Ila Fadilasari
Penulis
Pada bulan Syawal ini umat Islam dapat melaksanakan shalat sunnah Syawal, selain melaksanakan puasa sunnah Syawal selama enam hari yang sudah umum dilakukan. Keutamaan shalat sunnah Syawal atau disebut juga shalat Utaqa itu adalah diampuni dosa-dosa bagi yang mengerjakannya.
Disebut shalat Utaqa artinya pembebasan. Allah swt akan membebaskan orang yang mengamalkannya dari impitan utang dan Allah akan memudahkan hajat mereka.
Shalat sunnah Syawal adalah shalat sunnah mutlak sebanyak delapan rakaat, yang dilaksanakan pada bulan Syawal. Shalat sunnah ini masih termasuk jarang diketahui dan dilakukan oleh umat Muslim.
Penjelasan tentang shalat sunnah Syawal ini dijelaskan oleh Syekh Abdul Qadir al-Jailani berdasarkan pada hadits dalam kitabnya Al-Ghunyah. Siapa yang mendirikan shalat ini sesuai tata caranya, maka akan diampuni dosa-dosanya sebelum ia mengangkat kepala setelah sujudnya, dan andaikan dia mati, maka dia mati dalam keadaan syahid yang dosanya telah diampuni.
Syekh Abdul Qadir menyatakan, seorang hamba yang melaksanakan shalat ini dalam keadaan bepergian, maka Allah mudahkan baginya perjalanannya hingga tempat yang dituju. Andaikan ia memiliki utang, maka utangnya akan terbayar; dan seandainya ia memiliki kebutuhan, Allah akan memenuhi kebutuhannya.
Baca Juga
Lafal Niat Puasa Syawal dan Keutamaannya
Adapun tata cara shalat sunnah Syawal yaitu:
- Shalat sunnah dilakukan delapan rakaat, bisa dilaksanakan pada siang ataupun malam hari.
- Dilaksanakan dengan empat kali salam, artinya masing-masing dua rakaat.
- Pada setiap rakaat membaca al-Fatihah dan surat al-Ikhlas sebanyak 15 kali.
- Setelah delapan rakaat selesai dilakukan, lanjut dengan membaca tasbih (subhanallah wa bi hamdihi, subhanallahil adhim) 70 kali, dan shalawat (allahumma shallli āala sayyidina Muhammad) 70 kali.
- Dilanjutkan dengan membaca doa.
Selengkapnya pernyataan Syekh Abdul Qadir al-Jailani adalah sebagai berikut:
