• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Kamis, 25 April 2024

Warta

Kakanwil Kemenag Lampung: Moderasi Tidak Hanya Milik Satu Agama

Kakanwil Kemenag Lampung: Moderasi Tidak Hanya Milik Satu Agama
Kepala Kantor Kementerian Agama Provinsi Lampung H Juanda Naim. (Foto: Kemenag Lampung)
Kepala Kantor Kementerian Agama Provinsi Lampung H Juanda Naim. (Foto: Kemenag Lampung)

Bandarlampung, NU Online Lampung
Kepala Kantor Kementerian Agama Provinsi Lampung H Juanda Naim menegaskan bahwa moderasi tidak hanya milik satu agama, namun moderasi beragama lekat pada setiap agama. Moderasi beragama harus dimaknai sebagai sikap beragama yang seimbang antara pengalaman agama sendiri dan penghormatan kepada praktik beragama orang lain yang berbeda keyakinan.

 

"Sikap seimbang ini akan menghindarkan sikap ekstrem berlebihan, fanatik dan sikap revolusioner dalam beragama," jelasnya pada Workshop Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat bertema Merawat Keberagaman dengan Moderasi Beragama di Hotel Emersia Bandarlampung, Rabu (29/9) malam.

 

Lebih lanjut ia mengatakan bahwa pesan moderasi beragama harus senantiasa dilandaskan pada ajaran luhur, yaitu Rahmatan Lil Alamin. Penguatan moderasi beragama tidak boleh dipahami sebagai upaya untuk memudah-mudahkan ajaran agama atau mengecilkan peran agama dalam kehidupan.

 

Justru lanjutnya, moderasi beragama harus dimaknai sebagai upaya bersama untuk memiliki sikap keberagamaan melalui sikap hormat terhadap paham yang tidak sama, menebarkan kedamaian dan kasih sayang.

 

 


Ia menyebut bahwa sejatinya, paham anarkisme dalam beragama tidak berhubungan dengan agama. Tidak pernah ada agama yang mengajarkan anarkis, apa lagi agama Islam yang sangat menjunjung dan mengedepankan kemaslahatan.


Cara pandang dan sikap moderat dalam beragama ini juga sangat penting bagi masyarakat plural dan multikultural seperti Indonesia. Karena hanya dengan cara itulah keragaman dapat disikapi dengan bijak, serta toleransi dan keadilan dapat terwujud.


“Kemajemukan ini merupakan sunnatullah yang tidak bisa kita hindari. Karena perbedaan itu Allah SWT Tuhan yang Maha Esa yang menciptakan. Potensi kemajemukan, pluralitas perbedaan ini, jika dikelola secara baik, maka akan menjadi sumber kekuatan dan sangat berharga,” jelasnya.


Namun sebaliknya, ia mengingatkan, jika disikapi secara tidak proporsional dan bahkan terus menonjolkan aspek perbedaan yang kemudian diikuti oleh sikap ego sektoral, maka akan berpotensi menimbulkan disharmoni kehidupan beragama dan disintegrasi umat dan bangsa. (Muhammad Faizin)

 

 


Warta Terbaru