Kisah Kesederhanaan Nabi Muhammad saw Semasa Hidupnya
Selasa, 17 September 2024 | 12:14 WIB
Yudi Prayoga
Penulis
Bulan Rabiul Awal merupakan bulan kelahiran Nabi Muhammad saw. Nabi yang mengemban amanah untuk menjadikan manusia tunduk kepada Allah swt, mengesakan-Nya. Nabi Muhammad saw juga menjadi manusia pilihan yang mengangkat harkat martabat umat manusia dari akhlak yang buruk menjadi akhlak yang baik.
Ketika di Madinah, nabi selain menjadi pemimpin agama bagi umat Islam juga menjadi pemimpin negara bagi masyarakat umum. Akan tetapi, dalam kesehariannya nabi hanya hidup dan memilih kehidupan yang sederhana, tanpa dipenuhi kekayaan seperti raja-raja yang lain, seperti Raja Persia, Raja Romawi dan sebagainya.
Dilansir dari NU Online, di sebelah timur Masjid Nabawi Madinah, tampak sebuah bangunan yang akan membuat kita takjub, terpesona karena kesederhanaannya. Itulah tempat tinggal Rasul Agung Muhammad saw. Rumah itu sangat kecil dengan hamparan tikar usang dan nyaris tanpa perabot.
Zaid bin Tsabit bertutur, “Anas bin Malik pelayan Rasulullah pernah memperlihatkan kepadaku tempat minum Rasulullah yang terbuat dari kayu yang keras dan di patri dengan besi. Kemudian Anas berkata kepadaku, Wahai Tsabit, inilah tempat minum Rasulullah. Dengan gelas kayu inilah Rasulullah minum air, perasan kurma, madu dan susu” (HR Tirmidzi).
Benda lain yang dimiliki Rasulullah adalah baju besi yang biasa dipakai saat berperang. Tetapi tak lama setelah beliau wafat baju besi itu digadaikan kepada seorang Yahudi dengan beberapa karung gandum, seperti yang pernah diriwayatkan Aisyah.
Soal tempat tidur Rasulullah saw, Ummul Mu’minin, Aisyah ra menggambarkan bahwa suaminya itu tidak tidur di tempat yang mewah. “Sesungguhnya hamparan tempat tidur Rasulullah saw terdiri atas kulit binatang, sedang isinya adalah sabut kurma” (HR At-Tirmidzi).
Hafshah saat ditanya, “Apa yang menjadi tempat tidur Rasulullah saw?” Ia menjawab, “Kain dari bulu yang kami lipat dua. Di atas itulah Rasulullah saw tidur. Pernah suatu malam aku berkata (dalam hati): sekiranya kain itu aku lipat menjadi empat lapis, tentu akan lebih empuk baginya. Maka kain itu kulipat empat lapis.”
Manakala waktu subuh, cerita Hafsah, Rasulullah saw mengatakan, “Apa yang engkau hamparkan sebagai tempat tidurku semalam?” Aku menjawab, itu adalah alas tidur yang biasanya nabi pakai, hanya saja aku lipat empat. Aku kira akan lebih empuk.” Rasulullah saw membalas, “Kembalikan kepada asalnya! Sungguh, disebabkan empuknya, aku terhalang dari shalat di malam hari” (HR At-Tirmidzi).
Cerita tentang tempat tidur Rasulullah saw juga pernah menyembabkan Umar bin Khattab menangis. Padahal, Umar bin Khattab terkenal sebagai pemuda yang gagah perkasa sehingga disegani banyak orang baik dari kalangan lawan maupun kawan.
Mengapa Umar ini sampai menangis? Umar pernah meminta izin menemui Rasulullah saw. Umar mendapati Rasulullah sedang berbaring di atas tikar yang sangat kasar. Sebagian tubuh beliau berada di atas tanah. Beliau hanya berbantalkan pelepah kurma yang keras. “Aku ucapkan salam kepadanya dan duduk di dekatnya. Aku tidak sanggup menahan tangisku,” ujar Umar bin Khattab
Rasulullah yang mulia pun sampai bertanya kepada Umar, “Mengapa engkau menangis, wahai Umar?”
“Bagaimana aku tidak menangis, wahai Rasulullah. Tikar ini telah menimbulkan bekas pada tubuhmu, padahal engkau ini Nabi Allah dan kekasih-Nya. Kekayaanmu hanya yang aku lihat sekarang ini. Sedangkan Kisra dan Kaisar duduk di singgasana emas dan berbantalkan sutera.”
Lalu Nabi saw berkata, “Mereka telah menyegerakan kesenangannya sekarang juga; sebuah kesenangan yang akan cepat berakhir. Kita adalah kaum yang menangguhkan kesenangan kita untuk hari akhir. Perumpamaan hubunganku dengan dunia seperti orang yang bepergian pada musim panas. Ia berlindung sejenak di bawah pohon, kemudian berangkat dan meninggalkannya.”
Baginda Nabi Muhammad saw hidup dengan sangat zuhud. Seperti dituturkan oleh Aisyah, betapa Rasulullah hanya mempunyai dua baju, tidur di atas daun pelepah kurma, perutnya selalu lapar, bahkan pernah diganjal dengan batu, dan sangat sedikit tidur.
Rasulullah juga mengerjakan sendiri pekerjaan rumahnya, menambal baju sendiri, dan memerah kambingnya sendiri. Seperti itulah pekerjaan keseharian Rasulullah, selalu memenuhi kebutuhan pribadinya secara mandiri, tanpa membebani keluarga atau orang lain.
Jika beliau mau tentulah sangat mudah menggantikan pekerjaan itu kepada orang lain, karena beliau adalah kepala rumah tangga sekaligus kepala negeri Arab pada saat itu.
Dalam hal ibadah, sesibuk apapun beliau ketika Bilal sudah mengumandangkan azan, beliau bergegas ke masjid dan menjadi imam. Selama hidupnya belum pernah beliau meninggalkan jamaah di masjid kecuali hari di mana beliau dipanggil menghadap Allah swt karena sakit.
Itulah kisah Nabi Muhammad saw yang mulia, penuh kesederhanaan dan ibadah kepada Allah swt. Kita bisa mencontoh, bahwa sesibuk apapaun nabi, jika sudah masuk waktunya shalat fardhu, beliau akan berangkat ke masjid. Selain itu, beliau selalu mengerjakan pekerjaan rumah tangganya dengan tangannya sendiri.
Terpopuler
1
KH Saifuddin Zuhri dan KH Muhtar Ghozali Terpilih Jadi Rais dan Mudir JATMAN Lampung pada Muswil 2025
2
GP Ansor Way Kanan Gelar PKD, Tingkatkan Kapasitas dan Kualitas Kader
3
Ketua PWNU Lampung: Santri Harus Siap Menanggung Pahitnya Belajar Demi Terangnya Masa Depan
4
Sosialisasi PIP dan Wawasan Kebangsaan, Fauzi Heri Ajak Masyarakat Amalkan Nilai Pancasila
5
Ketua PWNU Lampung: Thariqah Jadi Penyejuk dan Penuntun Umat dalam Menjawab Keresahan Zaman
6
Memaknai Doa Nabi Musa Minta Jodoh, KH Sujadi: Ciptakan Suasana Surgawi dalam Rumah Tangga
Terkini
Lihat Semua