
Punggahan merupakan tradisi syukuran dan makan-makan menjelang bulan suci Ramadhan. (Foto: NU Online)
Indonesia merupakan negara yang memiliki keragaman adat dan budaya. Ini merupakan ciri khas tersendiri bagi bangsa dan negara yang sejatinya banyak yang menyatu dengan tradisi keagamaan. Seperti tradisi punggahan menjelang puasa Ramadhan, bulan penuh ampunan yang dinanti-nantikan oleh seluruh umat Muslim.
Baca Juga
Syarat dan Rukun Puasa Ramadhan
Tradisi punggahan diadakan sebagai bentuk mengingatkan kembali umat Muslim akan berjumpa dengan bulan suci Ramadhan. Yakni bulan yang penuh keberkahan, bulan kemenangan, dan rajanya bulan dari beberapa bulan.
Pada praktiknya, punggahan biasanya dilakukan dengan makan-makan bersama keluarga, teman, atau kerabat di masjid, mushala dan di suatu daerah tertentu dengan rangkaian tahlil dan doa. Dalam pelaksanaanya sangat beragam, ada yang mengadakan 7 hari menjelang puasa, ada yang 5, 3 dan malam pertama menuju puasa Ramadhan. Akan tetapi yang jelas, pengadaan Punggahan terjadi di akhir bulan Sya'ban.
Jika di masjid, masing-masing masyarakat (per kepala keluarga) akan membawa satu wadah makanan; bisa berupa besek, baskom, dan sebagainya. Lalu makanan tersebut didoakan bersama-sama oleh tokoh agama, kemudian disantap bersama-sama. Dalam ruangan, setiap orang akan mencicipi makanan yang dihidangkan, dan seringnya mencicipi dengan bertukar, kita mencicipi makanan orang lain, dan orang lain gantian mencicipi makanan kita.
Sedangkan untuk menunya sangat beragam, ada yang kue, nasi dan jajanan lainnya. Namun yang paling khusus, itu berupa nasi ketan yang dicampur parutan kelapa, pisang raja, kue apem dan kue pasung. Namun ada juga yang lebih simpel, yakni membawa nasi urap campur telur atau gorengan.
Tradisi ini bukan sesuatu yang buruk, tidak bertentangan dengan syariat dan justru menjadi perantara dari dakwah Islam yang humanis di Nusantara. Meski secara wadah merupakan tradisi baru dalam Islam, akan tetapi secara subtansi semua di dalamnya merupakan nilai-nilai keislaman itu sendiri. Juga yang paling pentingnya lagi, punggahan merupakan cara umat Islam untuk menyambut bulan suci Ramadhan. Karena termasuk orang yang beruntung ketika datangnya Ramadhan, ia bergembira untuk menyambutnya.
Sebuah hadits yang termaktub dalam Durrotun Nasihin dikatakan:
مَنْ فَرِحَ بِدُخُولِ رَمَضَانَ حَرَّمَ اللهُ جَسَدَهُ عَلىَ النِّيْرَانِ
Artinya: Siapa bergembira dengan masuknya bulan Ramadhan, Allah akan mengharamkan jasadnya masuk neraka.
Kata “Punggahan” merupakan berasal dari bahasa Jawa yakni “munggah” yang artinya “naik”. Yakni dimaksudkan untuk menaikkan bulan suci Ramadhan. Akan tetapi, dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) kata "munggah" merupakan sebutan untuk hari terakhir di bulan Ruwah, sehari sebelum dimulai berpuasa Ramadhan.
Sedangkan kata "munggahan" dalam KBBI adalah tradisi berkumpul dan makan bersama dengan keluarga atau teman untuk menyambut bulan Ramadan.
Dalam tradisi punggahan ada beberapa hikmah dan faedah yang dapat kita ambil kebaikan dan kebajikannya.
Pertama, sebagai bentuk syukur.
Salah satu hikmah dari tradisi punggahan yakni menjadi salah satu rasa syukur atas nikmat Allah yang telah diberikan kepada kita semua, yakni hadirnya bulan suci Ramadhan, bulan yang dinanti-nantikan bagi seluruh umat Islam di seluruh dunia.
Dengan dipertemukannya umur kita dengan bulan Ramadhan menjadikan kita untuk menjadi hamba yang lebih baik, karena sejatinya kita diberi kesempatan oleh Allah swt untuk memperbanyak pahala. Sesungguhnya beribadah di bulan suci Ramadhan, pahalanya akan dilipatgandakan.
Kedua, ajang silaturahim
Dengan bersama-sama hadir di masjid, untuk berdoa dan menyantap makanan bersam kerabat dan masyarakat menjadikan kita saling bersilaturahim. Apalagi jika yang biasanya memiliki kesibukan masing-masing dan sulit untuk bertemu.
Ketiga, momen saling meminta maaf.
Momen saling berkumpul dan bersilaturahim ini, juga bisa dijadikan kesempatan untuk saling memaafkan satu sama lain. Apalagi sebelum menyambut Ramadhan penting bagi kita untuk memohon maaf kepada sesama.
Sudah hal biasa dan dianjurkan bagi kita, untuk selalu membersihkan diri kita baik jasmani maupun rohani ketika menyambut bulan suci Ramadhan, salah satunya membersihkan rohani kita yakni merontokkan dosa dengan cara saling meminta maaf.
Selain itu, tujuan dari punggahan juga tidak lain agar kita sebagai umat Muslim dapat menyambut bulan Ramadhan dengan iman yang lebih ditingkatkan lagi (naik), baik secara lahiriah maupun batiniah. Sehingga ketika memasuki bulan Ramadhan umat Islam diharapkan akan mengerjakan berbagai amal saleh, yang bahkan tidak dilaksanakan bulan-bulan sebelumnya. Seperti, bisa menambah kualitas ibadah wajib dan menambah kuantitas ibadah-ibadah sunnah lainnya.
(Artikel ini pertama kali diterbitkan pada 10 Maret 2024)