• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Senin, 13 Mei 2024

Syiar

Ini Penjelasan tentang Hikmah di Balik Anjuran Makan Sahur

Ini Penjelasan tentang Hikmah di Balik Anjuran Makan Sahur
Ini Penjelasan tentang Hikmah di Balik Anjuran Makan Sahur (Ilustrasi gambar: NU Online)
Ini Penjelasan tentang Hikmah di Balik Anjuran Makan Sahur (Ilustrasi gambar: NU Online)

Sebelum menjalani ibadah puasa kita dianjurkan untuk makan sahur. Mengapa Islam perlu menganjurkan makan sahur, bukankah ini hanya masalah makan dan minum?


Namun ternyata banyak hikmah dan manfaat dibalik anjuran makan sahur sebelum berpuasa tersebut. Di antaranya Rasulullah sendiri menyatakan bahwa ada keberkahan dalam makan sahur.


عن أنس رضي الله عنه قال صلى الله عليه و سلم: تسحروا فإن في السحور بركة (رواه الشيخان)


Artinya: Diriwayatkan dari Anas ra, Rasulullah saw bersabda: sahurlah kalian, karena sesungguhnya dalam sahur itu mengandung keberkahan (HR Syaikhani).


Dalam hadits lain, sahur lebih dianjurkan untuk dilakukan di penghujung malam menjelang imsak. Orang yang sahur akan mendapatkan keberkahan yang tidak diperoleh bagi orang yang tidak sahur. 


Pertanyaannya, keberkahan seperti apa yang dimaksud hadits di atas? Dalam kitab Is’afu Ahl al-Iman bi Wadza’if Syahri Ramadhan (halaman 59-60), Syekh Hasan al-Masyath menjelaskan secara logis dan sistematis hikmah di balik kesunnahan sahur tersebut, dilansir dari NU Online


Menurutnya, Rasulullah saw telah menganjurkan sahur, dan sebagai sunnahnya, umat Islam pun mengikutinya. Andai saja Rasulullah saw tidak sahur, umatnya pun akan demikian karena menganggap “tidak sahur” sebagai sunnahnya.


Namun Nabi mengerti, sahur merupakan bentuk kasih sayang terhadap umatnya, sehingga beliau melakukannya dan dijadikan anjuran bagi orang yang hendak berpuasa.


Dengan sahur, kita akan lebih memiliki tenaga untuk melakukan aktivitas pada siang hari, baik pekerjaan rutinitas maupun melakukan ibadah lainnya di bulan Ramadhan ini. Bila tidak sahur dikhawatirkan seorang yang berpuasa akan lemas dan tidak berenergi, sehingga mengganggu aktivitas lainnya.


Sahur yang dianjurkan untuk diakhirkan atau menjelang imsak, juga memiliki makna tersendiri. Bila dilaksanakan pada tengah malam, itu adalah saat kebanyakan orang sedang tidur pulas. Jika waktu utama sahur diberlakukan saat itu, khawatir tidak banyak yang bisa memperolehnya karena rasa kantuk yang begitu berat.


Alasan lain mengapa sahur lebih utama diakhirkan adalah karena dengan begitu, orang yang selesai sahur akan menunggu waktu Subuh tiba. Saat-saat menunggu Subuh itulah bisa digunakan untuk beribadah, seperti shalat sunnah, membaca Al-Qur’an atau pun zikir lainnya. 


Dengan kata lain, pengakhiran sahur adalah upaya agar kita bisa beribadah di waktu sepertiga malam. Waktu paling istimewa untuk bermunajat kepada Allah swt. Terlebih untuk meraih malam lailatul qadar. 


Secara khusus, Imam Bukhari dalam kitab Shahih-nya menuliskan satu bab yang membahas tentang orang yang sahur dan tidak tidur sampai tiba waktu shalat Subuh. Salah satunya adalah hadis yang mengisahkan Sahl bin Sa’d berikut:


حَدَّثَنَا إِسْمَاعِيلُ بْنُ أَبِي أُوَيْسٍ عَنْ أَخِيهِ عَنْ سُلَيْمَانَ عَنْ أَبِي حَازِمٍ أَنَّهُ سَمِعَ سَهْلَ بْنَ سَعْدٍ يَقُولُ كُنْتُ أَتَسَحَّرُ فِي أَهْلِي ثُمَّ يَكُونُ سُرْعَةٌ بِي أَنْ أُدْرِكَ صَلَاةَ الْفَجْرِ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ


Artinya: Telah menceritakan kepada kami, Isma’il bin Abu Uwais, dari saudaranya, dari Sulaiman, dari Abu Hazm, bahwa dia mendengar Sahl bin Sa’d berkata: Suatu kali aku pernah makan sahur bersama keluargaku, kemudian aku bersegera agar dapat melaksanakan shalat Subuh bersama Rasulullah saw.


Alasan lain mengapa orang yang sahur akan memperoleh keberkahan adalah, makanan sahur tidak akan dihisab oleh Allah swt. Padahal dalam aturannya, setiap apa yang kita makan akan dihisab oleh-Nya, tetapi orang yang sahur tidak. 


Dalam hadits Nabi disebutkan:


ثلاثة لا يحاسب عليها العبد أكلة السحر وما أفطر عليه والأكل مع الإخوان 


Artinya: Ada tiga hal (makanan) di mana seorang hamba tidak akan dihisab oleh Allah swt, yaitu makanan sahur, makanan saat berbuka puasa, dan makanan yang dinikmati bersama saudara-saudara yang lain.


Sahur juga menjadi pembeda antara umat Muslim dengan Yahudi dan Nasrani. Nabi Muhammad saw bersabda:


فصل ما بين صيامنا وصيام أهل الكتاب أكلة السحر 


Artinya: Yang membedakan antara puasa kita dan puasa Ahli Kitab adalah makan sahur.


Terkait hadits di atas, Imam Nawawi dalam Syarah Muslim menjelaskan:


معناه الفارق والمميز بين صيامنا وصيامهم السحور فإنهم لا يتسحرون ونحن يستحب لنا السحور 


Artinya: Maknanya, yang menjadi pembeda dan keistimewaan antara puasa kita dan puasa mereka (Yahudi dan Nasrani) adalah sahur. Karena sesungguhnya mereka tidak sahur, sedangkan kita disunahkan untuk sahur (Syarah Muslim Imam Nawawi, juz 7, halaman 207).


Melalui anjuran sahur sebelum berpuasa, kita menjadi tahu, betapa setiap detail ajaran Islam memiliki nilai luhur yang menunjukkan agama ini selalu memberikan rahmat dan kasih sayang terhadap para pemeluknya. Lebih dari itu, sekecil apapun ajaran Islam, pasti memiliki tujuan yang sangat baik dan bermanfaat bagi kita semua.


Syiar Terbaru