Syiar

Akhir Tahun, Anjuran untuk Bertobat dan Muhasabah

Ahad, 29 Desember 2024 | 08:30 WIB

Akhir Tahun, Anjuran untuk Bertobat dan Muhasabah

Ilustrasi tobat. (Foto: NU Online)

Tak terasa kita saat ini sudah berada di akhir tahun lagi, yaitu penghujung tahun 2024. Kita akan memasuki tahun baru 2025 dengan harapan baru, yang tentunya ingin lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.


Pada akhir tahun ini, sebaiknya kita mengisinya dengan bertobat dan bermuhasabah kepada Allah swt. Momen ini menjadi waktu refleksi yang tepat untuk mengevaluasi perjalanan hidup kita dan merencanakan langkah-langkah ke depan.


Tobat adalah sadar dan menyesal akan dosa, serta berniat untuk memperbaiki tingkah laku dan perbuatan. Tobat bisa diartikan juga sebagai kembali ke jalan agama.


Bertobat kepada Allah memberi kita kesempatan untuk membersihkan diri, dan memperbaiki hubungan kita dengan Allah. Tobat memiliki beberapa elemen penting, yaitu penyesalan yang tulus atas dosa yang dilakukan, meninggalkan dosa tersebut, dan bertekad untuk tidak mengulanginya di masa depan.


Pentingnya bertobat ini, disebutkan dalam sebuah hadits, Rasulullah saw bersabda:


كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ، وَخَيْرُ اَلْخَطَّائِينَ اَلتَّوَّابُونَ


Artinya: Semua manusia melakukan kesalahan, dan sebaik-baiknya orang yang bersalah adalah orang yang bertobat (HR At-Tirmidzi).


Dilansir dari NU Online, Imam Al Ghazali dalam kitab Raudhatut Thalibin wa 'Umdatus Salikin mengatakan hakikat dari tobat ialah kembali dari maksiat menuju taat, dari jalan yang jauh menuju jalan yang dekat, serta mengatur ilmu, hal, dan amal, begitu juga dalam pengaturan pada setiap maqam (kondisi). 


Tiga kombinasi yaitu ilmu, hal, dan maqam merupakan fondasi yang kuat agar seseorang merenungi hakikat tobat. Imam Ghazali mengatakan, ilmu merupakan pengikat keimanan pada Allah. Hal ini merupakan perasaan menyesal yang lahir dari tobat, dan amal merupakan perbuatan yang baik, yang timbul dan lahir dari perasaan dalam hati dan anggota tubuh.


Artinya, tiga kombinasi ini, akan melahirkan manusia yang baru, yang berharap ridha Allah. Imam Ghazali menyebutnya ada 4 rukun tobat yakni mengetahui, menyesal, bertekad tak mengulangi, dan meninggalkan segala dosa.


واما اركانها فاربعة: علم و عزم و ترك والقدر الواجب من الندم مايحث على الترك


Artinya: Adapun rukun tobat itu ada empat perkara, yaitu mengetahui (dosanya), menyesal, meninggalkan dosa, dan bertekad dengan sekuat tenaga tidak mengulangi dosa yang telah ditinggalkan tersebut.


Dengan demikian, penyesalan yang mendalam atas dosa-dosa yang telah dilakukan termasuk dalam rukun tobat yang harus diamalkan. Penyesalan yang tulus termasuk langkah penting dalam pertobatan.


Pahami bahwa dosa tersebut telah menjauhkan kita dari Allah, dan bersiaplah untuk mengubah diri menjadi lebih baik. Di samping itu, orang yang bertobat juga seyogianya meninggalkan dosa tersebut.


Setelah menyadari kesalahan dan dosa-dosa yang telah dilakukan, buatlah tekad yang kuat untuk meninggalkan dosa-dosa tersebut. Hal ini mungkin membutuhkan perubahan gaya hidup, kebiasaan, atau pergaulan. Berusaha meninggalkan dosa-dosa tersebut adalah langkah penting dalam mempraktikkan taubat.


Tak kalah penting ialah seorang yang bertobat harus mengingat bahwa tobat yang ia lakukan berkat dari karunia Allah. Tidak menganggap bahwa tobat itu semata karena dirinya sendiri, melainkan ada campur tangan dari hidayah Allah. Sebab hanya Allah yang menciptakan tobat di dalam dirinya.


Kesadaran akan campur tangan ilahi dalam proses tobatnya, merupakan bentuk keimanan kepada Allah, sebab erat kaitannya dengan kuasa Allah. Jika sudah demikian, maka kita akan mampu membersihkan segala kotoran dari hatinya, misalnya; sombong, iri hati, mudah marah, mengumpat, dan meninggalkan segala yang dilarang Allah.


Syekh Abdul Qadir Al Jailani dalam kitab Sirrul Asrar menerangkan manusia tidak cukup bertobat dari lahiriyah seperti mencuri, berzina, dan membunuh. Tetapi juga harus dibarengi dengan membersihkan diri dari dosa hati.


