Syiar

Cara Menghadapi Pergunjingan Orang Lain

Sabtu, 19 Agustus 2023 | 12:05 WIB

Cara Menghadapi Pergunjingan Orang Lain

Cara Menghadapi Gunjingan Orang Lain (Foto: NU Online)

Dalam perjalanan hidup ini kita tentunya akan bertemu banyak orang dengan berbagai karakter. Ada yang suka dan ada yang tidak suka, meskipun kita sudah berbuat kebaikan.


Rasa benci, iri, dengki, dan tersaingi merupakan warna dalam hidup sehari-hari, baik dalam pergaulan maupun pekerjaan. Namun semua itu hendaknya dapat kita hadapi dengan tenang dan lapang dada.


Dalam Hilyah al-Auliyâ wa Thabaqat al-Ashfiyâ’, Imam Abu Na’im al-Ashbahânî (330-430 H) memasukkan sebuah riwayat tentang nasihat Sayyidina Ja’far ash-Shadiq untuk orang yang sedang dijelekkan oleh orang lain. Berikut riwayatnya, dilansir dari NU Online.


حدثنا عبد الله بن محمد، ثنا علي بن رستم، قال: سمعت أبا مسعود يقول: قال جعفر بن محمد: إذا بلغك عن أخيك شيء يسوءك فلا تغتم، فإنه إن كان كما يقول كانت عقوبة عجلت، وإن كان علي غير ما يقول كانت حسنة لم يعملها، قال موسي: يا رب، أسألك أن لا يذكرني أحد إلا بخير، قال: ما فعلت ذلك لنفسي


Artinya dalam terjemah bebas: Abdullah bin Muhammad menceritakan, Ali bin Rustum menceritakan, ia berkata: “Aku mendengar Abu Mas’ud berkata: Ja’far bin Muhammad berkata:


Ketika sampai kepadamu suatu (kabar) tentang saudaramu yang menjelek-jelekanmu, maka janganlah kau risau. Karena, jika benar apa yang dikatakannya (tentangmu), itu adalah hukuman yang disegerakan (Tuhan atas dosa tersebut). Jika tidak benar apa yang dikatakannya (tentangmu), itu menjadi kebaikan yang tidak diamalkan (secara langsung olehmu).”


Nabi Musa as berkata: Tuhanku, aku memohon kepada-Mu agar tidak ada seorang pun yang menyebutku (atau mengingatku) kecuali dengan kebaikan.


Tuhan menjawab: Apa kau sudah melakukan hal itu terhadap-Ku? (Imam Abu Na’im al-Ashbahânî, Hilyah al-Auliyâ wa Thabaqat al-Ashfiyâ’, Kairo: Dar al-Hadits, 2009, juz 2, halaman 477).


Sabda Nabi saw:  lâ taghdlab, wa lakal jannah (jangan marah, maka untukmu surga). 


Pernyataan tersebut merupakan cara yang diajarkan Rasulullah kepada kita. Karena manusia ini unik. Untuk keburukan yang kita lakukan saja, kita akan marah ketika seseorang menggunjingkannya, apalagi keburukan yang tidak kita lakukan. Karena itu, menahan amarah adalah cara terbaik agar tidak terjerumus dalam lingkaran kesalahan.


Tidak perlu bersedih mendengar gunjingan orang tentang kita, tidak perlu gundah mendengar pendapat buruk orang tentang kita. Sebab, andaipun itu benar, itu bisa mengurangi dosa kita, karena hukumannya telah disegerakan melalui gunjingan orang-orang. 


Andai itu salah, kita akan mendapatkan pahala tanpa melakukan apa-apa. Dengan kata lain, kita mendapatkan pengurangan dosa dan penambahan pahala secara cuma-cuma.


Kita juga tidak perlu terjebak dalam rasa benci yang mendalam, sehingga sampai memutuskan silaturahim. Ingatlah Rasulullah bersabda:


لاَ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَاطِعُ رَحِمٍ


Artinya: Tidak masuk surga orang yang memutuskan silaturahim (HR Imam Muslim).


Kita akan sangat rugi jika terjebak dalam kebencian yang berlebihan, apalagi jika kita tidak melakukan apa yang digunjingkan. Kalimat yang paling tepat untuk menggambarkan kerugian ini adalah, “fitnah kita dapatkan, dan surga kita jauhkan.”


Meski begitu marah dalam taraf normal tentunya wajar, apalagi kita adalah manusia biasa. Namun jangan sampai kemarahan dan kebencian yang mengendalikan kita.


Doa yang disampaikan Nabi Musa as di atas, mengandung makna yang dalam, yaitu ketidaktegaan Nabi Musa jika ada orang yang berdosa karenanya. Jika seseorang menggunjingkannya, atau menceritakan hal-hal yang buruk tentangnya, orang tersebut sudah pasti berdosa.