• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Sabtu, 4 Mei 2024

Khutbah

Khutbah Jumat: Agama Islam Melarang Sikap Kekerasan

Khutbah Jumat: Agama Islam Melarang Sikap Kekerasan
Khutbah Jumat: Agama Islam Melarang Sikap Kekerasan foto: NU Online Lampung
Khutbah Jumat: Agama Islam Melarang Sikap Kekerasan foto: NU Online Lampung

Agama Islam tidak pernah mengajarkan kekerasan. Secara subtansi Islam mengajarkan kasih sayang, keramahan dan perdamaian, baik kepada sesama Muslim maupun non-Muslim. 

 

Teks khutbah kali ini dengan judul, “Khutbah Jumat: Agama Islam Melarang Sikap Kekerasan", mengajak kepada para jamaah untuk mengenal kembali ajaran Islam yang penuh dengan kasih sayang, dan melarang berbagai perbuatan kekerasan dengan bentuk dan motif apa pun.

 

Khutbah I

 

   الْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، وَبِهِ نَسْتَعِيْنُ عَلَى أُمُوْرِ الدُّنْيَا وَالدِّيْنِ، وَالصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلَى أَشْرَفِ اْلأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ، نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنِ، أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا الله وَحْدَه لَاشَرِيْكَ لَهُ الْمَلِكُ الْحَقُّ اْلمُبِيْن. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَـمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ صادِقُ الْوَعْدِ اْلأَمِيْن. أَمَّا بَعْدُ فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ. اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. فَقَالَ اللهُ تَعَالَى : كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ  

 

Segala puji milik Allah, Dzat yang menganugerahkan kesehatan, kedamaian, kerukunan dan ketentraman kepada kita semua, khususnya umat Muslim. Lebih khusus lagi Muslim di Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan segala kemajemukan masyarakatnya. Sehingga kita bisa hadir berjumpa dengan saudara se-Muslim di masjid yang selalu diberikan rahman dan rahimnya. Jika dibandingkan dengan umat Islam di belahan dunia lain, yang mungkin sekarang masih ada yang perang, umat Islam di Indonesia relatif lebih damai, tentram dan melakukan ibadah dengan tenang.

 

Shalawat beserta salam, tidak lupa kita haturkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw. Nabi pembawa kedamaian dan kasih sayang kepada seluruh umat manusia. Nabi yang membangun peradaban Islam Madinah yang penuh toleransi dan persaudaraan, sehingga Islam bisa berdampingan dengan agama apapun, suku, dan ras manapun. Semoga kita selalu diberikan syafaatnya di dunia hingga akhirat.

 

Pada kesempatan yang mulia ini, marilah kita semua untuk meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah swt, yakni menjalankan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Sesungguhnya dengan takwa lah manusia selalu berada di sisi Allah swt, karena seluruh umat manusia berlaku sama di depan Tuhan, yang membedakan hanyalah takwanya.

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah, 

 

Kehidupan yang damai, tentram dan terbebas dari peperangan merupakan sebuah cita-cita bagi seluruh umat manusia. Kita sebagai umat Muslim diperintahkan untuk menjadi hamba yang baik, penolong, penyebar kedamaian kepada orang lain. Rasulullah saw mencontohkan jika bertemu dengan seseorang, baik yang dikenal maupun tidak dengan mengucapkan salam. Sebagaimana telah disebutkan di dalam hadits Nabi yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Tirmidzi:

 

    يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَفْشُو السَّلاَمَ وَأَطْعِمُوا الطَّعَامَ وَصَلُّوْا وَالنَّاسُ نِيَامٌ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ بِسَلاَمٍ    

 

Artinya: Wahai manusia, tebarkanlah (salam) perdamaian, berilah makan orang lain, dan shalatlah di saat orang-orang sedang tidur, niscaya kalian akan masuk surga dengan damai (HR Ahmad dan Tirmidzi).

