Syiar

Keutamaan Muhasabah di Akhir Tahun

Senin, 30 Desember 2024 | 10:34 WIB

Keutamaan Muhasabah di Akhir Tahun

Pentingnya berintrospeksi diri di akhit tahun (ilustrasi: NU Online)

Muhasabah sangat dianjurkan sebagai sarana introspeksi diri, terutama pada akhir tahun seperti ini. Muhasabah dapat diartikan sebagai mengevaluasi atau mengoreksi perbuatan, perilaku, sikap, kelemahan, kesalahan, yang telah dilakukan. 

 

Imam Al-Ghazali mengutip Surat Al-Hasyr ayat 18,  yang mengandung keutamaan muhasabah. Menurutnya, surat tersebut mengisyaratkan manusia untuk melakukan muhasabah atas perbuatan yang telah dilakukan. 


 

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ 


 

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah. Hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok. Bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan (Surat Al-Hasyr ayat 18). 

 

Sayyidina Umar ra  juga menganjurkan kita untuk melakukan muhasabah, dengan mengatakan, “Hendaklah kalian lakukan muhasabah atas diri kalian sebelum kalian dihisab. Timbanglah perbuatan kalian sebelum ia kelak ditimbang” (Imam Al-Ghazali, Ihya Ulumiddin, [Beirut, Darul Fikr: 2018 M], juz IV, halaman 419). 

 

Imam Al-Ghazali mengaitkan muhasabah dan tobat. Keduanya tidak dapat dipisahkan karena tobat adalah peninjauan atau koreksi terhadap perbuatan atau sikap diri sendiri yang sudah dilakukan dengan rasa penyesalan. 

 

Imam Al-Ghazali dalam kaitan dengan muhasabah dan tobat mengutip Surat An-Nur ayat 31 dan Surat Al-A’raf ayat 201. 


 

وَتُوبُوٓا۟ إِلَى ٱللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا ٱلْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ 


 

Artinya: Bertobatlah kalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, agar kalian beruntung (Surat An-Nur ayat 31). 


 

إِنَّ الَّذِينَ اتَّقَوْا إِذَا مَسَّهُمْ طَائِفٌ مِنَ الشَّيْطَانِ تَذَكَّرُوا فَإِذَا هُمْ مُبْصِرُونَ 


 

Artinya: Sungguh, orang-orang yang bertakwa bila ditimpa was-was dari setan, mereka ingat kepada Allah, lalu ketika itu juga mereka melihat (kesalahan-kesalahannya) (Surat Al-A’raf ayat 201). 

 

Dilansir dari NU Online, Imam Ghazali yang dikenal sebagai ahli dan pakar dalam bidang tasawuf Kitab Ihya Ulumiddin, menjelaskan bahwa tujuan dari muhasabah adalah untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan diri sendiri. Dengan menyadari kekurangan diri, seseorang akan termotivasi untuk memperbaiki diri dengan meningkatkan amal kebaikan dan memperbaiki hubungan dengan Tuhan. 

 

Imam Ghazali menyatakan: 


 

اعلم أن العبد كما [ينبغي أن] يكون له وقت في أول النهار يشارط فيه نفسه على سبيل التوصية بالحق، فينبغي أن يكون له في آخر النهار ساعة يطالب فيها النفس ويحاسبها على جميع حركاتها وسكناتها، كما يفعل التجار في الدنيا مع الشركاء في آخر كل سنة أو شهر أو يوم حرصا منهم على الدنيا، وخوفا من أن يفوتهم منها ما لو فاتهم لكانت الخيرة لهم في فواته 


 

Artinya: Ketahuilah bahwa hamba, sebagaimana seharusnya memiliki waktu di awal hari untuk berjanji kepada dirinya sendiri untuk berpegang teguh pada kebenaran, maka seharusnya ia juga memiliki waktu di akhir hari untuk menuntut jiwanya dan memperhitungkannya atas semua gerak-geriknya dan diamnya, sebagaimana yang dilakukan oleh para pedagang di dunia dengan para mitra mereka di akhir setiap tahun, bulan, atau hari, karena kegigihan mereka terhadap dunia, dan karena takut jika mereka kehilangan sesuatu dari dunia yang jika mereka kehilangannya, itu akan lebih baik bagi mereka jika hilang.

