• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Jumat, 26 April 2024

Syiar

Tata Cara dan Lafal Niat Puasa Muharram

Tata Cara  dan Lafal Niat Puasa Muharram
kaligrafi muharram
kaligrafi muharram

Muharram merupakan bulan yang mulia di dalam agama Islam, karena di dalamnya mengandung banyak keberkahan dan keutamaan. Umat Islam biasanya merayakannya dengan amal-amal kebaikan, salah satunya berpuasa.

 

Ini beberapa tata cara puasa di bulan Muharam, sebagaimana dikutif dari artikel yang berjudul Panduan Puasa Muharram: Tata Cara, Hukum, dan Keutamaaannya  , sebagai berikut:

 

Pertama, niat di hati. Niat puasa Muharram, baik secara umum maupun khusus puasa 10 hari awal Muharram, puasa Tasu’a, puasa Asyura, dan puasa 11 Muharram, sebagaimana puasa sunnah lainnya, dapat dilakukan dengan niat puasa mutlak, seperti: “Saya niat puasa"  atau dengan cara yang lebih baik sebagaimana berikut:  

 

نَوَيْتُ صَوْمَ الْمُحَرَّمِ لِلّٰهِ تَعَالَى 

 

Nawaitu shaumal Muharrami lilâhi ta’âlâ.

 

Artinya : Saya niat puasa Muharram karena Allah ta’âlâ. 

 

Niat puasa Tasu’a secara lengkap: 

 

 نَوَيْتُ صَوْمَ تَاسُوعَاءَ لِلّٰهِ تَعَالَى 

 

Nawaitu shauma Tâsû’â-a lilâhi ta’âlâ. 

 

Artinya : Saya niat puasa Tasu’a karena Allah ta’âlâ.

 

Niat puasa Asyura secara lengkap: 

 

  نَوَيْتُ صَوْمَ عَاشُورَاءَ لِلّٰهِ تَعَالَى  

 

Nawaitu shauma Âsyûrâ-a lilâhi ta’âlâ.

 

Artinya : Saya niat puasa Asyura karena Allah ta’âlâ.   Selain niat di dalam hati juga disunnahkan mengucapkannya dengan lisan.

 

Sebagaimana puasa sunnah lainnya, niat puasa Muharram dapat dilakukan sejak malam hari hingga siang sebelum masuk waktu zawâl (saat matahari tergelincir ke barat), dengan syarat belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa sejak terbit fajar atau sejak masuk waktu subuh. (Al-Malibari, Fathul Mu’în, juz II, halaman 223). 

 

Kedua, makan sahur. Lebih utama makan sahur dilakukan menjelang masuk waktu subuh sebelum imsak.

 

Ketiga, melaksanakan puasa dengan menahan diri dari segala hal yang membatalkan, seperti makan, minum dan semisalnya.  

 

Keempat, lebih menjaga diri dari hal-hal yang membatalkan pahala puasa seperti berkata kotor, menggunjing orang, dan segala perbuatan dosa. Rasulullah saw bersabda: 

 

 كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعِ وَالْعَطَشِ (رواه النسائي وابن ماجه من حديث أبي هريرة)  

 

Artinya : Banyak orang yang berpuasa yang tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya kecuali rasa lapar dan kehausan. (HR an-Nasa’i dan Ibnu Majah dari riwayat hadits Abu Hurairah ra). (Abul Fadl al-‘Iraqi, al-Mughni ‘an Hamlil Asfâr, [Riyad: Maktabah Thabariyyah, 1414 H/1995 M], juz I, halaman 186).

 

Kelima, segera berbuka puasa saat tiba waktu maghrib. (Ibrahim al-Bajuri, Hâsyiyyatul Bâjuri ‘alâ Ibnil Qâsim al-Ghazi, [Semarang, Thoha Putra], juz I, halaman 292-294).

 

Dari ulasan di atas bahwa, niat, sahur, menjaga maksiat, serta berbuka ketika sudah waktunya menjadi komponen penting dalam menjalankan puasa, sebagaimana puasa-puasa yang lainnya, karena segala sesuatu harus diawali dengan niat. Dan sahur merupakan aktivitas yang bertujuan agar menjadikan puasa lebih nyaman dan kuat dalam beribadah selama satu hari penuh.

 

Sedangkan menjaga maksiat juga bisa menjadikan puasa lebih sempurna, karena puasa yang diselingi dengan maksiat, akan menjadikan puasanya tidak mendapatkan apa-apa kecuali rasa lapar dan haus saja. Wallahua'lam


Syiar Terbaru