Ā ŲŲÆŲ«ŁŲ§ Ų£ŲØŁ ŁŲµŲ± ŲØŁ Ų§ŁŲØŁŲ§Ų” ع٠ŁŲ§ŁŲÆŁ ŁŲ§Ł: ŲŲÆŲ«ŁŲ§ Ų£ŲØŁŲ¹ŲØŲÆ Ų§ŁŁŁ Ų§ŁŲŲ³ŁŁ ŲØŁ Ų¹Ł
Ų± Ų§ŁŲ¹ŁŲ§ŁŲ ŁŲ§Ł: Ų£Ų®ŲØŲ±ŁŲ§ Ų£ŲØŁ Ų§ŁŁŲ§Ų³Ł
Ų§ŁŁŲ§Ų¶Ł ŁŲ§Ł: ŲŲÆŲ«ŁŲ§ Ł
ŲŁ
ŲÆ ŲØŁ Ų£ŲŁ
ŲÆ ŲØŁ ŲµŲÆŁŁ ŁŲ§Ł: ŲŲÆŲ«ŁŲ§ ŁŲ¹ŁŁŲØ ŲØŁ Ų¹ŲØŲÆ Ų§ŁŲ±ŲŁ
Ł ŁŲ§Ł: Ų£ŁŲØŲ£ŁŲ§ Ų£ŲØŁ ŲØŁŲ± Ų£ŲŁ
ŲÆ ŲØŁ Ų®Ų¹ŁŲ± Ų§ŁŁ
Ų±ŁŲ²ŁŲ ŁŲ§Ł: ŲŲÆŲ«ŁŲ§ Ų¹ŁŁ Ų§ŲØŁ Ł
Ų¹Ų±ŁŁ ŁŲ§Ł: ŲŲÆŲ«ŁŁ Ł
ŲŁ
ŲÆ ŲØŁ Ł
ŲŁ
ŁŲÆ ŁŲ§Ł: Ų£Ų®ŲØŲ±ŁŲ§ ŁŲŁŁ ŲØŁ Ų“ŲØŁŲØ ŁŲ§Ł: ŲŲÆŲ«ŁŲ§ŲŁ
ŁŲÆ Ų¹Ł Ų£ŁŲ³ Ų±Ų¶Ł Ų§ŁŁŁ Ų¹ŁŁ ŁŲ§ŁŲ ŁŲ§Ł Ų±Ų³ŁŁ Ų§ŁŁŁ ŲµŁŁ Ų§ŁŁŁ Ų¹ŁŁŁ ŁŲ³ŁŁ
: ((Ł
Ł ŲµŁŁ ŁŁ Ų“ŁŲ§Ł Ų«Ł
Ų§Ł Ų±ŁŲ¹Ų§ŲŖ ŁŁŁŲ§ ŁŲ§Ł Ų§Ł ŁŁŲ§Ų±Ų§ ŁŁŲ±Ų§Ų” ŁŁ ŁŁ Ų±ŁŲ¹Ų© ŲØŁŲ§ŲŖŲŲ© Ų§ŁŁŲŖŲ§ŲØ ŁŲ®Ł
Ų³ Ų¹Ų“Ų±Ų© (ŁŁ ŁŁ Ų§ŁŁŁ Ų£ŲŲÆ ...) ŁŲ§Ų°Ų§ ŁŲ±Ųŗ Ł
Ł ŲµŁŲ§ŲŖŁ Ų³ŲØŲ Ų³ŲØŲ¹ŁŁ Ł
Ų±Ų© ŁŲµŁŁ Ų¹ŁŁ Ų§ŁŁŲØŁ ŲµŁŁ Ų§ŁŁŁ Ų¹ŁŁŁ ŁŲ³ŁŁ
Ų³ŲØŲ¹ŁŁ Ł
Ų±Ų©Ų ŁŲ§Ł Ų§ŁŁŲØŁ ŲµŁŁ Ų§ŁŁŁ Ų¹ŁŁŁ ŁŲ³ŁŁ
: ŁŲ§ŁŲ°Ł ŲØŲ¹Ų«ŁŁ ŲØŲ§ŁŲŁ Ł
Ų§ Ł
Ł Ų¹ŲØŲÆ ŁŲµŁŁ ŁŲ°Ł Ų§ŁŲµŁŲ§Ų© Ų§ŁŲ§ Ų£ŁŲØŲ¹ Ų§ŁŁŁ ŁŁ ŁŁŲ§ŲØŁŲ¹ Ų§ŁŲŁŁ
Ų© ŁŁ ŁŁŲØŁ ŁŲ£ŁŲ·Ł ŲØŁ ŁŲ³Ų§ŁŁ ŁŲ£Ų±Ų§Ł ŲÆŲ§Ų” Ų§ŁŲÆŁŁŲ§ ŁŲÆŁŲ§Ų”ŁŲ§Ų ŁŲ§ŁŲ°Ł ŲØŲ¹Ų«ŁŁ ŲØŲ§ŁŲŁ Ł
Ł ŲµŁŁ ŁŲ°Ł Ų§ŁŲµŁŲ§Ų© ŁŁ
Ų§ ŁŲµŁŲŖ ŁŲ§ŁŲ±ŁŲ¹ رأس٠Ł
Ł Ų£Ų®Ų± Ų³Ų¬ŲÆŲ© ŲŲŖŁ ŁŲŗŁŲ± Ų§ŁŁŁ ŁŁŲ ŁŲ§Ł Ł
Ų§ŲŖ Ł
Ų§ŲŖ Ų“ŁŁŲÆŲ§ Ł
ŲŗŁŁŲ±Ų§ ŁŁŲ Ł Ł
Ų§ Ł
Ł Ų¹ŲØŲÆ ŲµŁŁ ŁŲ°Ł Ų§ŁŲµŁŲ§Ų© ŁŁ Ų§ŁŲ³ŁŲ± Ų„ŁŲ§Ų³ŁŁ Ų§ŁŁŁ Ų¹ŁŁŁ Ų§ŁŲ³ŁŲ± ŁŲ§ŁŲ°ŁŲ§ŲØ Ų§ŁŁ Ł
ŁŲ¶Ų¹ Ł
Ų±Ų§ŲÆŁ, ŁŲ§Ł ŁŲ§Ł Ł
ŲÆŁŁŁŲ§ ŁŲ¶Ł Ų§ŁŁŁ ŲÆŁŁŁŲ ŁŲ§Ł ŁŲ§Ł Ų°Ų§ ŲŲ¬Ų© ŁŲ¶Ł Ų§ŁŁŁ ŲŁŲ§Ų¦Ų¬ŁŲ ŁŲ§ŁŲ°Ł ŲØŲ¹Ų«ŁŁ ŲØŲ§ŁŲŁ Ł
Ų§ Ł
Ł Ų¹ŲØŲÆ ŁŲµŁŁ ŁŲ°Ł Ų§ŁŲµŁŲ§Ų© Ų„ŁŲ§ Ų£Ų¹Ų·Ų§Ł Ų§ŁŁŁ ŲŖŲ¹Ų§ŁŁ ŲØŁŁ Ųر٠ŁŲØŁŁ Ų£ŁŲ© Ł
Ų®Ų±ŁŲ© ŁŁ Ų§ŁŲ¬ŁŲ© ŁŁŁ ŁŁ
Ų§ Ų§ŁŁ
Ų®Ų±ŁŲ© ŁŲ§ Ų±Ų³ŁŁ Ų§ŁŁŁ ŁŲ§Ł ŲµŁŁ Ų§ŁŁŁ Ų¹ŁŁŁ ŁŲ³ŁŁ
ŲØŲ³Ų§ŲŖŁŁ ŁŁ Ų§ŁŲ¬ŁŲ© ŁŲ³ŁŲ± Ų§ŁŲ±Ų§ŁŲØ ŁŁ ŲøŁ Ų“Ų¬Ų±Ų© Ł
Ł Ų£Ų“Ų¬Ų§Ų±ŁŲ§ Ł
Ų§Ų¦Ų© Ų³ŁŲ© Ų«Ł
ŁŲ§ŁŁŲ·Ų¹ŁŲ§Ā
