• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Kamis, 18 April 2024

Syiar

6 Fardlunya Wudhu dalam Kitab Fathul Qarib

6 Fardlunya Wudhu dalam Kitab Fathul Qarib
foto orang berwudhu
foto orang berwudhu

Wudhu merupakan salah satu cara bersuci atau an-nazhafah selain mandi yang sudah disyariatkan oleh Islam. Secara bahasa, wudhu artinya bersih dan indah. Sedangkan menurut syarak, wudhu adalah membersihkan anggota badan untuk menghilangkan hadas kecil. 


Sedangkan bersuci sendiri mencakup pengertian bersih dari kotoran meski tergolong suci baik secara lahir seperti ingus dan riak maupun kotoran batin seperti dengki, hasad, dan kotoran batin lainnya. (Sayyid Bakri, I’anatut Thalibin, [Beirut, Darul Fikr: 2005 M/1425-1426 H], juz I, halaman 36).

 

Dalil yang menjelaskan tentang kewajiban wudhu sebelum shalat adalah firman Allah, surat Al Maidah ayat 6.

 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوٓا۟ إِذَا قُمْتُمْ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ فَٱغْسِلُوا۟ وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى ٱلْمَرَافِقِ وَٱمْسَحُوا۟ بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى ٱلْكَعْبَيْنِ ۚ وَإِن كُنتُمْ جُنُبًا فَٱطَّهَّرُوا۟ ۚ وَإِن كُنتُم مَّرْضَىٰٓ أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوْ جَآءَ أَحَدٌ مِّنكُم مِّنَ ٱلْغَآئِطِ أَوْ لَٰمَسْتُمُ ٱلنِّسَآءَ فَلَمْ تَجِدُوا۟ مَآءً فَتَيَمَّمُوا۟ صَعِيدًا طَيِّبًا فَٱمْسَحُوا۟ بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُم مِّنْهُ ۚ مَا يُرِيدُ ٱللَّهُ لِيَجْعَلَ عَلَيْكُم مِّنْ حَرَجٍ وَلَٰكِن يُرِيدُ لِيُطَهِّرَكُمْ وَلِيُتِمَّ نِعْمَتَهُۥ عَلَيْكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

 

Artinya:" Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur."


Dalam sebuah hadis, Rasulullah saw besabda bahwa tidak diterima sholat seseorang yang memiliki hadas sebelum dia berwudhu

 

لاَ يَقْبَلُ اللَّهُ صَلاَةَ أَحَدِكُمْ إِذَا أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ

Artinya: "Allah tidak menerima shalat salah seorang kamu bila berhadas sampai ia berwudhu." (HR Bukhari).


Wudhu adalah mengalirkan air dengan cara membasuh atau mengusap pada anggota tubuh tertentu dengan tujuan untuk menghilangkan hadas kecil sebagai salah satu syarat untuk sahnya shalat, membaca Al-Quran, dan ibadah lain yang mewajibkan suci dari hadas kecil. 

 

Berikut dalil mengenai syarat-syarat wudhu atau rukun-rukun wudhu. Sebagaimana dijelaskan dalam kitab Fathul Qarib Karya Syekh Ibnu Qosim Al Ghazi yang disyarahi dari kitab Al-Ghayah wa At-Taqrib karangan Syekh Al-Qadhi Abu Syuja, bahwa:


(فصل): في فروض الوضوء. وهو بضم الواو في الأشهر اسم للفعل، وهو المراد هنا وبفتح الواو اسم لما يتوضأ به، ويشتمل الأول على فروض وسنن، وذكر المصنف الفروض في قوله: (وفروض الوضوء ستة أشياء) 


أحدها (النية) وحقيقتها شرعاً قصد الشيء مقترناً بفعله، فإن تراخى عنه سمي عزماً وتكون النية (عند غسل) أول جزء من (الوجه) أي مقترنة بذلك الجزء لا بجميعه، ولا بما قبله ولا بما بعده، فينوي المتوضىء عند غسل ما ذكر رفع حدث من أحداثه، أو ينوي استباحة مفتقر، إلى وضوء، أو ينوي فرض الوضوء، أو الوضوء فقط، أو الطهارة عن الحدث، فإن لم يقل عن الحدث لم يصح، وإذا نوى ما يعتبر من هذه النيات وشرك معه نية تنظف أو تبرد صح وضوءه 