 

Dengan menebar salam dan keselamatan, berarti kita mengajak untuk selalu berdamai dan dengan berdamailah kita bisa saling tolong menolong dan membangun peradaban. Karena sesungguhnya secara subtansial semua agama menginginkan perdamaian, kerukunan dan sangat mengkritik kekerasan, lebih-lebih perang atas nama agama. Dan jika kedamaian tidak tercipta, maka keduanya tidak akan pernah ada interaksi yang baik, saling memusuhi, saling membenci dan saling menjauh. Berkaitan dengan ini, Allah swt berfirman dalam Al-Qur’an surat Ali Imran ayat 159:

 

فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظّاً غَلِيظَ الْقَلْبِ لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ

 

Artinya: Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentu mereka menjauhkan diri dari sekitarmu (QS Ali Imran [3]: 159).


Imam As-Safarini dalam kitab Ghida’ Albab mengisahkan Imam Ahmad yang pernah ditanya tentang akhlak yang baik. Lantas ia menjawab: “Akhlak yang baik yaitu tak mudah marah dan dengki kepada orang lain.

 

Agama Islam, secara doktrinal merupakan agama non-kekerasan, sebagaimana yang dicontohkan Rasulullah saw ketika membukan kota Makkah (fathul Makkah). Beliau menginginkan umat Muslim memasuki kota Makkah dengan tanpa kekerasan. Rasul juga mengajarkan untuk selalu melakukan perjanjian-perjanjian yang meminimalisir bentrokan. Andaikata terjadi peperangan, maka itu merupakan sinyal dari musuh, bukan Islam yang memulai dahulu.

 

Meski mengharuskan terjadi peperangan, karena tidak bisa dirundingkan melalui perjanjian dan perdamaian, Islam tetap mengajarkan untuk berperang dengan penuh tata krama dan elegan, seperti ketika perang dilarang menebang pohon, merobohkan rumah warga, menghancurkan rumah ibadah, membunuh hewan ternak, membunuh warga sipil, anak-anak, orang tua, pelajar, dan yang diperangi hanya tentaranya saja. Sehingga perangpun tetap membawa kemaslahatan bagi rakyat. Hal ini seperti yang dicontohkan oleh Sayyidina Umar ra ketika menaklukan Yerusalem (Baitul Maqdis), dengan tetap memberikan kebebasan bagi umat non-Muslim untuk beribadah dan berinteraksi sosial.


 
Akan tetapi, perjalanan panjang manusia, menjadikan manusia lupa dengan subtansi dari suatu ajaran agama, sehingga mereka tidak bisa meniru Nabinya dan tidak bisa menafsirkan ajaran agama yang penuh kasih sayang. Sehingga ketika kita membaca buku sejarah, kita akan menjumpai ada saja beberapa kasus perang atas nama agama, seperti perang salib, dan kolonialisme barat atas dunia Muslim abad 18 dan 19 dengan semboyan Gospel-nya yang tidak terlepas dari kekerasan juga. Agama tidak pernah salah, namun pemeluknyalah yang kadang penuh ambisi mengatasnamakan agama untuk kepentinganya.

 

Ma’asyiral Muslimin rahimakumullah,

 

Dengan munculnya kelompok yang menggaungkan ukhuwah insaniyah (persaudaraan sesama manusia) sesungguhnya bisa menjadi faktor penyeimbang terhadap doktrin kekerasan atas nama perbedaan. Dan sebenarnya dalam setiap agama terdapat individu-individu yang memiliki komitmen membangun kebersamaan dan perdamaian. Ini merupakan gerakan baik yang ingin selalu menampilkan ajaran agama yang sesuai dengan ajaran Rasulullah saw.

 

Kekerasan atas nama agama, baik umat Islam maupun non-Muslim sesungguhnya bisa diminimalisir ketika memiliki komitmen untuk mempelajari ilmu agama yang lebih mendalam. Mempelajari bagaimana perbedaan selalu ada di setiap zaman, seperti perbedaan sesama sahabat, tabiin dan ulama-ulama salaf lainnya. Pendapat Imam Syafii berbeda dengan pendapat muridnya Imam Ahmad bin Hanbal. Imam Syafii juga memiliki pendapat yang berbeda dengan gurunya Imam Malik. Hal ini sangat wajar, dan tidak sampai menjadikan keduanya bermusuhan, apa lagi sampai menimbulkan kekerasan.  

