• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Selasa, 7 Mei 2024

Khutbah

Khutbah Idul Fitri: Marilah Kita Jaga Persaudaraan dan Perdamaian di Dunia

Khutbah Idul Fitri: Marilah Kita Jaga Persaudaraan dan Perdamaian di Dunia
Khutbah Idul Fitri: Marilah Kita Jaga Persaudaraan dan Perdamaian di Dunia (Foto NU Online)
Khutbah Idul Fitri: Marilah Kita Jaga Persaudaraan dan Perdamaian di Dunia (Foto NU Online)

Hari Raya Idul Fitri merupakan hari kemenangan bagi umat Islam di seluruh dunia, karena telah berjuang melawan hawa nafsu satu bulan penuh lamanya. Dan sebaik-baik seorang muslim akan tetap mempertahankan kebaikannya untuk bulan-bulan berikutnya setelah lebaran. 

 

Lebaran juga ditandai dengan persaudaraan dan perdamaian sesama umat Islam. Sehingga mereka saling bersalaman dan meminta maaf, baik secara luring maupun daring. Sehingga umat Islam meyakini bahwa Hari Raya Idul Fitri merupakan hari perdamaian dan persaudaraan di dunia. 

 

Khutbah Idul Fitri yang berjudul “Marilah Kita Jaga Persaudaraan dan Perdamaian di Dunia”, semoga bisa menjadikan kita semua untuk tetap istiqamah mempertahankan persaudaraan dan perdamaian baik internal maupun eksternal. Sebagaimana dilansir dari Khutbah Idul Fitri: Mari Perkuat Persaudaraan dan Perdamaian!

 

Khutbah I

 

اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، وَلِلهِ الْحَمْدُ، اللهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ بُكْرَةً وَأَصِيلًا، وَنَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ، وَلَا نَعْبُدُ إِلَّا إِيَّاهُ، وَنَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ، وَرَحْمَتُهُ الْمُهْدَاةُ، صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبَارَكَ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ الطَّيِّبِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ. أما بعد، فَأُوصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ، قَالَ تَعَالَى: إِنَّ الْمُتَّقِينَ فِي جَنَّاتٍ وَعُيُونٍ، اُدْخُلُوْهَا بِسَلَامٍ آمِنِينَ (الحجر: ٤٥-٤٦)

 

Ma’asyiral muslimin hafidhakumullah, 

 

Marilah dalam kesempatan mengawali bulan Syawal 1444 H/2023 M ini, kita bersama-sama meningkatkan takwa kita kepada Allah ﷻ dengan senantiasa melaksanakan segala perintahnya dan berusaha secara maksimal meninggalkan segala larangan-Nya. Dengan bekal takwa inilah, semoga kelak kita menjadi penghuni surga, amin ya rabbal ‘alamin.  

 

Rasa sedih pagi ini kita sangat terasa dengan perginya bulan Ramadhan. Begitu pula rasa bahagia itu hadir karena Allah masih memberikan kita umur panjang sehingga mampu menyelesaikan ibadah selama Ramadhan hingga menjumpai malam lailatul qadr. Hadirnya bulan Syawal kali ini tentunya menjadi sebuah renungan bagi kita agar semangat ibadah Ramadhan tidak hilang.  

 

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar, 

 

Suasana kebatinan setiap kali Syawal hadir adalah kegembiraan, kebersamaan, kekeluargaan dan kepedulian. Empat hal itu menyatu menjadi pelajaran kehidupan sosial yang secara otomatis hadir saat Ramadhan meninggalkan kita semua. Sebab Idul Fitri kali ini menjadi identitas kemenangan umat Islam setelah berhasil lulus dari ujian pengekangan hawa nafsu.  

 

Maka wajar sekali jika umat Islam merasa bergembira. Setelah itu, umat Islam menjalin kebersamaan dalam suasana kefitrian atau kesucian diri dan kemudian berkumpul bersama keluarga. Di situlah lahir suasana kekeluargaan yang sangat akrab. Berdasar pada pola semangat beridul fitri juga lahir jiwa kepedulian karena sebelumnya umat Islam diwajibkan menunaikan zakat fitrah—sebagai amalan kepedulian sosial.  

