• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Senin, 17 Juni 2024

Pendidikan

Biofortifikasi Tanaman Jagung, Inovasi Dosen Fakultas Pertanian Unila Atasi Stunting

Biofortifikasi Tanaman Jagung, Inovasi Dosen Fakultas Pertanian Unila Atasi Stunting
Dosen Fakultas Pertanian Unila saat Biofortifikasi Tanaman Jagung (Foto: Istimewa)
Dosen Fakultas Pertanian Unila saat Biofortifikasi Tanaman Jagung (Foto: Istimewa)

Bandar Lampung, NU Online Lampung

Biofortifikasi agronomi merupakan proses peningkatan kandungan nutrisi pada tanaman dengan tujuan untuk memperbaiki pertumbuhan, produktivitas, dan nilai gizi tertentu pada tanaman.


Salah satu dosen Fakultas Pertanian (FP) Universitas Lampung (Unila), Agustiansyah mengatakan, beberapa tanaman memiliki tingkat kandungan nilai gizi yang relatif rendah sehingga kurang memenuhi jumlah yang seharusnya dikonsumsi manusia.


“Sebaliknya, jika tanaman tersebut memiliki kandungan gizi yang tinggi maka nutrisi yang diserap tubuh juga cukup banyak. Maka, perlu adanya cara untuk meningkatkan kandungan gizi tersebut pada tanaman,” ujarnya dilansir dari laman Unila


Proses peningkatan kandungan nilai gizi pada tanaman bisa dilakukan dengan berbagai cara, mulai dari pemuliaan tanaman sampai kegiatan budidaya tanaman seperti biofortifikasi agronomi.


Proses biofortifikasi agronomi menjadi salah satu cara yang dipilih Agustiansyah. Menurutnya, biofortifikasi menjadi salah satu cara yang cepat dan instan dalam meningkatkan kandungan gizi dalam tanaman.


“Penelitian ini berkaitan dengan isu stunting yang saat ini menjadi perhatian di  pemerintah Indonesia. Di satu sisi, tanaman pangan di Indonesia yang memiliki gizi tinggi untuk mencegah stunting masih sangat sedikit,” ungkapnya. 


Hal ini menjadi salah satu alasan Agustiansyah untuk melakukan penelitian biofortifikasi agronomi lebih lanjut. Untuk mendapatkan nilai gizi lebih tinggi pada sebuah tanaman pangan, maka kita bisa melakukan berbagai macam cara, salah satunya lewat biofortifikasi agronomi ini, terlebih penelitian ini juga berkaitan dengan permasalahan stunting yang ada di negara kita.


Tanaman jagung dipilih dalam penelitian biofortifikasi agronomi ini karena sangat responsif terhadap perlakukan yang diberikan. Selain itu, tanaman jagung dipilih karena menjadi pangan alternatif dalam mengurangi konsumsi beras nasional.


Adapun nutrisi yang dapat ditingkatkan nilai kandungannya dalam tanaman jagung melalui biofortifikasi agronomi tersebut antara lain zat Besi (Fe), Zinc (Zn), dan Boron (B).


Tanaman jagung yang telah melalui proses biofortifikasi agronomi dapat diolah menjadi berbagai macam produk olahan pangan, tanpa mengurangi nilai kandungan gizi dalam  jagung tersebut.


“Sebagai contoh nilai kandungan Zinc (Zn) dalam tanaman jagung biasanya ± 22 mg/kg. Melalui proses biofortifikasi agronomi nilai kandungan zinc dalam jagung dapat ditingkatkan hingga 58 mg/kg bahan,” tuturnya. 


Proses biofortifikasi agronomi yang dilakukan Agustiansyah membutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan sesuai dengan umur tanaman jagung. Mulai dari tahap penanaman, pemupukan, aplikasi Zn, Fe, Zn, dan B, pemanenan, hingga proses analisis nilai kandungan gizi dalam tanaman pangan jagungnya. Setelah itu, tanaman jagung siap untuk dikonsumsi masyarakat.


“Apliaksi Zn, Fe, dan B, pada tanaman harus memperhatikan fase-fase pertumbuhan tanaman. Biasanya pada fase sebelum berbunga, dan setelah berbunga. Aplikasi dilakukan 2-3 kali selama fase hidup tanaman jagung,” ungkapnya.


Harapannya, setelah penelitian ini berhasil dilakukan, proses biofortifikasi agronomi ini dapat terus dikembangkan dan bermanfaat sebagai inovasi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat melalui tanaman pangan alternatif. 
 


Pendidikan Terbaru