Hukuman Bagi Suami Istri yang Bersetubuh di Siang Hari Bulan Ramadhan
Selasa, 11 Maret 2025 | 16:26 WIB
Yudi Prayoga
Penulis
Puasa Ramadhan merupakan ibadah yang memiliki aturan syariat yang tegas, sehingga jika ada yang melanggar, maka akan dikenai sangsi atau hukuman.
Di antaranya aktivitas yang dilarang selama berpuasa di siang hari bulan Ramadhan adalah bersetubuh (jima’), atau hubungan suami istri. Jika tetap dikerjakan, maka pelakunya wajib membayar kafarat.
Keharaman Berhubungan Badan saat Puasa Ramadhan
Keharaman ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits shahih riwayat Abu Hurairah. Dikisahkan olehnya, datang seorang lelaki kepada Nabi saw yang menjelaskan telah menyetubuhi istrinya di siang hari bulan Ramadhan. Kemudian Nabi saw bertanya sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari:
أَتَجِدُ مَا تُحَرِّرُ رَقَبَةً؟ قَالَ: لاَ. قَالَ: فَتَسْتَطِيعُ أَنْ تَصُومَ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ؟ قَالَ: لاَ. قَالَ: أَفَتَجِدُ مَا تُطْعِمُ بِهِ سِتِّينَ مِسْكِينًا؟ قَالَ: لاَ
Artinya: Apakah kamu mampu memerdekakan budak? Lelaki menjawab, “Tidak”. Nabi bertanya kembali, “Apakah kamu mampu berpuasa dua bulan berturut-turut?” Lelaki tersebut menjawab, “Tidak”. Nabi bertanya, “Apakah kamu mampu memberikan makan kepada 60 orang miskin?” Lelaki menjawab: “Tidak”. (Muhammad bin Ismail Al-Bukhari, Al-Jami’us Shahih, [Mathba’atus Salafiyah], juz II, halaman 41).
Hadits ini menjadi dasar larangan bersetubuh atau jima’ ketika berpuasa Ramadhan, serta kewajiban membayar kafarat atau tebusan.
Kafarat yang Harus Dibayar
Kafarat populer sebagai penebus kesalahan yang telah dilakukan. Dijelaskan dalam kitab Fathul Qarib:
وَمَنْ وَطِئَ فِي نَهَارِ رَمَضَانَ عَامِدًا فِي الْفَرْجِ فَعَلَيْهِ الْقَضَاءُ وَالْكَفَارَةُ وَهِيَ عِتْقُ رَقَبَةٍ مُؤْمِنَةٍ فَإِنْ لَمْ يَجِدْ فَصِيَامُ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ فَإِنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَإِطْعَامُ سِتِّيْنَ مِسْكِيْنًا لِكُلِّ مِسْكِيْنٍ مُدٌّ
Artinya: Barangsiapa yang bersetubuh di siang hari Ramadhan dengan sengaja, maka ia wajib mengqadha puasa dan diwajibkan membayar kafarat berupa memerdekakan hamba sahaya (budak), apabila ia tidak menemukan maka harus diganti dengan puasa dua bulan berturut-turut dan apabila tidak mampu, maka harus memberi makan 60 orang miskin. Setiap satu orang mendapat satu mud (Ibnu Qasim Al-Ghazi, Fathul Qarib, [Beirut, Darul Kutub Ilmiyah: 2016], halaman 67).
Kutipan di atas menjelaskan, apabila orang puasa bersetubuh di siang hari Ramadhan, maka wajib membayar kafarat berupa;
1. Memerdekakan hamba sahaya (budak),
2. Apabila tidak mampu, maka berpuasa dua bulan berturut-turut tanpa terputus,
3. Jika masih tidak mampu, kafarat yang dibayarkan adalah memberi makan 60 orang miskin. Setiap orang mendapat satu mud (kurang lebih 7 ons) bahan makanan pokok.
Sebagaimana dilansir dari NU Online, kafarat dibayarkan berurutan dan disesuaikan dengan kemampuan melalui tiga poin di atas. Dengan demikian dapat disimpulkan, ada kafarat yang harus dibayar atau diselesaikan oleh orang puasa karena bersetubuh di siang hari Ramadhan. Adapun rincian kafarat sebagaimana yang telah dijelaskan.
Maka dari itu, sebaiknya kita tetap harus hati-hati, jangan sampai melanggar rambu-rambu syariat puasa. Dan sebenarnya juga suami istri tetap diperbolehkan hubungan badan ketika di makam hari. Ini merupakan salah satu kebijaksanaan dalam Islam. Di siang harinya tetap fokus ibadah kepada Allah, dan di malam harinya bisa menyalurkan hasratnya sesuai syariat.
Terpopuler
1
3 Amalan Malam Nuzulul Qur'an, Ahad 16 Maret 2025
2
Bolehkah Shalat Tahajud Setelah Shalat Witir
3
Nuzulul Qur'an: Berikut 5 Fadilah Membaca Al-Qur'an pada Malamnya
4
Bacaan Qunut Witir pada Separuh Akhir Ramadhan, Arab, Latin dan Terjemah
5
Kisah Sayyidah Khadijah ra dan Hari-Hari Menjelang Turunnya Al-Qur’an
6
Berikut Keutamaan Lailatul Qadar pada Bulan Ramadhan
Terkini
Lihat Semua