 

Allah ﷻ telah memberikan peringatan yang cukup tegas dalam Surat al-Hujurat ayat 10, sebagaimana berikut:

 

 إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ 

 

Artinya: Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah, supaya kamu mendapat rahmat, (QS Al Hujurat: 10).

 

 Dalam Tafsir Fathul Qadir, Imam Asy Syaukani menjelaskan bahwa ayat ini menjadi penegasan pentingnya hidup damai yang dititikberatkan pada asal usul keimanan. Jika pun ada perselisihan, maka harus dicari solusi terbaik mendamaikan keduanya. Jangan sampai ada darah yang mengalir atau pembunuhan, sebab orang Islam membunuh orang Islam itu dihukumi kafir.  

 

Imam Fahruddin Ar Razi dalam Tafsir Mafatihul Ghaib juga memberikan penjelasan bahwa ayat di atas sebagai penyempurna atas petunjuk kehidupan damai. Yang paling utama dalam hidup adalah persaudaraan, bukan dengan saling membunuh dan perang. Sebab awal mula dari perang adalah fitnah dan tidak saling memahami perbedaan. Maka kehidupan damai itu menjadi sebuah jalan hidup yang paling baik.  

 

Untuk dapat meraih persaudaraan dan perdamaian, dibutuhkan jiwa takwa. Melatih takwa selama bulan Ramadhan kemarin seakan sangat mudah. Dan hari ini tugas kita ditinggal Ramadhan adalah dengan tetap mempertahankan pola hidup penuh takwa itu.  

 

Dalam kitab Taisirul Khallaq fi Ilmil Akhlaq disebutkan ada empat hal yang dapat menjadikan landasan hidup takwa: menjadi hamba Allah yang tidak sombong, menetapkan ihsan dalam kehidupan, mengingat kematian dan selalu beramal baik. Maka bagi orang yang bertakwa sangat mudah baginya berbagi kasih sayang dan menebar rasa persaudaraan.  

 

Buah dari takwa, di dunia akan menjadi hamba Allah yang menerima ketetapan Allah, selalu mengingat Allah, berjiwa baik dan berusaha memanusiakan manusia dengan kasih sayang. Sebab takwa yang dimilikinya akan mudah mendorong memuliakan anak kecil dan menghormati orang dewasa. Bekal takwa juga ikut mengetahui posisinya sebagai orang yang berakal (‘aqil) yang harus mengedepankan kebaikan dan kebijaksanaan. 

 

Sedangkan buah dari takwa di akhirat kelak akan selamat dari siksa api neraka dan bahagia hidup di surga dengan penuh kemuliaan, sebagaimana firman Allah ﷻ Surat An Nahl ayat 128: 

 

إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوا وَالَّذِينَ هُم مُحْسِنُونَ 

 

Artinya: Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan, (QS an-Nahl: 128).

 

 Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar, 

 

Hikmah dari Hari Raya Idul Fitri ini tentunya dapat dijadikan sebuah ‘ibrah bersama tentang pentingnya persaudaraan. Saat takbir berkumandang, manusia sadar betul bahwa dirinya tidak berdaya. Manusia mengakui bahwa dirinya maha kecil dan hanya Allah yang Maha Besar. Takbir dapat menghapus kesombongan dan keangkuhan manusia.  

 

Ketika kesombongan dan keangkuhan itu hilang, maka sangat mudah untuk saling bermaaf-maafan yang ditujukan untuk menguatkan rasa cinta dan saling bersaudara. Semua saling ikhlas berjabat tangan dan memaafkan. Kalau itu dapat dipertahankan, maka kesucian Ramadhan itu akan tetap terjaga dengan baik.

 

Jika dihayati secara baik, ada dua pesan Rasulullah ﷻ kepada Sayyidina Ali karramallahu wajhah saat bulan suci Ramadhan dan Syawal sebagaimana termaktub dalam kitab Washiyyatul Musthafa

 

Pertama, saat Ramadhan Nabi meminta agar bepuasa dengan meninggalkan semua keharamannya. Hasilnya adalah surga. Dan kedua, ketika memasuki bulan Syawal, disunnahkan berpuasa enam hari sebagai ibadah terusan Ramadhan. Dan hasil dari pahalanya sama dengan puasa selama satu tahun.  