(و) الثاني (غسل) جميع (الوجه) وحدّه طولاً ما بين منابت شعر الرأس غالباً وآخر اللحيين، وهما العظمان اللذان ينبت عليهما الأسنان، السفلى يجتمع مقدمهما في الذقن، ومؤخرهما في الأذنين وحدّه عرضاً ما بين الأذنين. وإذا كان على الوجه شعر خفيف أو كثيف، وجب إيصال الماء إليه مع البشرة التي تحته، وأما لحية الرجل الكثيفة بأن لم ير المخاطب بشرتها من خلالها، فيكفي غسل ظاهرها بخلاف الخفيفة، وهي ما يرى المخاطب بشرتها، فيجب إيصال الماء لبشرتها، وبخلاف لحية امرأة وخنثى، فيجب إيصال الماء لبشرتهما ولو كثفاً، ولا بد مع غسل الوجه من غسل جزء من الرأس والرقبة وما تحت الذقن 

(و) الثالث (غسل اليدين إلى المرفقين) فإن لم يكن له مرفقان اعتبر قدرهما، ويجب غسل ما على اليدين من شعر (وسلعة، وأصبع زائدة وأظافير، ويجب إزالة ما تحتها من وسخ يمنع وصول الماء إليه) 

(و) الرابع (مسح بعض الرأس) من ذكر أو أنثى أو خنثى، أو مسح بعض شعر في حد الرأس. ولا تتعين اليد للمسح، بل يجوز بخرقة وغيرها، ولو غسل رأسه بدل مسحها جاز ولو وضع يده المبلولة، ولم يحركها جاز 

(و) الخامس (غسل الرجلين إلى الكعبين) إن لم يكن المتوضىء لابساً للخفين، فإن كان لابسهما وجب عليه مسح الخفين أو غسل الرجلين، ويجب غسل ما عليهما من شعر وسلعة وأصبع زائدة كما سبق في اليدين (و) السادس (الترتيب) في الوضوء (على ما) أي الوجه الذي (ذكرناه) في عد الفروض، فلو نسي الترتيب لم يكف، ولو غسل أربعة أعضاءه دفعة واحدة بإذنه ارتفع حدث وجهه فقط.

 

(pasal) menjelaskan fardlu-fardlunya wudhu

 

Lafadz “al wudhu” dengan terbaca dlammah huruf waunya, menurut pendapat yang paling masyhur adalah nama pekerjaannya. Dan dengan terbaca fathah huruf waunya “al wadhu’” adalah nama barang yang digunakan untuk melakukan wudhu.

 

Lafaz yang pertama (al wudhu) mencakup beberapa fardlu dan beberapa kesunnahan.

 

Mushannif menyebutkan fardlu-fardlunya wudhu ada enam perkara.

 

Pertama, niat wudhu

 

Pertama adalah niat. Hakikat niat secara syarak adalah menyengaja sesuatu bersamaan dengan melakukannya. Jika melakukannya lebih akhir dari pada kesengajaannya, maka disebut ‘azm.

 

Niat dilakukan saat membasuh awal bagian dari wajah. Maksudnya bersamaan dengan basuhan bagian tersebut, bukan sebelumnya dan bukan setelahnya. Sehingga, saat membasuh anggota tersebut, maka orang yang wudhu harus melakukan niat menghilangkan hadas dari hadas-hadas yang berada pada dirinya, atau niat agar diperkenankan melakukan sesuatu yang membutuhkan wudhu, atau niat fardlunya wudhu atau niat wudhu saja, atau niat bersuci dari hadas. Jika tidak menyebutkan kata “dari hadas” (hanya niat bersuci saja), maka wudhunya tidak sah.

