• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Rabu, 24 April 2024

Opini

Menulis Merupakan Aktivitas Abadi

Menulis Merupakan Aktivitas Abadi
foto ilustrasi (liputan6.com)
foto ilustrasi (liputan6.com)

Menulis Merupakan Aktivitas Abadi
Oleh: Yudi Prayoga


Menulis merupakan aktivitas abadi. Kenapa saya katakan abadi?. Sebab,sudah banyak kebenaran segala sesuatu yang terjadi di masa lampau bersumber dari tulisan. Dan tulisan merupakan aktivitas purba, sangat kuno yang dimiliki oleh manusia, sejak manusia pertama kali mengenal tulisan hingga sampai saat ini.

 

Dapat kita ketahui bersama bahwa bukti majunya suatu peradaban masa lampau dilihat dari artefak-artefaknya serta situs-situsnya. Tapi tidak hanya itu, semua akan lebih kuat jika ditemukan bukti kemajuan dalam bentuk tulisan. Karena jika sejarah hanya meninggalkan benda tak bertulis apalagi cerita lisan, maka kebenaran sejarah tersebut akan pudar, lama kelamaan akan menjadi sebuah legenda dan dongeng omong kosong, yang akhirnya menghilang ditelan semesta.

 

Lain hal jika sejarah masa lampau ditulis yang tulisanya masih bisa dibaca oleh generasi sekarang, maka semuanya akan meyakini di dalam hati tentang kebenaran masa lampau, yang jauh dari unsur legenda.

 

Jika kita meneropong sejarah kerajaan-kerajaan Nusantara di masa lalu, kita akan mengetahui ada sebuah kerajaan yang bernama Kerajaan Kutai Kartanegara, Kerajaan Tarumanegara, Kalingga, Kediri, Singasari dan Majapahit. Semua itu diketahui berkat adanya prasasti, tulisan di atas batu. Seperti prasasti Yupa yang menceritakan kerajaan Kutai Kartanegara, prasasti Jambu dan Kebon Kopi yang menceritakan kerajaan Tarumanegara, prasasti Tuk Mas dan Sojomerto yang menceritakan kerajaan  Kalingga, prasasti Kamulan dan Ngantang yang menceritakan kerajaan Kediri, prasasti Mula Malurung dan Amoghapasa yang menceritakan kerajaan Singasari, dan prasarti Kudadu dan Prapancasapura yang menceritakan kerajaan Majapahit.

 

Selain menggunakan prasasti sebagai media pengabadaian sejarah, kerajaan masa lalu juga menggunakan kertas dari Daun Tal/ Rontal seperti kitab Pararaton (1600 M) yang ditulis  menceritakan raja-raja Singasari dan Majapahit. Kitab Nagara Kartagama gubahan Mpu Prapanca (1365 M) yang menceritakan tentang keagungan raja Hayam Wuruk dan kejayaan Majapahit. Dan kitab Sutasoma karya Mpu Tantular (1851 M) yang isinya menceritakan toleransi beragama antara umat Hindu dan Budha, dan dalam kitab ini terdapat semboyan negara Indonesia, Bhineka Tunggal Ika.

 

Dalam Islam, wahyu atau kalam Ilahi yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw, kemudian ditulis oleh sekretaris beliau, salah satunya sahabat Zaid bin Tsabit, menggunakan tulisan Arab, lalu dibaca, difahami, dan diceritakan turun-temurun kepada umat Islam.

 

Al-Qur’an sendiri didalamnya banyak memuat kisah-kisah masa lampau, seperti kisah manusia pertama, Nabi Adam AS, kisah Nabi Nuh (Noah), Nabi Ibrahim (Abraham), Nabi Musa (Moses), Nabi Isa (Jesus) sekarang umur Al Qur'an dan Islam sudah 14 abad, dan kita masih bisa mengetahui kisah para nabi seperti Adam, Ibrahim, Musa, Isa dll karena lewat Al Qur'an yang sudah ditulis dan dimodifikasi

 

Kita juga dapat mengetahui keabadian sejarah Mesir Kuno, dengan Hieroglif nya, yang sudah muncul di awal Zaman Perunggu, sekitar abad ke-32 SM, pada prasasti Narmer Palette yang ditemukan pada 1890-an.

 

Semakin banyak manusia menulis berarti semakin banyak pula manusia mengabadikan dirinya. Menulis tidak hanya melulu mengabadikan soal peristiwa, tetapi banyak dari cendekiawan, filsuf, dan ilmuan yang mengabadikan pemikiran sekaligus dirinya dalam tulisan itu sendiri. Jika tidak ada buku “Republika” kita tidak akan pernah mengenal siapa itu Plato, seorang manusia yang hidup dari tahun 427 SM. Suatu kurun waktu yang sangat jauh bahkan sebelum lahirnya Nabi Muhammad SAW di kota Mekkah.

 

Dalam Ilmu Sejarah, bahwa sesuatu bisa disebut zaman sejarah ketika manusia sudah mengenal tulisan, sedangkan manusia yang belum mengenal tulisan disebut sebagai zaman prasejarah. Karena dibuktikan dengan adanya peninggalan tulisan-tulisan di seluruh dunia.

 

Awal dari suatu peradaban maju di dunia, dimulai dengan aktivitas menulis. Peradaban Islam periode Khulafaurrasyidin sangat berbeda dengan masa dinasti Abbasiyah di Baghdad Irak. Perbedaanya karena dinasi Abasiyyah lebih banyak aktivitas menusilnya daripada zaman khulafaurrasyidin. Pada masa Abasiyyah inilah kegiatan membaca dan menterjemahkan kitab-kitab berbahasa Yunani, Suryani dan Mesir sangat pesat hingga kemudian menuliskan kembali kedalam bahasa Arab, baru ulama dan ilmuan Muslim mulai mepelajari, meneliti dan bereksperimen yang tujuanya untuk menemukan suatu kebenaran-kebenaran baru  serta mengajarkanya kepada seluruh umat Muslim.

 

Itulah kenapa saya katakana bahwa menulis merupakan aktivitas abadi, karena tulisan merupakan rekaman yang  mengabadikan suatu momen peristiwa dimasa lampau juga suatu ilmu dan pemikiran. Mengutip perkataan Hadji Oemar Tjokroaminoto bahwa “Jika ingin menjadi pemimpin besar, menulislah seperti wartawan dan bicaralah seperti orator”. Juga perkataan Pramoedya Ananta Toer, “Menulislah, karena tanpa menulis engkau akan hilang dari pusaran sejarah”.


(Yudi Prayoga, Alumni Pondok Pesantren Al Hikmah, Kedaton, Bandar Lampung)

 


Editor:

Opini Terbaru