Pada bulan Ramadhan kita dianjurkan untuk meningkatkan kualitas maupun kuantitas ibadah, karena pada bulan penuh rahmat ini pahala dilipatgandakan dan dosa-dosa akan diampuni. Tujuan utama dari berpuasa adalah menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah swt, sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Baqarah 183.
Manusia yang bertakwa merupakan harapan utama yang diperoleh seseorang setelah menjalankan ibadah puasa. Karena itu Nabi Muhammad saw memerintahkan kita untuk menghindari ucapan kotor dan tindakan yang bodoh, untuk tetap menjaga kualitas puasa Ramadhan.
Sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Malik dalam Kitab Al-Muwatha’, Nabi saw bersabda:
الصِّيَامُ جُنَّةٌ، فَإِذَا كَانَ أَحَدُكُمْ صَائِمًا: فَلَا يَرْفُثْ، وَلَا يَجْهَلْ، فَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ، أَوْ شَاتَمَهُ، فَلْيَقُلْ: إِنِّي صَائِمٌ، إِنِّي صَائِمٌ
Artinya: Puasa itu adalah perisai. Jika salah satu dari kalian sedang berpuasa, maka jangan sampai berkata kotor dan jangan pula bertingkah laku jahil (sombong, suka mengejek, atau bertengkar). Jika ada orang lain yang mengajaknya berkelahi atau menghinanya maka hendaklah dia mengatakan," Aku sedang puasa, aku sedang puasa" (HR Imam Malik).
Lalu, bagaimana caranya agar kita dapat menjaga kuaitas puasa di bulan Ramadhan ini? Imam Al-Ghazali dalam kitabnya Ihya Ulumuddin, menjelaskan tentang kualitas puasa orang-orang saleh, orang-orang yang berada pada tingkatan khusus, yaitu puasa dengan menjaga telinga, mata, lisan, tangan, kaki, dan segenap anggota badan dari dosa.
Puasa ini dapat dicapai dengan enam hal, sebagaimana dilansir dari NU Online.
Pertama, menjaga mata dari memandang hal yang tercela, serta tidak memandang hal yang melalaikan hati dari dzikir kepada Allah. Bulan puasa menjadi momentum yang baik untuk menyibukkan pandangan kita dengan membaca Al-Qur’an, mengaji kitab kuning, dan mempelajari ilmu pengetahuan. Agar puasa kita berkah dan berkualitas sebagaimana puasanya orang-orang yang saleh.
Kedua, menjaga lisan dari ujaran kebohongan, menggunjing, memaki, menghina dan segala bentuk permusuhan. Bulan puasa merupakan momentum untuk membiasakan diri dengan berdzikir kepada Allah, membaca Qur’an, dan lebih baik diam daripada mengucapkan yang tidak baik, hal ini merupakan bentuk dari puasa lisan. Perbuatan menggunjing hatus dihindari, karena dapat merusak terhadap pahala puasa.
Ketiga, menjaga telinga dari mendengarkan hal yang diharamkan Allah. Sesuatu yang haram diucapkan, maka haram juga untuk didengarkan. Mari kita gunakan telinga kita untuk mendengarkan hal yang bermanfaat, seperti mendengarkan lantunan Al-Qur’an, pengajian, maupun nasehat keagamaan. Agar puasa kita berkah dan mendapatkan pahala yang sempurna dari Allah swt.
Keempat, menjaga segenap anggota badan, mulai dari tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya dari melakukan hal-hal yang dilarang syariat agama, mari kita gunakan anggota badan kita untuk pergi ke masjid, musholla, madrasah, agar anggota tubuh kita terhindar perbuatan yang tercela.
Kelima, tidak makan berlebihan ketika berbuka puasa, karena Allah membenci terhadap perut yang berisi makanan halal secara berlebihan. Makan berlebihan kontradiktif dengan tujuan puasa, yaitu melemahkan godaan syaitan dan hawa nafsu, tujuan ini tidak dapat terwujud tanpa mengurangi porsi makan.
Keenam, ketika berbuka puasa, sebaiknya perasaan hati memuat dua hal, yaitu takut terhadap siksa Allah dan selalu mengharapkan rahmat-Nya. Harapannya agar seseorang selalu menjaga semangat ibadahnya, dan selalu istikamah beribadah kepada Allah sehingga ia menjadi orang yang beruntung, orang yang bertakwa kepada Allah swt.
Anjuran untuk menjaga kualitas puasa Ramadhan ini senada dengan pernyataan Imam Al Ghazali yang menjelaskan bahwa derajat manusia itu di bawah malaikat dan di atas binatang. Ketika manusia terlena dengan syahwatnya, ia turun kasta masuk dalam kelompok binatang. Sebaliknya ketika manusia mampu menahan syahwatnya, menjaga kualitas puasanya, ia naik di atas derajat tertinggi menyusul wilayah para malaikat.
Oleh karena itu, bulan puasa ini merupakan momentum terbaik bagi kita semua untuk menjaga kualitas puasa dengan berperilaku seperti malaikat, memperbanyak amal kebaikan dan dapat menahan diri dari hawa nafsu yang tidak baik. Semoga puasa Ramadhan kita ini diterima Allah swt, dan kita pun dapat mencapai derajat takwa tersebut.