Syiar

Kapan Waktu Terbaik Melaksanakan Shalat Id?

Sabtu, 15 Juni 2024 | 14:15 WIB

Kapan Waktu Terbaik Melaksanakan Shalat Id?

Ilustrasi shalat id (Foto: Dian R/ NUO Lampung)

Shalat Id, baik Idul Fitri maupun Idul Adha merupakan ibadah sunnah yang sangat dianjurkan dalam Islam, karena hukumnya sunnah muakkad (dianjurkan). Itulah kenapa, setiap tahun, kita akan menyaksikan euforia umat Islam di seluruh dunia melaksanakan shalat Id secara berjamaah.


Sedangkan waktu pelaksanaan shalat Id, umumnya di Indonesia dilaksanakan pagi hari, sekitaran matahari terbit hingga tergelincirnya matahari. Ulama Syafi’iyyah menyepakati bahwa akhir waktu shalat Id, yakni ketika matahari tergelincir. Hal ini tercantum dalam kitab Majmu’ Imam Nawawi.


ŁˆŁŽŲ§ŲŖŁ‘ŁŽŁŁŽŁ‚ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ų§ŁŽŲµŁ’Ų­ŁŽŲ§ŲØŁ Ų¹ŁŽŁ„ŁŽŁŠ Ų§ŁŽŁ†Ł‘ŁŽ Ų¢Ų®ŁŲ±ŁŽ ŁˆŁŽŁ‚Ł’ŲŖŁ ŲµŁŽŁ„ŁŽŲ§Ų©Ł Ų§Ł„Ł’Ų¹ŁŁŠŲÆŁ Ų²ŁŽŁˆŁŽŲ§Ł„Ł Ų§Ł„Ų“Ł‘ŁŽŁ…Ł’Ų³ŁĀ 


Artinya: Ulama dari kalangan madzhab Syafi’i sepakat bahwa waktu akhir pelaksanaan shalat id adalah ketika tergelincirnya matahari (Muhyiddin Syarf An-Nawawi, Al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab, Jeddah, Maktabah Al-Irsyad, juz VII, halaman 7).Ā 


Juga tercantum dalam kitab Fathul Qarib Al-Mujib fi Syarhi Alfazh Al-Taqrib atau Al-Qawl Al-Mukhtar fi Syarh Ghayatil Ikhtishar karangan Abu Abdillah Muhammad bin Qasim bin Muhammad Al-Ghazi ibn Al-Gharabili.


ŁˆŁˆŁ‚ŲŖ صلاة Ų§Ł„Ų¹ŁŠŲÆŁŠŁ† Ł…Ų§ ŲØŁŠŁ† Ų·Ł„ŁˆŲ¹ الؓمس ŁˆŲ²ŁˆŲ§Ł„Ł‡Ų§


Artinya: Waktu pelaksanaan sholat Ied adalah di antara terbitnya matahari dan tergelincirnya.


Sedangkan waktu awal pelaksanaan shalat Id, ulama Syafi’iyyah berbeda pendapat. Di sini ada dua pendapat yang terangkum dalam kitab Majmu’nya Imam Nawawi.Ā 


Pendapat pertama menyatakan bahwa awal waktu shalat Id adalah dimulai dari terbitnya matahari. Namun yang lebih utama shalat Id ditangguhkan dulu sampai matahari naik seukuran satu tombak. Pandangan ini menurut Muhyiddin Syarf An-Nawawi dalam kitab Al-Majmu’ adalah yang paling sahih.


ŁˆŁŽŁŁŁ‰ Ų§ŁŽŁˆŁ‘ŁŽŁ„Ł ŁˆŁŽŁ‚Ł’ŲŖŁŁ‡ŁŽŲ§ ŁˆŁŽŲ¬Ł’Ł‡ŁŽŲ§Ł†Ł (Ų§ŁŽŲµŁŽŲ­Ł‘ŁŁ‡ŁŁ…ŁŽŲ§) ŁˆŁŽŲØŁŁ‡Ł Ł‚ŁŽŲ·ŁŽŲ¹ŁŽ Ų§Ł„Ł’Ł…ŁŲµŁŽŁ†Ł‘ŁŁŁ ŁˆŁŽŲµŁŽŲ§Ų­ŁŲØŁ Ų§Ł„Ų“Ł‘ŁŽŲ§Ł…ŁŁ„Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ų±Ł‘ŁŁˆŁŠŁŽŲ§Ł†ŁŁ‰Ł‘Ł ŁˆŁŽŲ¢Ų®ŁŽŲ±ŁŁˆŁ†ŁŽ Ų§ŁŽŁ†Ł‘ŁŽŁ‡Ł مِنْ Ų§ŁŽŁˆŁ‘ŁŽŁ„Ł Ų·ŁŁ„ŁŁˆŲ¹Ł Ų§Ł„Ų“Ł‘ŁŽŁ…Ł’Ų³Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ų§ŁŽŁŁ’Ų¶ŁŽŁ„Ł ŲŖŁŽŲ£Ł’Ų®ŁŁŠŲ±ŁŁ‡ŁŽŲ§ Ų­ŁŽŲŖŁ‘ŁŽŁ‰ ŲŖŁŽŲ±Ł’ŲŖŁŽŁŁŲ¹ŁŽ Ų§Ł„Ų“Ł‘ŁŽŁ…Ł’Ų³Ł Ł‚ŁŽŲÆŁ’Ų±ŁŽ Ų±ŁŽŁ…Ł’Ų­ŁĀ 


