Yudi Prayoga
Penulis
Imam Syafi’i merupakan ilmuwan yang selalu haus untuk mencari ilmu pengetahuan, yakni dengan membaca, menulis dan mendiskusikannya. Setiap hari, ia selalu membahas segala ilmu, akan tetapi yang menjadi titik fokusnya adalah ilmu-ilmu keagamaan (ilmu fiqih).
Bahkan ia membagi malamnya menjadi tiga waktu. Sepertiga pertama digunakan untuk menulis. Sepertiga kedua dipakai untuk shalat sunnah. Sepertiga terakhir dimanfaatkan untuk istirahat malam. Hari-hari tersebut selalu dilakukan Imam Syafi’i hingga beliau wafat.
Imam Syafi’i lahir pada tahun 150 H di kota Gaza, Palestina. Di usia yang relatif muda, ia sudah menggebrak panggung sejarah dengan pemikiran ushul fiqihnya yang tercatat dalam kitab ar-Risalah.
Menurut Dr. Mahmud Abdurrahman dalam kitab Tarikh Ushul al-Fiqh, Imam Syafi’i menulis pertama kali kitab ar-Risalah di kota Makkah atas permintaan Abdurrahman bin Mahdi. Saking kagumnya atas karya tersebut, Abdurrahman bin Mahdi berkata, "Aku tak akan pernah shalat kecuali di dalamnya aku akan selalu mendoakan asy-Syafi'i. Sungguh ia adalah pemuda yang sangat jenius".
Dilansir dari NU Online, aktivitas menuntut ilmu memiliki arti penting bagi Imam As-Syafi’i. Urgensi aktivitas tersebut menempati posisi keduanya dalam hidup Imam As-Syafi’i setelah segala kewajiban, termasuk shalat lima waktu, puasa Ramadhan, zakat, ibadah haji, membayar utang, dan kewajiban lainnya. Dalam Al-Majmu’, Imam Nawawi menulis tentang Imam Syafi’i:
وقال ما تقرب إلى الله تعالى بشئ بعد الفرائض أفضل من طلب العلم
Artinya: Imam As-Syafi’i berkata, tiada ibadah yang lebih utama setelah shalat wajib daripada menuntut ilmu (An-Nawawi, Al-Majmu': 33).
Imam As-Syafi’i mengatakan, “Aktivitas menuntut ilmu lebih utama daripada shalat sunnah.” Lain kesempatan, ia mengatakan, 'Mereka yang ingin mengejar dunia, ia harus meraihnya dengan ilmu. Demikian juga mereka yang ingin meraih kesuksesan di akhirat".
Lanjutnya juga bahwa:
وقال ما أفلح في العلم إلا من طلبه بالقلة
Baca Juga
Tiga Keutamaan dalam Mencari Ilmu
Artinya: Imam As-Syafi’i berkata, tiada yang beruntung dalam menuntut ilmu kecuali orang yang mengejarnya secara total (An-Nawawi, Al-Majmu': 33).
Sedangkan dalam Diwannya sendiri Imam Syafi’i menulis ancaman bagi pemuda yang malas untuk belajar:
وَمَنْ فَاتَهُ التَّعْلِيْمُ وَقْتَ شَبَابِهِ فَكَبِّرْ عَلَيْهِ أَرْبَعًا لِوَفَاتِهِ
Artinya: Siapa yang tidak belajar di waktu mudanya, bertakbirlah empat kali (sebagai shalat jenazah) atas kematiannya (Imam asy-Syafi'I, dalam Dîwânul Imâm asy-Syâfi‘î).
Maka dari itu, kita bisa melihat kehidupan Imam Syafi’i yang ulet dan tekun dalam menuntut ilmu. Bahkan beliau memposisikan ilmu sebagai sesuatu yang penting dalam hidup manusia. Darinya kita dapat menelusuri tentang sebab kemuliaan ilmu.
Dalam kitab Diwan Imam Syafi’i, beliau pernah berkata, “Belajarlah! Karena tak seorang pun yang terlahir sebagai ilmuwan. Seorang yang berilmu, tak sama dengan orang yang bodoh. Pembesar suatu kaum jika bodoh, akan menjadi kecil saat pembesar berkumpul. Orang kecil jika pandai, akan tampak besar saat berada dalam perkumpulan.”
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Jelang Akhir Ramadhan, Mari Mengevaluasi Ibadah Puasa Kita
2
Niat Zakat Fitrah untuk Diri Sendiri, Istri, Anak dan Keluarga
3
Panduan Lengkap Shalat Jamak Qashar Bagi Pemudik Lebaran
4
Khutbah Jumat: Mengevaluasi Diri di Penghujung Bulan Ramadhan
5
Doa Akhir Ramadhan, Dibaca setelah Ashar
6
Baca Doa Ini untuk Perjalanan Mudik Lebaran
Terkini
Lihat Semua