Allah Memiliki dan Mengatur Segalanya: Takwa, Bekal Utama Seorang Hamba
Selasa, 20 Mei 2025 | 09:16 WIB
Dalam riuh rendah kehidupan dunia, tak sedikit dari kita yang larut dalam upaya menggenggam sebanyak-banyaknya. Kekayaan, jabatan, nama baik, dan pengaruh sering kali dianggap sebagai tujuan hidup.
Kita lupa bahwa semua yang kita miliki bukanlah milik sejati. Kita hanyalah pengelola yang diberi amanah oleh Allah swt—Tuhan Yang Maha Memiliki segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi.
Firman-Nya dalam Surat An-Nisa ayat 131–132 mengingatkan dengan kelembutan tetapi penuh ketegasan:
وَلِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الۡاَرۡضِ ؕ وَلَـقَدۡ وَصَّيۡنَا الَّذِيۡنَ اُوۡتُوا الۡكِتٰبَ مِنۡ قَبۡلِكُمۡ وَاِيَّاكُمۡ اَنِ اتَّقُوا اللّٰهَ ؕ وَاِنۡ تَكۡفُرُوۡا فَاِنَّ لِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الۡاَرۡضِؕ وَكَانَ اللّٰهُ غَنِيًّا حَمِيۡدًا
وَلِلّٰهِ مَا فِى السَّمٰوٰتِ وَمَا فِى الۡاَرۡضِ ؕ وَكَفٰى بِاللّٰهِ وَكِيۡلًا
Artinya: Dan milik Allah-lah apa yang ada di langit dan di bumi. Dan sungguh, Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan juga kepada kamu, ‘Bertakwalah kepada Allah.’ Tetapi jika kamu ingkar, maka ketahuilah, sesungguhnya milik Allah-lah apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Allah Maha Kaya, Maha Terpuji. Dan milik Allah-lah apa yang ada di langit dan di bumi. Dan cukuplah Allah sebagai Pemelihara (QS An-Nisa: 131-132).
Baca Juga
Esensi Puasa Menurut Al-Ghazali
Ayat-ayat ini bukan sekadar pengingat tentang siapa pemilik alam semesta, tapi juga ajakan lembut bagi kita semua untuk kembali menata hati. Kita diingatkan bahwa perintah bertakwa bukanlah hal baru.
Sejak zaman para nabi terdahulu, Allah sudah menanamkan nilai itu sebagai dasar kehidupan. Takwa adalah pesan lintas zaman, yang menjadi jalan selamat bagi manusia—baik di dunia maupun di akhirat.
Dalam Tafsir Ibn Katsir dijelaskan, ayat ini menunjukkan bahwa Allah tidak membutuhkan makhluk-Nya untuk bersyukur atau taat. Justru kitalah yang membutuhkan takwa sebagai pelindung jiwa agar tidak terperangkap dalam keangkuhan atas nikmat yang sesungguhnya fana.
Kekayaan bisa berpindah tangan, jabatan bisa berganti, kuasa bisa runtuh dalam sekejap. Semua itu adalah “pakaian dunia” yang akan ditanggalkan cepat atau lambat. Maka jangan sampai kita terperdaya oleh gemerlapnya. Yang abadi adalah nilai ketakwaan—ketulusan hati untuk menjadikan Allah sebagai tujuan, dan dunia sebagai ladang amal.
Takwa menjadikan hati kita lebih tenang, langkah kita lebih tertata, dan hidup kita lebih bermakna. Ia adalah cahaya yang membimbing seseorang tetap rendah hati saat berada di puncak, dan tetap kuat saat diuji di lembah kesulitan.
Marilah kita jadikan ayat ini sebagai cermin untuk merefleksikan kembali makna keberadaan kita di dunia ini. Bahwa kita tidak memiliki apa-apa, selain niat yang lurus dan amal yang ikhlas. Bahwa sejatinya, kita semua sedang dalam perjalanan pulang kepada-Nya, dan hanya takwa yang akan menyertai.
Semoga Allah senantiasa membimbing kita menjadi hamba-hamba-Nya yang bersyukur, sadar diri, dan bertakwa dalam setiap keadaan. Karena sesungguhnya, hanya dengan takwa-lah seseorang akan dimuliakan di sisi-Nya.
H Puji Raharjo, Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) Provinsi Lampung