• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Jumat, 3 Mei 2024

Syiar

5 Ukuran Seseorang Disebut Mampu Menunaikan Ibadah Haji

5 Ukuran Seseorang Disebut Mampu Menunaikan Ibadah Haji
Ibadah haji bisa dilakukan bisa memenuhi syarat mampu (Foto: NU Online)
Ibadah haji bisa dilakukan bisa memenuhi syarat mampu (Foto: NU Online)

Berbeda dengan rukun Islam lainnya, melaksanakan ibadah haji disebutkan wajib bagi yang mampu. Timbul pertanyaan, apa ukuran mampu atau tidak mampu dalam melaksanakan ibadah tersebut?

 

Masalah mampu atau  kemampuan melaksanakannya merupakan salah satu syarat wajib haji. Karena itu yang tidak termasuk kategori mampu, tidak wajib melaksanakan haji.

 

Hal tersebut sebagaimana firman Allah:  

وَلِلهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا

 

Artinya: Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah (QS Ali Imran 97).


Para ulama membagi kategori mampu dan tidak mampu dalam melaksanakan ibadah haji berdasarkan dua kategori. Pertama, mampu melaksanakan haji dengan dirinya sendiri. Kedua, mampu melaksanakan haji dengan digantikan orang lain.

 
Seseorang bisa disebut mampu melaksanakan ibadah haji dengan dirinya sendiri apabila memenuhi lima syarat sebagai berikut.


1. Kesehatan jasmani.


Ibadah haji adalah ibadah yang membutuhkan tenaga ekstra, sehingga kondisi tubuh harus benar-benar sehat dan memungkinkan untuk melaksanakan rangkaian ibadah haji.Orang yang lumpuh, tua renta atau memiliki penyakit permanen yang membuatnya tidak memungkinkan menjalani aktivitas manasik dan menempuh perjalanan jauh. Bila ia memiliki dana yang cukup untuk menyewa orang lain agar menggantikan hajinya, maka wajib dilakukan.
 

Syekh Sa’id bin Muhammad Ba’asyin berkata:

 
ـ (الخامس) وهو في الحقيقة السادس (أن يبيت على الراحلة بلا مشقة شديدة) وإلا لم يجب عليه بنفسه بل هو معضوب وسيأتي


Artinya: Syarat wajib kelima  adalah orang yang berhaji dapat menetap di kendaraan dengan tanpa kepayahan yang sangat, andai tidak seperti itu maka tidak wajib untuk melaksanakan haji dengan dirinya sendiri.Akan tetapi ia adalah orang lumpuh dan akan ada penjelasannya nanti (Al-Syekh Sa’id bin Muhammad Ba’asyan, Busyra al-Karim, juz 2, halaman 88).

 

2. Sarana transportasi yang memadai.


Orang yang bertempat tinggal jauh dari tanah suci dengan jarak 2 marhalah (+81 km) atau lebih, maka kewajiban haji baginya disyaratkan adanya sarana transportasi yang layak untuk bisa digunakan pergi haji, baik dengan menyewa atau memilikinya sendiri. Ketentuan ini juga berlaku bagi orang yang rumahnya dekat dengan tanah suci, namun tidak mampu menempuh perjalanan menuju tanah haram dengan berjalan kaki. Dalam konteks jamaah haji Indonesia, syarat kedua ini bisa diartikan memiliki biaya sewa pesawat dan alat transportasi yang dibutuhkan selama menjalani manasik.


Syekh Zainuddin Abdul Aziz Al-Malibari  berkata:


والراحلة أو ثمنها إن كان بينه وبين مكة مرحلتان أو دونهما وضعف عن المشي


Artinya: Dan adanya kendaraan atau ongkosnya ketika jarak antara ia dan Makkah 2 marhalah atau dibawah 2 marhalah tetapi ia tidak mampu untuk berjalan (Syekh Zainuddin Abdul Aziz Al-Malibari, Fathul Muin Hamisy Hasyiyah I’anah al-Thalibin, Al-Hidayah, juz 2, halaman
 282).


Sarana transportasi yang dimaksud ini disyaratkan melebihi kebutuhan sandang pangan, bagi dirinya dan keluarga yang wajib ditanggung nafkahnya, terhitung sejak keberangkatan sampai pulang menunaikan ibadah haji. Demikian pula disyaratkan melebihi dari utangnya serta harta yang wajib ditunaikan untuk membantu fakir miskin yang mengalami darurat sandang pangan. Dalam fiqih, membantu mereka hukumnya fardhu kifayah (wajib kolektif).

 

Syekh Sayyid Abu Bakr bin Sayyid Muhammad Syatha Al-Dimyati mengatakan:

والمراد بمن يجب نفقته الزوجة والقريب والمملوك المحتاج لخدمته وأهل الضرورات من المسلمين ولو من غير أقاربه لما ذكروه في السير من أن دفع ضرورات المسلمين بإطعام جائع وكسوة عار ونحوهما فرض على من ملك أكثر من كفاية سنة وقد أهمل هذا غالب الناس حتى من ينتسب إلى الصلاح

 

Artinya: Yang dikehendaki dari orang yang wajib dinafkahi adalah istri, kerabat, budak yang dimilikinya yang dibutuhkan untuk melayaninya, dan orang-orang Islam yang sangat membutuhkan walaupun bukan kerabatnya karena alasan yang disebutkan dalam bab Al-Sair (jihad) bahwa membantu orang-orang Islam yang sangat membutuhkan dengan cara memberi makan orang yang kelaparan, memberi pakaian orang-orang yang telanjang (tidak punya pakaian) dan selainnya merupakan kewajiban bagi orang yang memiliki lebih dari kecukupan satu tahun. Mayoritas orang acuh terhadap hal ini, bahkan orang yang disebut-sebut saleh sekalipun.” (Syekh Sayyid Abu Bakr bin Sayyid Muhammad Syatha Ad-Dimyati, I’anah At-Tholibin, al-Hidayah, juz 2, halaman 282).

