• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Sabtu, 4 Mei 2024

Syiar

Berikut Ini Amalan Rasulullah pada 10 Malam Terakhir Ramadhan

Berikut Ini Amalan Rasulullah pada 10 Malam Terakhir Ramadhan
Amalan Rasulullah pada 10 Malam Terakhir Ramadhan (Ilustrasi gambar: NU Online)
Amalan Rasulullah pada 10 Malam Terakhir Ramadhan (Ilustrasi gambar: NU Online)

Kita telah memasuki sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan tahun 2023 ini. Sebagai umat muslim, kita dianjurkan untuk memperbanyak amal ibadah pada 10 hari terakhir ini, karena diyakini menjadi malam yang penuh keberkahan dan keistimewaan.


Meski malam Lailatul Qadar tidak ada kepastian kapan datangnya, namun mayoritas ulama Mazhab Syafi’i meyakini malam Lailatul Qadar akan jatuh pada malam-malam tersebut.


Dari Aisyah ra menyatakan  bahwa Rasulullah saw menilai istimewa sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan dibandingkan malam malam-malam sebelumnya. Keistimewaan itu ditunjukkan dengan berbagai macam ibadah yang khusus dilakukan beliau pada malam-malam tersebut


كان رسول الله صلى الله عليه وسلم يجتهد فى العشر الأواخر مالايجتهد فى غيره


Artinya: Bahwa Rasulullah saw meningkatkan kesungguhan (ibadahnya) di sepuluh terakhir (bulan Ramadhan) yang tidak dilakukan pada hari-hari sebelumnya. 


Di antara ibadah yang dilakukan beliau adalah: Pertama, menghidupkan malam-malam Ramadhan. Dalam shahih Muslim, Aisyah meriwayatkan: 


ماعلمته صلى الله عليه وسلم قام ليلة حتى الصباح 


Artinya: Aku selalu menyaksikan beliau beribadah selama Ramadhan hingga menjelang subuh.


Begitu juga hadits riwayat Abu Ja’far Muhammad bin Ali menerangkan: Barangsiapa menjumpai bulan Ramadhan dalam keadaan sehat dan berislam, kemudian berpuasa di siang harinya dan shalat di malam harinya secara runut, mengendalikan matanya, menjaga kemaluannya, mulutnya, tangannya dan selalu hadir dalam shalat berjamaah.


Maka orang tersebut telah benar-benar berpuasa selama satu bulan dan akan memperoleh kesempurnaan pahala, dan menemukan Lailatul Qadar dan meraih keberuntungan yang dihadiahkan oleh Allah swt Tuhan yang Maha Memberkahi. 


Kedua, Rasulullah saw selalu membangunkan keluarganya untuk shalat malam di malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Hadits Abi Dzar menggambarkan hal ini dengan jelas:


قام بهم ليلة ثلاث وعشرين وخمس وعشرين ذكر أنه دعا أهله ونساءه ليلة سبع وعشرين خاصة،


Artinya: Bahwasannya Rasulullah saw beserta keluarganya bengun (untuk beribadah) pada malam 23, 25, 27. Khususnya pada malam 29. Bahkan dalam satu riwayat Rasulullah pernah membangunkan Fathimah dan Ali di malam hari itu dan berkata “Ayo bangun-bangun, shalat-shalat.”


Begitu sangat istimewanya sepuluh malam terakhir bagi Rasulullah saw, hingga beliau mementingkan untuk membangunkan segenap keluarganya, baik yang muda, tua, kecil maupun besar dari laki maupun perempuan untuk beribadah mengharap-harapkan laylatul qadar. 


Ketiga, Rasulullah saw mengencangkan ikat pinggang, dengan artian menghindari tempat tidur di malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan. Beliau menyendiri memburu kenikmatan beribadah. Secara otomatis i’tikaf ini akan menghindarkan beliau dari tempat tidur dan menggauli istrinya. 


Hal ini berdasar pada hadits:


في الصحيحين عن عائشة رضي الله عنها قالت: “كان رسول الله صلى الله عليه وسلم إذا دخل العشر شد مئزره، وأحيا ليله، وأيقظ أهله 


Artinya: Bahwa Rasulullah saw ketika memasuki sepuluh terakhir malam Ramadhan beliau mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan (beribadah) malam itu dan membangunkan keluarganya. 


Keempat, Rasulullah saw pernah pada satu malam dari sepuluh malam terakhir Ramadhan, menyambung puasa tanpa berbuka hingga magrib yang akan datang (puasa wishal). Artinya sebagaimana hadits Aisyah bahwa bahwa Rasulullah saw menggabungkan buka dan sahur untuk dua malam puasa. Hal ini untuk menjaga kekosongan perut agar mudah berkonsentrasi dalam beribadah kepada Allah swt, dan bermunajat kepada-Nya. 


Sebagaimana yang diterangkan dalam hadits:


وروي عنه من حديث عائشة وأنس أنه صلى الله عليه وسلم : كان في ليالي العشر يجعل عشاءه سحوراً


Artinya:  Namun puasa wishal ini hanya boleh dilakukan oleh Rasulullah saw. Tidak oleh umatnya.


Kelima, Rasulullah saw mandi dan membersihkan diri, merapikan pakaian serta memakai wangi-wangian menjelang waktu isya’ selama sepuluh hari terakhir Ramadhan. 


Hal ini dengan harapan memperoleh Lailatul Qadar begitulah keterangan Ibnu Jarir. Oleh karenanya dianjurkan bagi mereka yang mengharapkan Lailatul Qadar untuk membersihkan diri dengan mandi dan berpakaian yang rapih dan wangi. 


Hendaklah bersih diri (dhahir) ini juga disertai dengan perhiasan jiwa (bathin) dengan taubat minta ampunan dari segala dosa. Karena sungguh percuma perhiasan dhahir tanpa kesucian bathin. 


Karena sesungguhnya Allah swt tidak memandang keadaan bentuk dan hartamu, tetapi ia (Allah) memperhatikan hati dan amal-amalmu. Keenam, Rasulullah saw selalu beri’tikaf di malam sepuluh terakhir bulan Ramadhan. 


Demikian hal yang dilakukan Rasulullah pada 10 malam terakhir Ramadhan, dilansir dari NU Online. Dalam sebuah hadits Sayyidah Aisyah menerangkan bahwa Rasulullah saw beri’tikaf di sepuluh terakhir bulan Ramadhan, hingga Allah swt memanggilnya.
 


Syiar Terbaru