Membaca Surat Yasin pada Malam Rabu Wekasan, Bagaimana Hukumnya?
Kamis, 29 Agustus 2024 | 09:20 WIB
Ila Fadilasari
Penulis
Hari Rabu terakhir bulan Safar bagi sebagian masyarakat masih menjadi sesuatu yang menakutkan, karena dikhawatirkan akan terjadi malapetaka atau kesialan. Meskipun dalam agama Islam, baik dalam Al Qur’an maupun hadits dinyatakan bahwa tidak ada bulan atau hari yang buruk, namun tradisi yang melekat di masyarakat, pada malam Rabu Wekasan (Rebo Wekasan), mereka melakukan amaliah tertentu.
Rabu Wekasan merupakan salah satu tradisi yang masih dilestarikan oleh masyarakat Nusantara, terutama masyarakat Jawa. Tradisi ini dilakukan pada malam Rabu terakhir di bulan Safar. Salah satu ritual yang dilakukan dalam Rebo Wekasan adalah membaca Surat Yasin.
Menurut kepercayaan di sebagian masyarakat, pada malam Rabu Wekasan, Allah swt akan menurunkan 40.000 bala atau musibah. Sumber lain menyebut ada 320.000 macam bala bencana yang akan diturunkan ke bumi. Pada tahun 2024 ini, Rabu Wekasan jatuh pada tanggal 4 September 2024 (30 Safar 1446 H).
Untuk menghindari berbagai bala tersebut, masyarakat di antaranya berinisiatif untuk membaca Surat Yasin sebagai upaya untuk memohon perlindungan kepada Allah. Lantas bagaimana hukum membaca Yasin di malam Rabu Wekasan?
Sebagaimana kita ketahui, semua yang terjadi dalam hidup sudah ditentukan atau merupakan kehendak Allah swt. Bukan atas dasar pada bulan, hari, atau tanggal tertentu. Firman Allah swt dalam QS al-A’raf ayat 131, menyatakan:
فَاِذَا جَاۤءَتْهُمُ الْحَسَنَةُ قَالُوْا لَنَا هٰذِهٖ ۚوَاِنْ تُصِبْهُمْ سَيِّئَةٌ يَّطَّيَّرُوْا بِمُوْسٰى وَمَنْ مَّعَهٗۗ اَلَآ اِنَّمَا طٰۤىِٕرُهُمْ عِنْدَ اللّٰهِ وَلٰكِنَّ اَكْثَرَهُمْ لَا يَعْلَمُوْنَ
Artinya: Maka, apabila kebaikan (kemakmuran) datang kepada mereka, mereka berkata, “Kami pantas mendapatkan ini (karena usaha kami).” Jika ditimpa kesusahan, mereka lemparkan sebab kesialan itu kepada Musa dan orang-orang yang bersamanya. Ketahuilah, sesungguhnya ketentuan tentang nasib mereka (baik dan buruk) di sisi Allah, tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui.
Kemudian dinyatakan juga dalam hadits Rasulullah saw:
لا عَدْوَى ولا طِيَرَةَ ولا هَامةَ ولا صَفَرَ وفِرَّ من المَجْذُومِ كما تَفِرُّ من الأَسَد
Artinya: Tidak ada penyakit menular, tidak ada ramalan buruk, tidak ada kesialan karena burung hammah, tidak ada sial bulan Safar, dan larilah kamu dari penyakit kusta seperti kamu lari dari singa (HR Bukhari).
Lalu terkait tradisi membaca Surat Yasin pada malam Rabu Wekasan, dilansir dari NU Online, tidak ada larangannya. Asalkan niatnya benar. Berbagai amalan yang dilakukan hendaknya dilandasi niat untuk mendekatkan diri pada Allah, mengharap keberkahan hidup, serta memohon perlindungan dari-Nya. Bukan karena takut pada hari-hari tertentu berdasarkan mitos yang tidak diketahui kejelasannya.
Imam Abdurrauf al-Munawiy dalam kitab Faidh al-Qadir, jilid I, halaman 62, telah menjelaskan bahwa amalan-amalan yang dilakukan pada hari Rabu Wekasan tidak bertentangan dengan syariat Islam, asalkan niatnya baik. Amalan-amalan tersebut bertujuan untuk memohon perlindungan dari Allah swt dari segala macam musibah dan cobaan.
Untuk itu, amalan-amalan yang dilakukan pada Rabu Wekasan tidak boleh dimaknai sebagai bentuk kepercayaan terhadap kesialan pada hari Rabu atau bulan Safar. Hal ini karena Islam mengajarkan bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini adalah atas kehendak Allah swt, Sang Maha Pencipta.
(Ila Fadilasari)
Terpopuler
1
Khutbah Jumat: Pentingnya Merawat Hati
2
Ini Khasiat Alysha, Sabun Herbal Produk UMKM Mitra Binaan LAZISNU Pringsewu
3
Kesahihan Dalil Jual Beli Kepada Non-Muslim
4
Khutbah Jumat: Menggunakan Waktu Hidup untuk Kebaikan dan Ibadah
5
Anggota DPRD Lampung: Jalur Domisili SPMB Lampung Harus Berdasarkan Jarak, Bukan Nilai Rapor
6
Berikut 3 Predikat Haji yang Mabrur
Terkini
Lihat Semua