 

Ketika dia sudah melakukan niat yang dianggap sah dari niat-niat di atas, dan menyertakan niat membersihkan badan atau niat menyegarkan badan, maka hukum wudhunya tetap sah.

 

Kedua, membasuh wajah

 

Fardlu kedua adalah membasuh seluruh wajah. Batasan panjang wajah adalah anggota di antara tempat-tempat yang umumnya tumbuh rambut kepala dan pangkalnya lahyaini (dua rahang). Lahyaini adalah dua tulang tempat tumbuhnya gigi bawah. Ujungnya bertemu di janggut dan pangkalnya berada di telinga. Dan batasan lebar wajah adalah anggota di antara kedua telinga.

 

Ketika di wajah terdapat bulu yang tipis atau lebat, maka wajib mengalirkan air pada bulu tersebut beserta kulit yang berada di baliknya atau di bawahnya.

 

Namun untuk jenggotnya laki-laki yang lebat, dengan gambaran orang yang diajak bicara tidak bisa melihat kulit yang berada di balik jenggot tersebut dari sela-selanya, maka cukup dengan membasuh bagian luarnya saja.

 

Berbeda dengan jenggot yang tipis, yaitu jenggot yang mana kulit yang berada di baliknya bisa terlihat oleh orang yang diajak bicara, maka wajib mengalirkan air hingga ke bagian kulit di baliknya.

 

Dan berbeda lagi dengan jenggotnya perempuan dan khunsa, maka wajib mengalirkan air ke bagian kulit yang berada di balik jenggot keduanya, walaupun jenggotnya lebat.

 

Di samping membasuh seluruh wajah, juga harus membasuh sebagian dari kepala, leher dan anggota di bawah janggut. 

 

Ketiga, membasuh kedua tangan

 

Fardlu yang ketiga adalah membasuh kedua tangan hingga kedua siku. Jika seseorang tidak memiliki kedua siku, maka yang dipertimbangkan adalah kira-kiranya. Kemudian wajib membasuh perkara-perkara yang berada di kedua tangan, yaitu bulu, uci-uci, jari tambahan dan kuku. Serta wajib menghilangkan perkara yang berada di bawah kuku, yaitu kotoran-kotoran yang bisa mencegah masuknya air.

 

Keempat, mengusap kepala

 

Fardlu yang ke empat adalah mengusap sebagian kepala, baik laki-laki atau perempuan, atau mengusap sebagian rambut yang masih berada di batas kepala.  Serta tidak harus menggunakan tangan untuk mengusap kepala, bahkan bisa dengan kain atau yang lainnya.

 

Seandainya dia membasuh kepala sebagai ganti dari mengusapnya, maka diperkenankan. Dan seandainya dia meletakkan (di atas kepala) tangannya yang telah di basahi dan tidak mengerakkannya, maka diperkenankan.

 

Kelima, membasuh kedua kaki

 

Fardlu yang ke lima adalah membasuh kedua kaki hingga kedua mata kaki, jika orang yang melaksanakan wudhu tersebut tidak mengenakan dua muzah. Jika dia mengenakan dua muzah, maka wajib bagi dia untuk mengusap kedua muzah atau membasuh kedua kaki.

 

Dan wajib membasuh perkara-perkara yang berada di kedua kaki, yaitu bulu, daging tambahan, dan jari tambahan sebagaimana keterangan yang telah dijelaskan di dalam permasalahan kedua tangan. 

 

Keenam, tertib.

 

Fardlu yang ke enam adalah tertib di dalam pelaksanaan wudhu sesuai dengan cara yang telah dijelaskan di dalam urutan fardlu-fardlunya wudhu. Sehingga, kalau lupa tidak tertib, maka wudhu yang dilaksanakan tidak mencukupi.

 

Seandainya ada empat orang yang membasuh seluruh anggota wudhunya seseorang sekaligus dengan seizinnya, maka yang hilang hanya hadas wajahnya saja.

 

(Yudi Prayoga, Santri Pondok Pesantren Al Hikmah, Kedaton, Bandar Lampung)
 


Syiar Terbaru