• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Selasa, 16 April 2024

Warta

Ketua FKUB Lampung Prihatin Fenomena Kapitalisasi Isu Agama

Ketua FKUB Lampung Prihatin Fenomena Kapitalisasi Isu Agama
Rakor FKUB Lampung. (Foto: Istimewa)
Rakor FKUB Lampung. (Foto: Istimewa)

Bandarlampung, NU Online Lampung
Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Lampung KH Mohammad Bahruddin merasa prihatin fenomena kerukunan saat ini 'dinodai' dengan ulah segelintir kelompok yang melakukan tindakan yang ia sebut dengan 'kapitalisasi isu agama'.

 

Kelompok ini melakukan aksinya dengan 'nebeng' isu agama untuk mencari keuntungan. Bukan hanya keuntungan finasial, mereka melakukan semua ini untuk kepentingan seperti politik, pemahaman, dan sebagainya. Isu agama memang menjadi hal yang 'laku dijual' di masyarakat.

 

Melihat fenomena ini, ia mengajak para pengurus Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) untuk tidak terbawa tindakan kelompok ini dan tetap teguh untuk terus menebarkan benih-benih kerukunan di tengah masyarakat.

 

"Para pengurus FKUB harus menjadi teladan di tengah-tengah umat, karena ini merupakan syarat utama dari keberhasilan seorang motivator," ungkapnya dalam Rakor Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Se-Provinsi Lampung di Hotel Horizon Bandarlampung, Rabu (27/10/2021).

 

Terkait hal ini, Ketua FKUB Kabupaten Pringsewu KH Mahfudz Ali mengajak pada masyarakat untuk selektif dalam menerima informasi terlebih mengenai isu agama. Di era informasi tanpa batas saat ini, setiap individu harus selektif agar tidak terprovokasi dengan isu-isu agama yang ditunggangi pihak tertentu.

 

"Bukan hanya masyarakat biasa, para pemuka agama dan tokoh juga bisa saja terpapar dengan isu agama dan terbawa dengan isu yang beredar," ungkapnya.

 

Sehingga hal yang harus dilakukan oleh masyarakat adalah dengan benar-benar menyaring informasi dengan mengedepankan tabayun dan tidak gampang mempercayai informasi di media sosial.

 

"Kalau dulu orang selamat dan sukses itu karena memiliki informasi, kalau sekarang orang yang selamat itu mereka yang bisa menyaring informasi," ungkapnya.

 

Ia menyadari bahwa tugas tokoh agama menjadi sangat berat saat ini. Di era digital ini, terkadang umat sudah terlebih dahulu mendapatkan informasi yang tidak tepat sehingga para tokoh agama menjadi 'bengkel' untuk memperbaikinya.

 

"Kalau dulu tugas tokoh agama banyak bersifat mengarahkan umat. Kalau sekarang ada tugas tambahan memperbaiki umat yang terpapar paham radikal yang mengarah pada ekstremisme," ungkapnya. (Muhammad Faizin).


Editor:

Warta Terbaru