Syiar

Percakapan Nabi Muhammad dan Allah swt ketika Isra’ dan Mi’raj yang Diabadikan dalam Shalat

Senin, 27 Januari 2025 | 08:15 WIB

Percakapan Nabi Muhammad dan Allah swt ketika Isra’ dan Mi’raj yang Diabadikan dalam Shalat

Isra' dan Mi'raj Sumber foto: NU Online

Isra’ Mi‘raj adalah peristiwa penting dalam sejarah Islam yang terjadi pada masa kehidupan Nabi Muhammad saw. Isra’ merujuk pada perjalanan malam Nabi Muhammad dari Masjid al-Haram di Makkah ke Masjid al-Aqsa di Yerusalem, sedangkan Mi‘raj adalah perjalanan Nabi dari Masjid al-Aqsa menuju langit dan bertemu dengan Allah swt. Peristiwa ini terjadi dalam satu malam dan memiliki makna yang sangat dalam, baik dalam aspek spiritual maupun ajaran Islam.

 

Isra’ Mi‘raj juga merupakan peristiwa yang memperlihatkan keagungan dan kekuasaan Allah swt, serta menjadi momen penting dalam pemberian kewajiban shalat lima waktu kepada umat Islam. Selain itu, pada malam Isra’ dan Mi’raj juga terjadi dialog yang paling menyentuh hati, antara Nabi Muhammad saw dan Allah swt.

 

Dialog ini dimulai dari kebingungan Rasulullah saw untuk memberikan salam kepada Allah swt, hingga Allah mewahyukan salam yang tepat dari hamba kepada-Nya yaitu:

 

التَّحِيَّاتُ الْمُبَارَكَاتُ الصَّلَوَاتُ الطَّيِّبَاتُ ِللهِ

 

Attahiyyatul mubarakatush shalawatuth thayyibatu lillah

 

Artinya:  Salam sejahtera yang penuh barokah dan salam sejahtera yang amat baik adalah milik Allah. 

 

Lalu kemudian Allah swt menjawab: 

 

لسَّلاَمُ عَلَيْكَ أَيُّهَا النَّبِيُّ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكاَتُهُا   

 

Assalamualaika ayyuhan Nabiyyu wa rahmatullahi wa barakatuh

 

Artinya: Salam sejahtera, barokah dan rahmat Allah dilimpahkan kepadamu wahai Nabi Muhammad saw. 

 

Mendapakan jawaban seperti ini, Rasulullah saw tidak merasa jumawa atau berbesar diri, justru beliau tidak lupa dengan umatnya. Inilah yang membuat kita sangat terharu. Beliau menjawab dengan ucapan:

 

السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِ اللَّهِ الصَّالِحِينَ

 

Assalamu’alaina wa’ala ibadillahish shalihiin

 

Artinya: Semoga perlindungan dan pemeliharaan diberikan kepada kami dan semua hamba Allah yang shalih.

 

Mendengar percakapan agung tersebut, seluruh penghuni langit dan bumi sama-sama bersaksi seraya berkata:

 

 أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ الله وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله.

 

Asyhadu an lâ ilâha illallâh wa asyhadu anna muḥamadar rasûlullâh

 

Artinya: Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.

 

Dari beberapa dialog di atas tersebut, Imam al-‘Izz bin Abd as-Salâm menjelaskan secara spiritual (rohani) dalam Maqâṣid al-‘Ibâdât (1995: 12-13 & 28-30) bahwa kalimat at-taḥiyyât al-mubârakât aṣ-ṣalawât aṭ-ṭayyibât lillâh dan asyhadu an lâ ilâha illallâh berhubungan dengan Allah. Kalimat as-salâm ‘alaika ayyuhâ an-nabiyyu wa raḥmatullâh wa barkâtuh dan asyhadu anna muḥamadar rasûlullâh berhubungan dengan Rasulullah saw.

 

Sedangkan kalimat as-salâm ‘alainâ wa ‘alâ ‘ibâdillâh aṣ-ṣâliḥîn berhubungan dengan hamba-hamba Allah yang saleh dari penduduk bumi dan penduduk langit. Tidak lain karena shalat memang memiliki hubungan (koneksi) secara langsung, baik kepada muṣallî sendiri, Allah, Rasulullah saw, maupun kepada seluruh orang beriman yang ada di alam semesta.