• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Sabtu, 4 Mei 2024

Syiar

Berbagai Pendapat di Balik Nama Lailatul Qadar

Berbagai Pendapat di Balik Nama Lailatul Qadar
Berbagai Pendapat di Balik Nama Lailatul Qadar (Ilustrasi gambar: NU Online)
Berbagai Pendapat di Balik Nama Lailatul Qadar (Ilustrasi gambar: NU Online)

Kita sudah berada pada 10 malam terakhir puasa Ramadhan tahun 1444 H ini. Pada momen ini, biasanya umat Islam banyak yang beri’tikaf di masjid untuk mendapatkan kemuliaan Lailatul Qadar


Bila kita melakukan kebaikan pada malam itu, maka nilainya lebih baik dari mengerjakan kebaikan selama seribu bulan atau sekitar 83 tahun 4 bulan. Sebagai umat Muslim sudah selayaknya juga kita mengetahui apa dan makna Lailatul Qadar tersebut, agar ibadah menjadi semakin khidmad.


Ada beberapa pendapat ulama yang memberikan alasan di balik penamaan tersebut. Imam al-Hafiz al-Faqih al-Qadhi Waliyuddin Abu Zur’ah Ahmad bin ‘Abdurrahim bin Husain al-‘Iraqi (762-826 H) atau yang biasa disebut dengan nama Al-‘Iraqi, dalam kitab Syarhus Sadri bi Dzikri Lailatil Qadri mengatakan, ada 4 pendapat ulama di balik penamaan Lailatul Qadar.


Pertama, karena pada malam tersebut Allah swt menetapkan rezeki, ajal, dan kejadian alam pada tahun setelahnya. Setelah itu, Allah menyerahkan semua ketetapan itu pada para malaikat. Arti qadr salah satunya adalah takdir. Sebagaimana firman-Nya dalam surat Ad-Dukhan,


فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ


Artinya: Pada (malam itu) dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah (QS Ad-Dukhan: 4).


Dengan adanya ayat di atas, pada malam mulia itu disebut dengan malam Lailatul Qadar, yaitu malam yang Allah tampakkan semua kepastian takdir kepada para malaikat.


Kedua, karena sangat agung dan mulianya malam itu, sehingga disebut dengan Lailatul Qadar. Qadr juga berarti kemuliaan. Sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Qadr,


اِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (١) وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ (٢) لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (٣)


Artinya: Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur’an) pada malam qadar. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik daripada seribu bulan (QS Al-Qadr: 1-3).


Ayat di atas menjadi sebuah bukti bahwa amal kebaikan umat Nabi Muhammad saw tidak akan kalah dengan amal kebaikan umat nabi sebelumnya, meski secara umum umur umat Nabi Muhammad antara 60-70 tahun, sedangkan umat nabi sebelumnya ada yang 500-1000 tahun. 


Keutamaan dan kemuliaan lailatul qadar hanya Allah khususkan untuk umat Nabi Muhammad. Semua itu tidak lepas dari sebuah kejadian yang dialami Rasulullah, yaitu saat dihadapkan kepadanya semua gambaran amal kebaikan umatnya. Ketika Rasulullah melihat gambaran tersebut, seakan jauh dibanding umat Nabi sebelumnya, maka Allah swt memberikan Lailatul Qadar yang mempunyai nilai keutamaan sebanding dengan seribu bulan (Syekh Muhammab bin ‘Abdul Baqi bin Yusuf az-Zarqani, Syarhuz Zarqani, juz 2, halamn 285). 


Ketiga, karena orang-orang yang beribadah pada malam tersebut akan mendapatkan keutamaan luar biasa yang tidak bisa ditemukan selain pada bulan Ramadhan, serta akan menambah kedekatannya dengan Allah swt.


Keempat, karena setiap kebaikan yang dilakukan pada malam tersebut mempunyai nilai lebih dibanding dengan ibadah pada selain malam qadar, dan ini merupakan pemberian khusus kepada umat Nabi Muhammad.


Namun, ulama berbeda pendapat perihal apakah ini merupakan pemberian khusus kepada umat Nabi Muhammad atau tidak. Menurut riwayat Imam Malik (dan ini yang paling disepakati) dalam kitab al-Muwattha’ menyebutkan:


قال مالك فيه إنه سمع من يثق به من أهل العلم يقول إن رسول الله ﷺ  أرى أعمار الناس قبله أو ما شاء الله من ذلك فكأنه تقاصر أعمار أمته أن لا يبلغوا من العمل مثل الذي بلغ غيرهم في طول العمر فأعطاه الله ليلة القدر خير من ألف شهر


Artinya: Berkata Imam Malik dalam (kitab al-Muwattha’) diambil dari ulama yang dipercaya, termasuk ahli ilmu, bahwa Rasulullah saw diperlihatkan umur-umur manusia sebelumnya (yang sangat panjang) sesuai dengan kehendak Allah dari semua itu, sampai (akhirnya) usia umatnya semakin pendek (sehingga) mereka tidak bisa beramal lebih lama sebagaimana umat-umat sebelumnya, mereka beramal karena panjangnya usia mereka. Maka Allah memberikan Rasulullah Lailatul Qadar yang lebih baik dari seribu bulan (HR Malik).


Hadits tersebut menjadi bukti bahwa ditetapkannya Lailatul Qadar setara dengan seribu bulan merupakan fasilitas secara khusus bagi umat Nabi Muhammad apabila ingin mendapatkan banyak pahala. Karena bagaimanapun, jika dibandingkan dengan usia umat sebelumnya, usia mereka jauh panjang dari umat Nabi Muhammad saw.


Syekh Syamsuddin al-Qurthubi menampilkan pendapat lebih banyak dari pendapat Imam al-‘Iraqi di atas. Dalam kitab al-Jami’ li Ahkamil Qur’an mengatakan, bahwa ulama berbeda pendapat di balik sebab penamaan Lailatul Qadar. 


Di antaranya, pertama, menurut Imam az-Zuhri karena agung dan mulianya malam tersebut. 


Kedua, karena nilai kebaikan yang dilakukan pada malam Lailatul Qadar mendapatkan nilai yang sangat berlipat ganda dibanding malam yang lain. 


Ketiga, menurut Syekh Abu Bakar, karena orang yang tidak mempunyai nilai mulia dan keutamaan, akan menjadi orang mulia dan utama di sisi Allah apabila beribadah pada malam tersebut. 


Keempat, karena pada malam itu merupakan malam diturunkannya kitab mulia, pada utusan mulia, dan umat yang mulia pula. 


Kelima, karena menjadi malam turunnya para malaikat yang mempunyai derajat dan kemuliaan. 


Keenam, karena merupakan malam dimana Allah menurunkan kebaikan, berkah, dan ampunan. 


Ketujuh, karena pada malam tersebut Allah memastikan rahmat bagi orang mukmin. 


Kedelapan, karena bumi menjadi sempit sebab dipenuhi oleh para malaikat yang mulia. 


Itulah sejumlah makna dibalik penamaan Lailaitul Qadar dilansir dari NU Online. Semoga kita dapat meraih malam kemuliaan tersebut.
 


Syiar Terbaru