Keislaman

Ini Isi Khutbah Haji Wada’ Rasulullah dan Pesan Kemanusiaan di Dalamnya

Sabtu, 21 September 2024 | 08:37 WIB

Ini Isi Khutbah Haji Wada’ Rasulullah dan Pesan Kemanusiaan di Dalamnya

Ilustrasi tulisan Arab ya Rasulullah (Foto: NU Online)

Ketika kita melihat media sosial, terutama tiktok dan instagram dipenuhi dengan wasiat nabi terakhir sebelum wafat, atau dikenal dengan Khutbah Haji Wada. Karena bulan Rabiul Awal selain menjadi bulan kelahiran nabi, juga menjadi bulan wafatnya Nabi saw.


Pada tahun 10 hijriah (bulan Dzulhijjah), tepatnya delapan puluh satu hari sebelum Nabi Muhammad saw wafat pada bulan Rabiul Awal, nabi berangkat haji ke Baitullah dengan istri-istrinya dan putri tercinta Sayyidah Fatimah lalu diikuti oleh kaum muslimin. haji tersebut dikenal dengan sebutan Haji Wada (perpisahan), dan merupakan haji terakhir yang dilakukan oleh Rasulullah saw. 
   


Dalam Haji tersebut, Allah swt juga menurunkan ayat Al-Qur’an yang menjadi penutup risalah kenabian, “Pada hari ini aku sempurnakan bagimu agamamu dan Aku lengkapkan untukmu nikmat-Ku, dan Aku ridhai bagimu Islam sebagai agamamu.” [QS Al-Maidah (5): 3].


Wahyu penutup di atas sewaktu disampaikan oleh Rasulullah, disimak oleh para sahabat dengan perasaan haru. Abu Bakar Ash Shiddiq terisak menangis berderai air mata. 


Para sahabat menangkap isyarat bahwa Nabi dan Rasul yang dicintai dan mencintai umatnya tak lama lagi akan meninggalkan mereka untuk selama-lamanya. Benar saja, tepat pada Senin 12 Rabiul Awal 11 H/7 Juni 632 di Madinah Al-Munawarah, Nabi Muhammad saw wafat menghadap kekasihnya, Allah swt.


Masih dalam suasana haji, sebelum nabi mendapatkan wahyu terakhir, nabi sempat berkhutbah di Arafah dan Mina pada 9 dan 10 Dzulhijjah, yang di antara isinya adalah:

  1. Mungkin tahun depan sudah tidak akan bertemu lagi.
  2. Sesama muslim adalah bersaudara, maka berlakulah lemah lembut terhadapnya.
  3. Jangan saling memakan harta tanpa hak.
  4. Lakukanlah shalat, puasa, zakat, dan haji bagi yang mampu.
  5. Kelak manusia akan dibangkitkan dan akan dimintai pertanggungjawaban atas semua perbuatannya.
  6. Sepeninggalnya Rasulullah saw tidak ada lagi Nabi dan Rasul.
  7. Agar tidak tersesat, berpegang teguhlah pada Al-Qur’an dan Sunnah.


Khutbah Rasulullah di Arafah dan Mina tersebut, menurut Prof Osman Raliby dalam tulisannya di Majalah Suara Masjid tahun 1975, merupakan pedoman hidup bagi umat Islam karena banyak mengandung hak-hak asasi manusia (human right). Untuk terjemahan lengkapnya sebagai berikut:


Segala puji adalah bagi Allah. Kita memuja dan memuji Dia dan memohon pertolongan kepada-Nya dan bertaubat kepada-Nya. Kita berlindung pada Allah dari kejahatan-kejahatan diri kita dan dari segala perbuatan yang buruk. Barangsiapa yang diberi hidayah oleh Allah, maka takkan ada siapapun yang dapat menyesatkannya, dan barangsiapa disesatkan Allah, maka tak ada siapa pun yang dapat menunjukkan jalan baginya.


Aku  naik saksi, bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Maha Esa Ia, dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Dan aku naik saksi, bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan Rasul-Nya.


Wahai manusia, dengarkanlah pesanku baik-baik.


Aku akan menyampaikan kepadamu satu keterangan (sebagai wasiat), karena sesungguhnya aku tidak tahu apakah aku akan bertemu lagi dengan kamu sesudah tahun ini di tempat aku berdiri (sekarang) ini.


Wahai manusia, Sesungguhnya darahmu (jiwamu), harta bendamu dan kehormatanmu adalah suci dan haram (dilarang diganggu), sebagaimana suci dan haramnya bulan ini (bulan haji), sampai kamu kelak menghadap Tuhan. Sungguh kamu pasti akan menemui (menghadap) Tuhan, di mana Ia pasti akan menanyakan tentang segala amal perbuatanmu.