 

Dua nasihat Rasulullah saw itu mengandung empat makna yang dapat kita jalankan selama hidup: 

 

Pertama, menghormati bulan suci Ramadhan dengan amalan shalih. Kedua, tetap menjaga kesucian bulan Syawal dengan puasa sunnah. Ketiga, selalu beramal shalih setiap saat. Dan keempat, tidak merubah pola hidup di luar bulan Ramadhan.  

 

Di antara amalan-amalan yang perlu dipertahankan setelah Ramadhan adalah menjaga persaudaraan yang oleh masyarakat Indonesia disebut dengan silaturahim. Banyak ragam acara yang bisa memperkuat tali silaturahim, misalnya: mudik (pulang kampung), berkunjung ke rumah keluarga, halal bi halal, reuni, sedekah, selametan, dan lain-lain.  

 

Pentingnya silaturahim ini diabadikan oleh Rasulullah saw adalah haditsnya:

 

 من كان يؤمن بالله واليوم الآخر فَلْيُكْرِمْ ضَيْفَهُ وَمَنْ كانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ والْيوم الآخِر فَلْيصلْ رَحِمَهُ وَمَنْ كانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ والْيوم الآخِر فليقل خيراً أوْ لِيَصْمُتْ 

 

Dari hadits itu dapat diambil pelajaran bahwa untuk menjadi hamba Allah yang beriman membutuhkan tiga komitmen hidup: menghormati keluarga, menyambung tali silaturrahim dan selalu berbicara baik (atau lebih baik diam).  

 

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar,  

 

Dalam rangka menguatkan hidup saling bersaudara, Islam mengingatkan sebuah metode kehidupan sosial dengan menghormati lingkar masyarakat terdekat, yaitu tetangga. Jika bulan Syawal seperti ini, sudah tentu meminta maaf dan saling memberi maaf terpenting adalah kepada tetangga. Kemudian dilanjutkan dengan menyambung persaudaraan kepada semua lapisan masyarakat.  

 

Dan indahnya, pesan Rasulullah saw ditambahkan dengan perlunya menjaga lisan agar selalu bertutur kata yang baik, agar tidak membuat orang lain sakit hati. Ini senada dengan sebuah pesan akhlak:

 

 سَلَامَةُ اْلإنْسَانِ فِي حِفْظِ اللِّسَانِ 

 

Artinya: Keselamatan seseorang itu ada pada lisannya.

 

 Maka doa Nabi Ibrahim meminta pada Allah agar terjaga dari tutur kata yang baik—agar membuat orang semakin hidup sempurna, sebagai berikut:

 

 وَاجْعَلْ لِي لِسَانَ صِدْقٍ فِي الْآخِرِينَ 

 

Artinya: Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian (QS. Asy Syu’ara’: 84).

 

Begitu pentingnya lisan manusia sebagai modal penguatan persaudaraan. Dan hari ini lisan tidak hanya dimaknai mulut manusia saja, tetapi bisa luas menjadi informasi media sosial. Jangan sampai membuat/ menyebarkan berita hoaks karena itu juga bagian dari kejahatan lisan.  

 

Dan jangan sampai umat Islam menjadi agen pemutus tali persaudaraan yang secara tegas dilarang oleh Rasulullah ﷻ. Penegasan bahaya memutus silaturahim ini juga ditulis oleh Syaikh Zainuddin Al Malibari dalam kitab Irsyadul ‘Ibad.  

 

Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar, 

 

 Di akhir khutbah ini, perlu kita renungkan dua ayat yang menjadi penanda penyambutan Idul Fitri, yakni:

 

 وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ 

 

Artinya: Dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu bersyukur, (QS. Al Baqarah: 185).

 

 قَدْ أَفْلَحَ مَن تَزَكَّىٰ وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّىٰ 

 

Artinya: Sesungguhnya beruntunglah orang yang membersihkan diri (dengan beriman). Dan dia ingat nama Tuhannya, lalu dia sembahyang (hari raya) (QS Al A’la: 14 – 15).

 

 Allah swt memberikan dorongan kepada umat Islam agar selalu mengingat kebesaran Allah dengan bertakbir khusus menyambut Idul Fitri dan Idul Adha. Orang bisa merasakan hakikat takbir jika sudah mendapat hidayah dari Allah—sebagaimana penjelasan Ibnu Jarir At-Thabari dalam Tafsir Jami’ul Bayan.

