Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya

Warta

Prof Mukri: Indonesia adalah Potongan Surga

Prof. Mohammad Mukri saat berbicara pada Seminar Nasional 1 Abad NU yang dilaksanakan di Aula Auditorium Ali Hasyimi Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh, Senin (30/1/2023).

Banda Aceh, NU Online
Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof. KH Mohammad Mukri mengajak bangsa Indonesia untuk bersyukur telah dianugerahi oleh Allah untuk bisa tinggal di bumi Indonesia. Bagian bumi yang dikarunia keindahan alam dan kebinekaan penduduknya yang tidak dimiliki oleh bangsa-bangsa di dunia.


Prof Mukri sampai-sampai menyebut bahwa Indonesia adalah potongan dari surga. “Indonesia adalah Qit’atun, potongan surga,” katanya saat berbicara pada Seminar Nasional 1 Abad NU yang dilaksanakan di Aula Auditorium Ali Hasyimi Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh, Senin (30/1/2023).


Baca Juga:
Prof Mukri: Persoalan Utama Kader NU adalah Militansi


“Apa coba yang nggak ada?” tanyanya mengingatkan kembali betapa harus bersyukurnya bangsa Indonesia bisa menikmati keindahan alam Indonesia.


Berdasar pengalamannya mengunjungi beberapa daerah di Indonesia, keindahan, kesuburan, dan beragamnya vegetasi yang ada sangat jarang ditemukan di negara-negara lain di dunia. Termasuk keragaman suku dan budaya di dalamnya semakin menjadikan Indonesia benar-benar menjadi potongan surga.


Wujud syukur ini lanjut Prof Mukri, harus diwujudkan dengan senantiasa menjaga Indonesia dengan sekuat tenaga. Di antara cara untuk menjaganya adalah dengan menguatkan Trilogi ukhuwah yang dicetuskan oleh KH Ahmad Shiddiq.


Konsep trilogi ukhuwah tersebut adalah ukhuwah Islamiyah (persaudaraan sesama umat Islam), ukhuwah wathaniyah (persaudaraan dalam ikatan kebangsaan) dan ukhuwah basyariyah (persaudaraan sesama umat manusia).


Trilogi ini tegasnya bisa menyatukan Indonesia yang sangat beragam. “Jika pun kita bangsa Indonesia berlainan agama, namun kita saudara dalam satu bangsa. Jikapun kita berlainan agama dan bangsa, kita masih saudara dalam kemanusiaan,” ungkapnya.


Persaudaraan dalam perbedaan ini selaras dengan sikap-sikap kemasyarakatan yang dikembangkan oleh Nahdlatul ulama yakni sikap moderat (tawassuth), seimbang (tawazun), toleran (tasamuh), dan adil (i’tidal). Dengan sikap ini, maka kedamaian dalam hidup bermasayarakat akan bisa senantiasa terjaga.


Baca Juga:
Prof Mukri : Orang yang Wawasannya Luas Tidak ‘Baperan’


Selain menjaga persaudaraan, bangsa Indonesia juga harus terus mempertahankan ideologi bangsa yang menyatukan seluruh elemen yang ada. Ideologi itu adalah Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan Undang-undang Dasar 1945 yang disingkat PBNU. (Muhammad Faizin)

Muhammad Faizin

Artikel Terkait