Syekh Abdul Qadir memberikan ilustrasi, orang yang bertaubat dengan dosa lahiriyah saja seperti orang yang memotong rumput hanya pada bagian cabangnya dan enggan mencabutnya sampai ke akarnya sehingga rumput seperti itu pasti akan tumbuh lagi, bahkan jauh lebih rimbun dari sebelumnya. Untuk itu, seyogianya orang bertobat menjauhi segala dosa yang lahiriyah dan bathiniyah, yang memastikan rumput “dosa” tersebut tidak akan tumbuh lagi, karena sudah dibabat sampai ke dalam “hati” yang terdalam [Syekh Abdul Qadir Al Jailani, Sirrul Asrar wa Mazhharul Anwar fima Yahtaju ilaihi Al Abrar [Jakarta; Turos Pustaka Islam, Cet 1, 2019] hal. 65].


Manfaat Taubat di Akhir Tahun

Bertobat pada Allah pada momentum akhir tahun memiliki manfaat yang luar biasa, di antaranya sebagai berikut:


Pertama, tobat membantu membersihkan hati dan jiwa dari beban dosa yang mengganggu kesejahteraan spiritual. Dosa-dosa yang terus ditumpuk dalam diri seseorang dapat merusak ketenangan batin dan menjauhkan diri dari kedekatan dengan Allah. Dengan bertobat, kita membebaskan diri dari beban tersebut dan mendekatkan diri kepada Allah dengan hati yang bersih.


Dalam Al-Qur'an, Allah swt berfirman dalam QS Az-Zumar [39] ayat 53:


قُلْ يٰعِبَادِيَ الَّذِيْنَ اَسْرَفُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوْا مِنْ رَّحْمَةِ اللّٰهِ ۗاِنَّ اللّٰهَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ جَمِيْعًا ۗاِنَّهٗ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ


Artinya: Katakanlah (Nabi Muhammad), “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas (dengan menzalimi) dirinya sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.


Kedua, tobat memberikan kesempatan bagi perbaikan diri. Setiap manusia pasti melakukan kesalahan, namun, tobat mengajarkan kita untuk belajar dari kesalahan tersebut dan berkomitmen untuk tidak mengulanginya di masa depan. Saat kita melihat kembali perjalanan hidup kita di tahun yang telah berlalu, tobat memungkinkan kita untuk mengidentifikasi area-area yang perlu diperbaiki dan berusaha melakukan perubahan yang positif.


Dalam sebuah hadits Rasulullah saw bersabda:


 {مَا مِنْ شَيْءٍ أَحَبُّ إلَى اللهِ تَعَالَى مِنْ شَابٍّ تَائِبٍ وَمَا مِنْ شَيْءٍ أَبْغَضُ إِلَى اللهِ تَعَالَى مِنْ شَيْخٍ مُقِيْمٍ عَلَى مَعَاصِيْهِ}.


Artinya: Tidak ada yang lebih dicintai oleh Allah ta’ala dari pada pemuda yang taubat dan tidak adalah yang lebih dibenci Allah ta’ala dari pada orang tua yang selalu istiqamah pada kemaksiatan-kemaksiatannya.


Ketiga, tobat membantu memperkuat hubungan kita dengan Allah. Allah swt adalah Maha Pengampun dan Maha Penyayang. Ketika kita dengan sungguh-sungguh bertaubat, Allah menerima tobat kita dengan tangan terbuka. Ini memberi kita rasa kedamaian dan kepercayaan bahwa kita tidak sendirian dalam perjalanan hidup ini.


Dengan memiliki hubungan yang kuat dengan Allah, kita merasa lebih dekat dan terlindungi. Sebagaimana firman Allah dalam QS  Baqarah [2]  ayat 222 berikut:


اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ التَّوَّابِيْنَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِيْنَ


Artinya: Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.

Dalam kitab Tafsir as-Sam'ani, karya Abu Al Muzhaffar As-Sam'ani, yang dimaksud dengan makna dari “tawwabin” ini adalah orang yang kembali pada Allah dengan bertobat dan memohon ampunan. Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dari dosa-dosa mereka dan berusaha membersihkan diri dari kekurangan dan kelemahan.


Allah menyukai ketekunan dan upaya seseorang dalam mencari pengampunan-Nya dan meningkatkan kualitas spiritual serta moral mereka.


{إِن الله يحب التوابين وَيُحب المتطهرين} قيل: مَعْنَاهُ: التوابين من الذُّنُوب. والمتطهرين من الْعُيُوب. وَالْقَوْل الثَّانِي: معنى التوابين الرجاعين إِلَى الله بِالتَّوْبَةِ وَالِاسْتِغْفَار، وَمعنى المتطهرين: المتبرئين من حول أنفسهم وقوتهم


Artinya: (Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri). Ada dua pendapat tentang makna ayat ini: Pendapat pertama mengartikan “al-tawwabīn” sebagai orang-orang yang bertobat dari dosa-dosa mereka, dan “al-mutaṭahhirīn” sebagai orang-orang yang menyucikan diri dari kekurangan dan kelemahan.


Pendapat kedua mengartikan al-tawwabīn sebagai orang-orang yang kembali kepada Allah dengan tobat dan memohon ampunan, dan al-mutaṭahhirīn sebagai orang-orang yang bersih dari segala aib dan kekurangan di sekitar mereka


Melihat pentingnya arti sebuah pertobatan, semoga pada momen pergantian tahun ini kita bisa melaksanakan tobat sesuai tuntunan agama. Tobat pada akhir tahun ini juga dapat menghindarkan kita dari perayaan tahun baru yang berlebihan, kurang bermanfaat, dan memperkuat tekad untuk menjadi pribadi yang lebih baik di tahun-tahun berikutnya.