Ingatlah, bukankah sudah aku sampaikan? (Umat: sudah-sudah! Nabi: Ya Allah, persaksikanlah!)


Maka barangsiapa ada amanat di tangannya, hendaklah disampaikannya kepada orang yang memberikan amanat itu kepadanya.


Ingatlah, tak seorang pun yang melakukan tindak pidana melainkan ia sendiri yang bertanggungjawab atasnya. Tidak ada anak bertanggungjawab terhadap tindak pidana ayahnya, pun juga tidak seorang ayah bertanggungjawab terhadap tindak pidana anaknya.


Wahai manusia, dengarkanlah kata-kataku ini dan pahamkan semuanya.


Sesungguhnya seorang muslim dan muslim lainnya adalah umat yang bersaudara. Tidak ada sesuatu yang halal bagi seorang muslim dari saudaranya melainkan apa yang telah direlakan kepadanya. Maka janganlah kamu menzalimi dirimu sendiri.


Ingatlah, bukankah sudah aku sampaikan? (Umat: sudah-sudah! Nabi: Ya Allah, persaksikanlah!).


Khutbah Wada’ mendeklarasikan prinsip-prinsip Islam tentang persamaan hak dan martabat manusia tanpa memandang ras, suku bangsa dan warna kulit. Pada bagian lain khutbah yang monumental itu ditekankan beberapa hal, yaitu:


Sesungguhnya riba sudah dihapuskan. Tapi kamu akan memperoleh modal saham kamu. Maka janganlah kamu berlaku zalim agar kamu pun tidak dizalimi orang.


Wahai segenap manusia! Sesungguhnya Tuhanmu adalah Esa (Satu), dan nenek moyangmu adalah satu. Semua kamu berasal dari Adam, dan Adam berasal dari tanah. Tidak ada keutamaan bagi orang Arab atas orang yang bukan Arab melainkan dengan takwa itulah. Dan jika seorang budak hitam Abyssinia sekalipun menjadi pemimpinmu, dengarkanlah dia dan patuhlah padanya selama ia tetap menegakkan Kitabullah.


Ingatlah, bukankah sudah aku sampaikan? (Umat: sudah-sudah! Nabi: Ya Allah, persaksikanlah!).


Wahai manusia, takutlah kepada Allah. Kerjakanlah shalat yang lima waktu, lakukanlah puasa, berhajilah ke Baitullah dan tunaikanlah zakat hartamu dengan sukarela serta patuhlah atas apa yang aku perintahkan. Kamu pasti kelak akan bertemu dengan Tuhanmu, dan Ia pasti akan menanyakan kepadamu tentang segala perbuatanmu.


Ingatlah, bukankah sudah aku sampaikan? (Umat: sudah-sudah! Nabi: Ya Allah, persaksikanlah!)


Sesungguhnya zaman itu beredar, musim berganti.


Wahai segenap manusia! Sesungguhnya setan itu sudah putus harapan akan (terus) disembah-sembah di negerimu ini. Akan tetapi sesungguhnya dia puas dengan ditaati dalam hal-hal selain daripada itu (disembah), yakni dalam perbuatan-perbuatan yang kamu (sebenarnya) benci, maka waspadalah terhadap tipu daya (setan) yang akan merugikan agamamu.


Camkanlah perkataanku ini, wahai manusia! Sesungguhnya telah kusampaikan kepadamu, dan sesungguhnya aku sudah meninggalkan untuk kamu sekalian sesuatu, yang bila kamu berpegang teguh kepadanya, pasti kamu tidak akan tersesat selama-lamanya, yakni sesuatu yang terang dan nyata, Kitabullah (Al Quran) dan Sunnah Nabi-Nya.


Wahai Tuhanku! Persaksikanlah, persaksikanlah wahai Tuhanku.


Maka hendaklah yang telah menyaksikan di antara kamu menyampaikan kepada yang tidak hadir. Semoga barangsiapa yang menyampaikan akan lebih mendalam memperhatikannya daripada sebagian yang mendengarkannya. Mudah-mudahan bercucuranlah rahmat Allah dan berkat-Nya atas kamu sekalian!”.


Khutbah nabi di atas merupakan nasihat yang sangat bermanfaat bagi kaum Muslimin setelahnya. Khutbah tersebut juga menjadi nasihat yang disaksikan oleh umat Islam secara menyeluruh. Dan ketika kita merenungi isinya, maka pesan-pesannya penuh kemanusiaan, kedamaian dan kesetaraan bagi umat hamba Allah swt.