Artinya: Mengenai waktu awal pelaksanaan shalat Id terdapat dua pendapat. Pendapat yang paling sahih, dan ditegaskan pengarang kitab Al-Muhadzdzab (Abu Ishaq Asy-Syirazi), penulis kitab Asy-Syamil, Ar-Ruyani dan ulama yang lain adalah bahwa awal waktu pelaksanaan shalat Id mulai dari terbitnya matahari. Yang paling utama adalah menangguhkan shalat Id sampai naiknya matahari seukuran satu tombak (Muhyiddin Syarf an-Nawawi, Al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab, juz, VII, halaman 7).Ā 


Pendapat kedua menyatakan bahwa awal waktu shalat Id adalah ketika matahari naik. Ini adalah pandangan yang ditegaskan oleh Al-Bandaniji dan Abu Ishaq Asy-Syirazi dalam kitab At-Tanbih. Menurut An-Nawawi dalam kitabnya Al-Majmu’, pendapat ini zhahirnya adalah ucapan Ash-Shaidalani, Al-Baghawi, dan ulama lainnya.


Ā (ŁˆŁŽŲ§Ł„Ų«Ł‘ŁŽŲ§Ł†ŁŁŠŁ‘Ł) Ų£ŁŽŁ†Ł‘ŁŽŁ‡Ł ŁŠŁŽŲÆŁ’Ų®ŁŁ„Ł ŲØŁŲ§Ų±Ł’ŲŖŁŁŁŽŲ§Ų¹Ł Ų§Ł„Ų“Ł‘ŁŽŁ…Ł’Ų³Ł ŁˆŁŽŲØŁŁ‡Ł Ł‚ŁŽŲ·ŁŽŲ¹ŁŽ Ų§Ł„ŲØŁŽŁ†Ł’ŲÆŁŽŁ†ŁŠŁŲ¬ŁŁŠŁ‘Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’Ł…ŁŲµŁŽŁ†Ł‘ŁŁŁ فِي Ų§Ł„ŲŖŁ‘ŁŽŁ†Ł’ŲØŁŁŠŁ‡Ł ŁˆŁŽŁ‡ŁŁˆŁŽ ŲøŁŽŲ§Ł‡ŁŲ±Ł ŁƒŁŽŁ„ŁŽŲ§Ł…Ł Ų§Ł„ŲµŁ‘ŁŽŁŠŁ’ŲÆŁŽŁ„ŁŽŲ§Ł†ŁŁ‰Ł‘Ł ŁˆŁŽŲ§Ł„Ł’ŲØŁŽŲŗŁŽŁˆŁŁ‰Ł‘Ł ŁˆŁŽŲŗŁŽŁŠŁ’Ų±ŁŁ‡ŁŁ…ŁŽŲ§Ā 


Artinya: Pendapat kedua menyatakan bahwa masuknya waktu shalat Id adalah ketika naiknya matahari. Pendapat ini ditegaskan oleh Al-Bandaniji dan Abu Ishaq Asy-Syirazi dalam kitab At-Tanbih. Pendapat ini zhahirnya adalah ucapan Ash-Shaidalani, Al-Baghawi dan selain keduanya (Muhyiddin Syarf An-Nawawi, Al-Majmu’ Syarhul Muhadzdzab, juz VII, halaman 7).Ā 


Dari penjelasan di atas maka sudah sangat jelas, para ulama Syafi’i bersepakat bahwa akhir dari shalat Id, yakni tergelincirnya matahari, sedangkan awal shalat Id, para ulama Syafi’i berbeda pendapat, ada yang berpendapat ketika matahari terbit, ada juga yang berpendapat ketika matahari sudah naik.Ā 

(Yudi Prayoga)
Ā