Hukum Menggabungkan Puasa Rajab dengan Qadha Puasa Ramadhan

Pada bulan Rajab ini, umat Islam disunnahkan untuk berpuasa, selain melaksanakan amalan-amalan lainnya. Berpuasa di bulan Rajab, dan bulan-bulan yang dimuliakan dalam agama Islam (al-asyhur al-hurum) memang sangat dianjurkan, karena banyak keutamaan di dalamnya.

 

Namun bagaimana bila seseorang masih memiliki utang puasa Ramadhan, mana yang lebih didahulukan? Di satu sisi kita tentunya ingin menambah pahala sunnah di bulan mulia, tapi di sisi lainnya menggadha (mengganti) puasa Ramadhan adalah kewajiban.

 

Menggabungkan niat puasa Rajab dengan puasa qadha Ramadhan hukumnya diperbolehkan (sah) dan pahala keduanya bisa didapatkan. Adapun tata caranya adalah, puasa tersebut diniatkan qadha Ramadhan. Sebab, puasa qadha’ Ramadhan adalah puasa wajib yang harus ditentukan dalam niatnya.

 

Adapun lafal niat yang harus dibaca adalah:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ قَضَاءِ فَرْضِ شَهْرِ رَمَضَانَ لِلهِ تَعَالَى 

 

Nawaitu shauma ghadin ‘an qadhā’i fardhi syahri Ramadhāna lillâhi ta‘âlâ. 

Artinya: Aku berniat untuk mengqadha puasa bulan Ramadhan esok hari karena Allah swt. 

Dilansir dari NU Online, meski hanya niat mengqadha puasa Ramadhan, secara otomatis pahala berpuasa Rajab bisa didapatkan. Dalam kitab al-I’ab, disebutkan, Syekh al-Barizi berfatwa bahwa apabila seseorang berpuasa qadha (Ramadhan) atau lainnya di hari-hari yang dianjurkan berpuasa, maka pahala keduanya bisa didapat, baik disertai niat berpuasa sunnah atau tidak. 

Ulama lain, seperti disebutkan dalam kitab Ianatut Thalibin, menyebutkan, demikian pula apabila berketepatan bagi seseorang dalam satu hari dua puasa rutin, seperti puasa hari Arafah dan puasa hari Kamis. 

Berdasarkan penjelasan tersebut, diperbolehkan menggabungkan pelaksanaan puasa Rajab dan puasa Ramadhan, dengan menggunakan lafal niat puasa qadha Ramadhan. Dengan demikian,  bagi yang masih punya utang puasa Ramadhan untuk dapat menggadhanya pada bulan Rajab ini.