Syiar

Tiga Cara Allah Memuliakan Bulan Sya’ban, Salah Satunya Perintah Puasa Ramadhan

Jumat, 31 Januari 2025 | 07:27 WIB

Tiga Cara Allah Memuliakan Bulan Sya’ban, Salah Satunya Perintah Puasa Ramadhan

Ilustrasi bulan syaban. (Foto: NU Online)

Mulai hari ini, Jumat 31 Januari 2025 kita sudah memasuki bulan Sya’ban, bulan kedelapan dalam kalender hijriah. Sya’ban kerap disebut sebagai bulan yang terlupakan, atau sering dilalaikan, karena berada di antara dua bulan mulia, Rajab dan Ramadhan.


Sya’ban berasal dari kata syi’ab yang artinya jalan di atas gunung. Makna ini selaras dengan posisi bulan Sya’ban yang menyongsong bulan Ramadhan. Ini merupakan kiasan bahwa pada bulan ini merupakan momen tepat untuk menapaki jalan kebaikan secara lebih intensif, mempersiapkan diri menyambut bulan suci yakni Ramadhan. 


Meski sering terlalaikan, bukan berarti tidak ada keistimewaan pada bulan Sya’ban. Dalam hadits riwayat Abu Dawud dan Nasai, Nabi menyebut Sya’ban sebagai bulan yang biasa dilupakan umat manusia. Ia diabaikan manusia karena manusianya sendiri yang kurang menyadari kemuliaan bulan Sya’ban.


Bukti dari keistimewaan bulan Sya’ban, bisa kita lihat dari sejumlah peristiwa penting bersejarah di dalamnya. Peristiwa-peristiwa ini bisa dipandang bukan semata sebagai fakta historis tapi juga pertanda bahwa Allah memberikan perhatian spesial terhadap bulan ini. Dilansir dari NU Online, peristiwa penting itu di antaranya:


Pertama, pada bulan Sya’ban Allah menurunkan ayat perintah bershalawat kepada Nabi Muhammad saw sebagaimana yang tercantum dalam Surat al-Ahzab ayat 56:  


 إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا  


Artinya: Sungguh Allah dan para malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, shalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya.


Sebagian besar ulama, khususnya dari kalangan mufassir, sepakat bahwa ayat ini turun di bulan Sya’ban. Secara bahasa, shalawat berakar dari kata shalât yang berarti doa. Dalam ayat tersebut ada tiga jenis shalawat, yaitu shalawat yang disampaikan Allah, shalawat yang disampaikan malaikat, dan (perintah) shalawat yang disampaikan umat Rasulullah saw.  
 


Kedua, bulan Sya’ban merupakan saat diturunkannya kewajiban berpuasa bagi umat Islam. Imam Abu Zakariya an-Nawawi dalam al-Majmû‘ Syarah Muhadzdzab menjelaskan bahwa Rasululah menunaikan puasa Ramadhan selama sembilan tahun selama hidup, dimulai dari tahun kedua hijriah setelah kewajiban berpuasa tersebut turun pada bulan Sya'ban. 


Bulan Ramadhan merupakan bulan paling mulia di antara bulan-bulan lainnya. Artinya, Sya’ban merekam sejarah penting “diresmikannya” kemuliaan Ramadhan dengan difardhukannya puasa bagi kaum mukminin selama sebulan penuh. Sya’ban menjadi tonggak menyambut bulan suci sebagai anugerah besar dari Allah yang melipatgandakan pahala segala amal kebaikan di bulan Ramadhan.   


Ketiga, bulan Sya’ban juga menjadi sejarah dimulainya Ka’bah menjadi kiblat umat Islam yang sebelumnya adalah Masjidil Aqsha. Peristiwa peralihan kiblat ini ditandai dengan turunnya ayat 144 dalam Surat al-Baqarah:   


قَدْ نَرَى تَقَلُّبَ وَجْهِكَ فِي السَّمَاءِ فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ


Artinya: Sungguh Kami melihat wajahmu kerap menengadah ke langit, maka sungguh Kami akan memalingkanmu ke kiblat yang kamu sukai. Palingkanlah wajahmu ke arah Masjidil Haram.


Saat menafsirkan ayat ini, Al-Qurthubi dalam kitab Al-Jami’ li Ahkâmil Qur’an dengan mengutip pendapat Abu Hatim Al-Basti mengatakan bahwa Allah memerintahkan Rasulullah saw untuk mengalihkan kiblat pada malam Selasa bulan Sya’ban yang bertepatan dengan malam nisfu Sya’ban.   


Kiblat menjadi simbol tauhid karena seluruh umat Islam menghadap pada satu tujuan. Beralihnya kiblat dari Masjidil Aqsha ke Masjidil Haram juga menegaskan bahwa Allah tak terikat dengan waktu dan tempat. Hal ini ditunjukkan dengan sejarah perubahan ketetapan kiblat yang tidak mutlak dalam satu arah saja.


Itulah tiga peristiwa penting, atau cara Allah memuliakan bulan Sya’ban dengan menurunkan tiga perintah penting, yaitu tentang shalawat, puasa Ramadhan, dan peruban arah kiblat. Semoga bisa menambahkan wawasan keislaman kita.