŲ­Ł’Ų“ŁŽŲ§Ų”Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŁ†Ł’ŁƒŁŽŲ±Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„ŲØŁŽŲŗŁ’ŁŠŁŲŒ ŁŠŁŽŲ¹ŁŲøŁŁƒŁŁ…Ł’ Ł„ŁŽŲ¹ŁŽŁ„Ł‘ŁŽŁƒŁŁ…Ł’ ŲŖŁŽŲ°ŁŽŁƒŁ‘ŁŽŲ±ŁŁˆŁ’Ł†ŁŽŲŒ ŁŁŽŲ§Ų°ŁƒŁŲ±ŁŁˆŲ§ Ų§Ł„Ł„Ł‡ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ų¹ŁŽŲøŁŁŠŁ’Ł…ŁŽ ŁŠŁŽŲ°Ł’ŁƒŁŲ±Ł’ŁƒŁŁ…Ł’ ŁˆŁŽŁ„ŁŽŲ°ŁŁƒŁ’Ų±Ł اللهِ Ų£ŁŽŁƒŁ’ŲØŁŽŲ±ŁŲŒ Ų¹ŁŁŠŁ’ŲÆŁŒ Ų³ŁŽŲ¹ŁŁŠŁ’ŲÆŁŒ ŁˆŁŽŁƒŁŁ„Ł‘Ł Ų¹ŁŽŲ§Ł…Ł ŁˆŁŽŲ£ŁŽŁ†Ł’ŲŖŁŁ…Ł’ ŲØŁŲ®ŁŽŁŠŁ’Ų±Ł
Ā