 
Ketentuan di atas berdasarkan sabda Nabi Muhammad saw ketika beliau menjelaskan ayat “Man Istatha’a Ilaihi Sabila”. Disebutkan dalam sebuah riwayat beliau bersabda:


عن أنس بن مالك رضي الله عنه قال قيل يا رسول الله ما السبيل؟ أي في هذه الآية ؟ قال صلى الله عليه وسلم  الزاد والراحلة. رواه الحاكم وقال صحيح على شرط الشيخين.


Artinya: Diriwayatkan dari Anas bin Malik R.A beliau berkata : “Ditanyakan kepada Nabi Muhammad saw, wahai Rasulullah apa makna Al-Sabil dalam ayat ini ?. Beliau menjawab: bekal dan kendaraan (HR Al-Hakim, hadits shahih yang memenuhi standar kualifikasi versi al-Bukhari dan Muslim).


3. Aman


Aman yang dimaksud adalah terjaminnya keselamatan nyawa, harta dan harga diri seseorang, selama perjalanan dan pelaksanaan ibadah haji, sehingga andai saja terjadi beberapa hal yang dikhawatirkan mengancam keamanan seperti peperangan, perampokan atau cuaca buruk yang menghambat perjalanan menuju tanah suci, maka tidak wajib melaksanakan haji.


Saat ini terjaminnya keamanan calon jamaah haji sudah sangat baik dengan pengawasan maksimal oleh pihak-pihak yang bertugas. Demikian pula dengan proses perjalanan menuju Makkah-Madinah, sudah sedemikian canggih dengan servis pelayanan yang menjamin keselamatan jamaah haji. Maka hampir dipastikan tidak ada kendala yang signifikan untuk masalah ini.

 

Syekh Zainuddin Al-Malibari berkata:

 

ويشترط أيضا الوجوب أمن الطريق على النفس والمال ولو من رصدى وإن قلّ ما يأخذه وغلبة السلامة لراكب البحر فإن غلب الهلاك لهيجان الأمواج في بعض الأحوال أو استويا لم يجب بل يحرم الركوب فيه له ولغيره.

 

Artinya: Dan disyaratkan bagi wajibnya haji, amannya jalan bagi diri sendiri dan harta walaupun dari perampok, walaupun hanya sedikit yang diambil.Serta dugaan kuat keselamatan bagi orang yang menaiki perahu, maka bila kemungkinan besar terjadi kematian karena dahsyatnya ombak di sebagian keadaan atau prosentasenya sama, maka tidak wajib, bahkan haram melaksanakan perjalanan jalur laut bagi dirinya dan orang lain (Syekh Zainuddin Abdul Aziz Al-Malibari, Fathul Muin Hamisy Hasyiyah Ianah at-Thalibin, juz 2, halaman 282 Al-Hidayah)

 

4. Perginya perempuan dengan suami, mahram, atau beberapa perempuan yang dapat dipercaya.

 

Dalam ibadah haji, syari’at memberikan perhatian khusus bagi jamaah haji wanita. Perempuan yang akan melaksanakan haji disyaratkan harus didampingi suami, mahram atau sekelompok wanita yang bisa dipercaya, hal ini tidak lain karena adanya larangan bagi wanita menempuh perjalanan dengan sendirian (terlebih perjalanan jauh seperti haji), sehingga sangat mengkhawatirkan keselamatan nyawa, harga diri dan hartanya.

 
Maka bila tidak ada suami, mahram atau beberapa perempuan yang bisa dipercaya yang menemaninya, seorang wanita tidak wajib haji.

 

Syekh Abu Zakariya Yahya bin Syaraf Al-Nawawi berkata:

وفي المرأة أن يخرج معها زوج أو محرم أو نسوة ثقات

 

Artinya: Dan bagi perempuan dia harus keluar bersamaan dengan suami, mahram atau beberapa perempuan yang dapat dipercaya.


5. Rentang waktu yang memungkinkan untuk menempuh perjalanan haji

 

Waktu haji yang terbatas membuat pelaksanaannya tidak seleluasa ibadah umrah. Sehingga, dalam syarat wajib haji, harus ada waktu yang memungkinkan untuk menempuh perjalanan dari tanah air menuju Makkah. 

 

Syekh Muhammad Nawawi bin Umar bin Ali Al-Jawi berkata:

سابعها  وجود الزمن الذي يسع السيرالمعهود للنسك من بلده إلى مكة

 

Artinya: Syarat wajib ke-7 adalah adanya waktu yang mencukupi untuk perjalanan haji dari negaranya ke Makkah (Syekh Abu Abdil Mu’thi Muhammad Nawawi bin Umar bin Ali Al-Jawi, Nihayah Al-Zain, Al-Haramain, halaman 202).

 

Itulah lima ukuran yang disebut mampu bagi seorang muslim dalam melaksanakan ibadah haji sebagaimana dilansir dari NU Online. Semoga bisa menjadi tolok ukur bagi seseorang yang akan melaksananakan ibadah haji di tanah suci tersebut.


Editor:

Syiar Terbaru