 

Berdasarkan penjelasan Imam Ghazali ini, setidaknya 3 manfaat dari muhasabah bagi seorang Muslim. Pertama, muhasabah dapat membantu untuk memperbaiki diri dan menjauhi perbuatan dosa. Hal ini karena muhasabah adalah proses introspeksi diri, di mana kita merenungkan dan mengevaluasi perbuatan, sikap, dan kebiasaan sendiri. Muhasabah dapat dilakukan setiap hari, di awal dan di akhir hari. 

 

Hal ini senada dengan hadits Nabi Muhammad saw berikut: 


 

من كان يومه خيرا من امسه فهو رابح. ومن كان يومه مثل امسه فهو مغبون. ومن كان يومه شرا من امسه فهو ملعون.( رواه الحاكم) 


 

Artinya: Barangsiapa hari ini lebih baik dari kemarin, maka ia beruntung. Barangsiapa hari ini sama dengan kemarin, maka ia merugi. Barangsiapa hari ini lebih buruk dari kemarin, maka ia terlaknat (HR Al-Hakim).  


Kedua, muhasabah akan menumbuhkan rasa tanggung jawab. Kita sadar akan kewajiban di hadapan Allah, sesama manusia, dan diri sendiri yang terikat akan aturan agama. Melalui muhasabah, manusia mengerti bahwa hidup ini bermakna dan kelak kembali kepada Allah. 

 

Hal ini ditegaskan dalam firman Allah dalam Q.S al-Hasyr [59] ayat 18: 


 

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا اتَّقُوا اللّٰهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَّا قَدَّمَتْ لِغَدٍۚ وَاتَّقُوا اللّٰهَ ۗاِنَّ اللّٰهَ خَبِيْرٌ ۢبِمَا تَعْمَلُوْنَ 


 

Artinya: Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.

 

Ketiga, muhasabah menjaga diri dari perbuatan maksiat. Orang-orang yang  selalu berintrospeksi, maka ia akan menjaga diri dari godaan dosa, yang kelak akan membahayakan diri di hari kiamat. Orang yang selalu bermuhasabah diri akan siap menjawab pertanyaan Allah swt dan akan mendapatkan akhirat yang baik. Sebaliknya, orang yang tidak introspeksi diri akan menyesal dan akan berdiri lama di padang mahsyar.



  فمن حاسب نفسه قبل أن يحاسب خف في القيامة حسابه ، وحضر عند السؤال جوابه ، وحسن منقلبه ومآبه ، ومن لم يحاسب نفسه دامت حسراته ، وطالت في عرصات القيامة 


 

Artinya: Siapa pun yang introspeksi diri sebelum dihakimi, maka perhitungannya di hari kiamat akan menjadi lebih ringan, jawabannya akan siap ketika ditanya, dan akhir dan kembalinya akan menjadi baik. Siapa pun yang tidak introspeksi diri, maka penyesalan akan terus ada dalam dirinya, dan ia akan berdiri lama di padang mahsyar  [Muhammad Jamaluddin al-Qassimi, Mau'izatul Mukminin min Ihya 'Ulumiddin, Jilid I, [Beirut; dar Kutub al-Ilmiyah, 1995], halaman 305].  

 

Dengan demikian, penting sekali kita melakukan muhasabah, untuk memperbaiki diri dan meningkatkan kualitas keimanan dan ketakwaan. Muhasabah dapat dilakukan setiap hari, atau setidak-tidaknya pada momen pergantian tahun.