 

Di sisi lain, hari raya umat Islam juga disambut dengan shalat ‘id yang didahului dengan membersihkan diri dari perbuatan tercela, mengikuti Nabi Muhammad dan melaksanakan zakat harta—sebagaimana dijelaskan Ibnu Katsir dalam Tafsir Al Qur’anil Adzim.  

 

Ma’asyiral muslimin hafidhakumullah, 

 

Berbekal intisari dari kalimat takbir dan amal baik inilah, penguatan hidup dengan saling bersaudara akan mudah terwujud. Indonesia hari ini butuh persaudaraan sejati yang dimulai dari lingkup tetangga hingga bernegara. Dunia juga butuh persaudaraan dan perdamaian.  

 

Umat Islam perlu menjadi duta-duta damai setelah sukses dari ujian Ramadhan. Bulan Syawal juga menjadi waktu yang tepat untuk mengawali perbaikan diri kita agar semakin bertakwa dan baik terhadap sesama manusia. Amin.  

 

Ma’asyiral muslimin hafidhakumullah, 

 

Demikian khutbah singkat ini kami sampaikan. Dengan semangat Idul Fitri, mari kita tetap teguhkan bahwa hari-hari kita tetap terasa keramadhanannya. Dan mari kita isi, 11 bulan ke depan dengan empat hal: rajin bershadaqah, rajin berpuasa sunnah, selalu berbuat baik dan cinta bangsa dengan kerukunan dan persatuan.


 أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم  

 

 Khutbah II

 

   اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ،

وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللَّهِ وَرَسُولُهُ،

فَاللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ المَيَامِيْنَ، وَالتَّابِعِينَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّينِ. أما بعد فَأُوصِيكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَاتَّقُوا اللَّهَ تَعَالَى فِي هَذَا الْيَوْمِ الْعَظِيمِ، وَاشْكُرُوهُ عَلَى تَمَامِ الصِّيَامِ وَالْقِيَامِ، وَأَتْبِعُوا رَمَضَانَ بِصِيَامِ سِتٍّ مِنْ شَوَّالٍ، لِيَكُونَ لَكُمْ كَصِيَامِ الدَّهْرِ وَصَلِّ اللهُمَّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ، كَمَا أَمَرْتَنَا، فَقُلْتَ وَقَوْلُكَ الْحَقُّ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ، يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا، اللهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا وَنَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ، وَارْضَ اللهُمَّ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ، أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ، وَعَنْ سَائِرِ الصَّحَابَةِ الصَّالحينَ، اللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ، وَالْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْأَمْوَاتِ، إِنَّكَ سَمِيعٌ قَرِيبٌ مُجِيبُ الدَّعَوَاتِ، اللهُمَّ اجْعَلْ عِيدَنَا هَذَا سَعَادَةً وَتَلاَحُمًا، وَمَسَرَّةً وَتَرَاحُمًا، وَزِدْنَا فِيهِ طُمَأْنِينَةً وَأُلْفَةً، وَهَنَاءً وَمَحَبَّةً، وَأَعِدْهُ عَلَيْنَا بِالْخَيْرِ وَالرَّحَمَاتِ، وَالْيُمْنِ وَالْبَرَكَاتِ، اللهُمَّ اجْعَلِ الْمَوَدَّةَ شِيمَتَنَا، وَبَذْلَ الْخَيْرِ لِلنَّاسِ دَأْبَنَا، اللهُمَّ أَدِمِ السَّعَادَةَ عَلَى وَطَنِنَا، وَانْشُرِ الْبَهْجَةَ فِي بُيُوتِنَا، وَاحْفَظْنَا فِي أَهْلِينَا وَأَرْحَامِنَا، وَأَكْرِمْنَا بِكَرَمِكَ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ،

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، وَأَدْخِلْنَا الْجَنَّةَ مَعَ الْأَبْرَارِ، يَا عَزِيزُ يَا غَفَّارُ. عِبَادَ اللهِ، إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإحْسَانِ، وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالبَغْيِ، يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، عِيْدٌ سَعِيْدٌ وَكُلُّ عَامٍ وَأَنْتُمْ بِخَيْرٍ
  


 


Khutbah Terbaru