Artinya: Diceritakan dari Anas ra, dia berkata bahwasannya Rasulullah pernah bersabda, āBarangsiapa shalat di bulan Syawal sebanyak delapan rakaat baik dilakukan malam hari maupun siang hari yang mana di setiap rakaatnya membaca al-Fatihah dan surat Al-Ikhlas sebanyak lima belas kali, setelah delapan rakaat tersebut kemudian dilanjut dengan membaca tasbih (subhanallah wa bi hamdihi, subhanallahil adhim) tujuh puluh kali dan shalawat (allahumma shallli āala sayyidina Muhammad) tujuh puluh kali. Maka demi Dzat yang telah mengutusku, Allah akan mengalirkan hikmah (kebijaksanaan/kebenaran) dalam hati yang diungkapkan melalui lisan seorang hamba yang telah melaksanakan shalat ini, dan Allah akan tunjukkan kepada dia penyakit-penyakit dunia serta obatnya. Dan demi Dzat yang telah mengutusku, barangsiapa yang mendirikan shalat ini sesuai tata caranya, maka akan diampuni dosa-dosanya sebelum ia mengangkat kepala setelah sujudnya, dan andaikan dia mati, maka dia mati dalam keadaan syahid yang dosanya telah diampuni. Dan tiada seorang hamba yang melaksanakan shalat ini dalam keadaan bepergian, kecuali Allah mudahkan baginya perjalanannya hingga tempat yang dituju. Andaikan ia memiliki utang, maka utangnya akan terbayar. Seandainya ia memiliki kebutuhan, Allah akan memenuhi kebutuhannya. Dan demi Dzat yang telah mengutusku, tiada seorang hamba yang menjalankan shalat ini kecuali Allah berikan untuknya di setiap huruf dan ayatnya sebuah makhrafah di surga nantinya. Kemudian dipertanyakan, āApakah makhrafah itu, ya Rasul?ā Rasulullah menjawab, āMakhrafah adalah dua ekor domba yang mempermudah penunggangnya mengelilingi (kebun penuh) pepohonan yang tidak pernah dipotong selama seratus tahun).ā (Ila Fadilasari)
Ā
Terpopuler
1
Keutamaan Hari Tasyrik dan Amalan yang Dapat Dilakukan
2
Resmi Dilantik, Berikut Susunan Kepengurusan PW GP Ansor Lampung Masa Khidmah 2024-2028
3
Bolehkah Menerima Kurban dari Non-Muslim?
4
GP Ansor Lampung Gelar Pelantikan Pengurus 2024-2028 di UIN Raden Intan, Tandai Kebangkitan Baru
5
Saat Kang Jalal Pringsewu Robohkan Sapi Presiden Prabowo
6
Apakah Orang Berkurban Boleh Memakan Daging Kurbannya? Ini Ketentuan Pembagian Daging Kurban
Terkini
Lihat Semua