 

Hadirin Rahimakumullah

 

Untuk mencegah kekerasan, salah satunya yakni dengan berkata yang baik kepada siapapun, karena ucapan yang buruk bisa menjadi kekerasan verbal. Juga banyak kasus kekerasan fisik salah satunya berasal dari lisan (mulut). Ada istilah mulutmu harimaumu. Ucapan juga menjadi doa bagi yang berucap. Jika dikatakan baik maka menjadi baik, dan jika dikatakan buruk maka menjadi buruk. Rasulullah saw bersabda bahwa “Salamatul Insan fi hifdzil lisan”, yang artinya selamatnya diri ketika menjaga lisannya. Hal tersebut termaktub di dalam Al-Qur’an surat An-nisa ayat 148 yang berbunyi:

 

لَا يُحِبُّ اللّٰهُ الۡجَــهۡرَ بِالسُّوۡٓءِ مِنَ الۡقَوۡلِ اِلَّا مَنۡ ظُلِمَ‌ؕ وَكَانَ اللّٰهُ سَمِيۡعًا عَلِيۡماً

 

Artinya: Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui (An-Nisa: 148).


Hal serupa juga yang disabdakan oleh Nabi saw di dalam haditsnya yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari:

 

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو – رضى الله عنهما – عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ الْمُسْلِمُ مَنْ سَلَمَ الْمُسْلِمُونَ مِنْ لِسَانِهِ وَيَدِهِ وَالْمُهَاجِرُ مِنْ هَجَرَ مَا نَهَى اللَّهُ عَنْهُ. رواه البخاري

 

Artinya: Diriwayatkan dari Abdullah bin Amr berkata: Nabi bersabda: “Seorang Muslim yang baik adalah orang Muslim yang lainnya selamat, terhindar dari kejahatan lisan dan tangannya. Orang yang hijrah yaitu orang yang menjauhi segala larangan-larangan Allah (HR Bukhari).

 

Imam al-Munawi dalam kitab Faidhul Qadir mengupas penjelasan hadis tersebut bahwa menyakiti seorang muslim sangat terlarang bahkan akan menjatuhkan harga diri Islam tersendiri.


Hadirin rahimakumullah


Oleh karena itu, bahwa orang yang suka menteror atau bahkan sampai melakukan kekerasan kepada orang lain merupakan perbuatan yang bertentangan dengan ajaran Nabi Muhammad saw, karena ajaran beliau sangat menghargai hak-hak kemanusiaan. Maka dari itu, marilah kita semua berintropeksi diri, jangan sampai merasa paling benar, paling mulia dari orang lain, karena itu merupakan perbuatan Setan. 

 

Demikianlah khutbah yang singkat ini, semoga kita semua menjadi hamba yang membawa banyak kemanfaatan bagi orang lain.  Amin Ya Rabbal Alamin.

 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ
 

Khutbah II

 


اَلْحَمْدُ  لِلَّهِ حَمْدًا  كَثِيْرًا  كَمَا  أَمَرْ.  أَشْهَدُ  أَنْ  لاَ  إِلَهَ  إِلاَّ  اللهُ  وَحْدَهُ  لاَ  شَرِيْكَ  لَهُ إِرْغَاماً  لِمَنْ  جَحَدَ  بِهِ  وَكَفَرْ.  وَأَشْهَدُ  أَنَّ  سَيِّدَنَا  مُحَمَّداً  عَبْدُهُ  وَرَسُوْلُهُ  سَيِّدُ  الخَلاَئِقِ  وَالْبَشَرْ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ إِلَى يَوْمِ الْمَحْشَرِ.
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا اَمَّا بَعْدُ
 فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ فِيْمَا اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
 اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى بَكْرٍوَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
 اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
عِبَادَاللهِ اِنَّ اللهَ يَأْمُرُكم بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوااللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرْ


Ustadz Yudi Prayoga, M Ag, Sekretaris MWCNU Kedaton Bandar Lampung 
 


Khutbah Terbaru