Ila Fadilasari
Penulis
Hari ini 4 September 2024 merupakan Rabu terakhir di bulan Safar, yang di masyarakat kita dikenal dengan nama Rabu Wekasan (Rebo Wekasan). Berbagai tradisi dan amalan dilakukan masyarakat pada hari ini, karena khawatir akan terjadi malapetaka atau musibah.
Pada malam Rabu Wekasan banyak sekali masyarakat yang mencari informasi seputar Rabu Wekasan, walaupun sudah ditegaskan dalam hadits nabi bahwa tidak ada musibah yang akan terjadi pada waktu, hari, dan bulan tertentu. Semua waktu itu sifatnya netral, tidak memiliki kehendak.
Namun bila berbagai amalan itu tetap baik untuk dilakukan, asal tidak diniatkan sebagai kepercayaan terhadap akan datangnya bala pada Rabu Wekasan. Justru sebaliknya, pada Rabu Wekasan berbagai amalan itu kita lakukan untuk makin mendekatkan diri kepada Allah dan untuk bertaubat kepada-Nya.
Baca Juga
Amalan yang Dianjurkan pada Rabu Wekasan
Dilansir dari NU Online, dari sudut pandang aqidah, keyakinan akan turunnya bala pada Rabu Wekasan justru membuka pintu bala’ itu sendiri. Sebab Allah telah menyatakan bahwa rahmat atas seorang hamba sesuai dengan prasangka hamba itu sendiri. Allah berfirman dalam sebuah hadits qudsi berikut:
أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي
Artinya: Aku sesuai persangkaan hambaku tentang diriku (Muttafaq ‘Alaihi).
Berdasarkan hadits itu, daripada meyakini hari tersebut sebagai hari sial, ada baiknya kita meyakininya sebagai hari penuh berkah saja. Meyakini hari Rabu sebagai hari berkah justru punya landasan aqidah yang kuat.
Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa hari Rabu adalah hari di mana Allah menciptakan nur (cahaya) alam semesta.
خَلَقَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ التُّرْبَةَ يَوْمَ السَّبْتِ، ...، وَخَلَقَ النُّورَ يَوْمَ الْأَرْبِعَاءِ
Artinya: Allah Yang Maha Agung menciptakan tanah di hari Sabtu, ... dan menciptakan cahaya di hari Rabu... (HR Muslim).
Di hadits sahih lainnya, seperti diriwayatkan Imam Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad, justru hari Rabu adalah hari di mana doa Nabi dikabulkan setelah sebelumnya berdoa mulai hari Senin di Masjid al-Fath.
Sehingga, Sahabat Jabir bin Abdullah apabila mempunyai perkara penting beliau berdoa di hari Rabu di antara shalat Zuhur dan Ashar, yang dia buktikan itu sebagai waktu mustajabah.
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ كَعْبٍ قَالَ: سَمِعْتُ جَابِرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُ: دَعَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي هَذَا الْمَسْجِدِ، مَسْجِدِ الْفَتْحِ، يَوْمَ الِاثْنَيْنِ وَيَوْمَ الثُّلَاثَاءِ وَيَوْمَ الْأَرْبِعَاءِ، فَاسْتُجِيبَ لَهُ بَيْنَ الصَّلَاتَيْنِ مِنْ يَوْمِ الْأَرْبِعَاءِ قَالَ جَابِرٌ: وَلَمْ يَنْزِلْ بِي أَمْرٌ مُهِمٌّ غائِظٌ إِلَّا تَوَخَّيْتُ تِلْكَ السَّاعَةَ، فَدَعَوْتُ اللَّهَ فِيهِ بَيْنَ الصَّلَاتَيْنِ يَوْمَ الْأَرْبِعَاءِ فِي تِلْكَ السَّاعَةِ، إِلَّا عَرَفْتُ الْإِجَابَةَ
Artinya: Dari Abdurrahman bin Ka’ab, dia berkata: Aku mendengar Jabir bin Abdullah berkata, “Rasulullah berdoa di masjid ini, Masjid al-Fath, pada hari Senin, Selasa dan Rabu, kemudian dikabulkan di hari Rabu di antara waktu dua Shalat [Zuhur dan Ashar]”. Jabir berkata, “Tak pernah terjadi hal yang sangat penting bagiku yang aku sengaja menunggu waktu itu kemudian aku berdoa kepada Allah saat itu di antara dua shalat pada hari Rabu, kecuali setahuku pasti dikabulkan” (al-Bukhari, al-Adab al-Mufrad, halaman 246).
Keistimewaan hari Rabu sebagaimana dimaksud, tidak disebutkan pada tanggal atau bulan tertentu, namun berlaku sepanjang masa setiap minggunya, tak terkecuali hari Rabu terakhir bulan Safar.
Imam al-Hafidz as-Sakhawi as-Syafi’i menceritakan tentang orang-orang shalih yang beliau temui. Ia bercerita tentang pengaduan hari Rabu pada Allah sebagai berikut:
وبلغني عن بعض الصالحين ممن لقيناه أنه قال: شكت الأربعاء إلى الله سبحانه تشاؤم الناس بها فمنحها أنه ما ابتدئ بشيء فيها إلا تم
Artinya: Saya dengar dari sebagian ulama saleh yang kami temui, ia berkata: “Hari rabu mengadu kepada Allah tentang anggapan sial orang-orang terhadapnya, maka Allah menganugerahkan bahwa apapun yang dimulai di hari Rabu, maka pasti akan sempurna” (as-Sakhawi, al-Maqâshid al-Hasanah, juz I, halaman 575).
Dengan demikian dapat kita simpulkan, bila agama Islam sudah menyatakan tidak ada hari atau waktu sial, dan Allah juga sudah menyatakan bahwa Ia sesuai prasangka umat kepada-Nya, maka sebaiknya kita tetap berprasangka baik pada hari yang diidentikkan dengan kesialan ini. Jadikan Rabu Wekasan, dan juga hari-hari lainnya sebagai hari keberuntungan, dengan usaha dan doa.
Terpopuler
1
Ikut Kang Jalal Yuk!, Pelatihan Tukang Jagal Halal LTMNU Pringsewu
2
Khutbah Jumat: 3 Cara Meraih Pahala yang Setara dengan Haji bagi yang Tidak Mampu
3
IPNU-IPPNU MAN 1 Pringsewu Terbentuk, Persiapan Pelantikan Dikebut
4
Peluncuran CV Rich Makmur International hingga Pesantren Ramah Anak Semarakkan Harlah RMINU
5
Perkuat Peran di Bidang Kesehatan, PW Muslimat NU Jalin Kerja Sama dengan Dinas Kesehatan Lampung
6
Lindungi Keluarga, Fatayat NU Labuhan Ratu Kecam Keras Fenomena Fantasi Sedarah di Medsos
Terkini
Lihat Semua