Opini

Ternyata Dua Sifat Ini Bikin Allah Cinta Padamu! Kamu Punya?

Selasa, 22 Juli 2025 | 11:51 WIB

Ternyata Dua Sifat Ini Bikin Allah Cinta Padamu! Kamu Punya?

Ketua PWNU Lampung, H Puji Raharjo. (Foto: Istimewa)

Dalam hidup ini, setiap insan beriman tentu mendambakan satu hal yang paling mulia, dicintai oleh Allah swt. Kita berusaha memperbanyak ibadah, bersedekah, membaca Al-Qur’an, bahkan menempuh perjalanan jauh demi beribadah kepada-Nya. 

 

Namun, tahukah kita bahwa ada dua sifat sederhana yang jika dimiliki, membuat kita menjadi hamba yang sangat dicintai oleh-Nya. Sebuah hadits indah dari Rasulullah saw menjadi petunjuk besar bagi kita. Dalam sebuah pertemuan dengan seorang tokoh dari kabilah Abdul Qais, Rasulullah bersabda:

 

قَالَ لَهُ النَّبِيُّ ﷺ: إِنَّ فِيكَ خَصْلَتَيْنِ يُحِبُّهُمَا اللهُ: الْحِلْمُ وَالْأَنَاةُ

 

Artinya: Sesungguhnya dalam dirimu terdapat dua sifat yang dicintai oleh Allah, yaitu sabar dan tidak tergesa-gesa (HR Muslim No 26).

 

Ucapan ini ditujukan kepada Asyaj Abdul Qais, seorang sahabat yang dikenal penuh pertimbangan dan ketenangan. Ia tidak langsung bergegas ke hadapan Rasulullah saat datang ke Madinah, melainkan menenangkan untanya terlebih dahulu, mandi, dan mengenakan pakaian terbaik sebelum menemui Nabi. 

 

Rasulullah pun mengapresiasi sifat tersebut sebagai bagian dari karakter yang disukai Allah. Sabar bukanlah kelemahan. Justru ia adalah kekuatan paling dahsyat yang dimiliki oleh orang-orang beriman. 

 

Sabar dalam menahan amarah, sabar dalam ketaatan, sabar dalam menjauhi dosa, dan sabar saat tertimpa ujian — semuanya adalah bentuk keteguhan jiwa. Al-Qur’an menegaskan:

 

َلَوْ يُعَجِّلُ ٱللَّهُ لِلنَّاسِ ٱلشَّرَّ ٱسْتِعْجَالَهُم بِٱلْخَيْرِ لَقُضِيَ إِلَيْهِمْ أَجَلُهُمْ ۖ فَنَذَرُ ٱلَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَآءَنَا فِي طُغْيَٰنِهِمْ يَعْمَهُونَ

 

Artinya: Dan kalau sekiranya Allah menyegerakan keburukan bagi manusia sebagaimana mereka menyegerakan kebaikan, pasti telah diputuskan ajal mereka. Maka Kami biarkan orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami dalam kesesatan mereka, mereka bingung.

 

Ayat ini menggambarkan kesabaran Allah dalam menghadapi manusia yang sering tergesa-gesa meminta sesuatu, bahkan yang buruk. Betapa Maha Lembut-Nya Allah — Dia menunda azab meski manusia memancingnya dengan dosa. Maka, bukankah kita yang hanya makhluk wajib meneladani kesabaran-Nya?

 

Kebalikannya dari sabar adalah ‘ujlah, atau tergesa-gesa. Sifat ini dalam banyak hadis disebut sebagai bagian dari sifat setan. Dalam sebuah hadis dari Anas Bin Malik:

 

عن أنس بن مالكٍ رضي الله عنه، عن النّبيّ صلّى الله عليه وسلّم قال: التَّأَنِّيُ مِنَ اللهِ، وَالْعَجَلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ.” رواه أبو يعلى في مسنده

 

Artinya: Dari Anas bin Malik ra, dari Nabi saw, beliau bersabda: Sikap tenang (tidak tergesa-gesa) berasal dari Allah, sedangkan tergesa-gesa berasal dari setan (HR Abū Ya‘lā)

 

Zaman sekarang adalah era instan. Kita ingin hasil cepat, jawaban cepat, sukses cepat, bahkan cinta cepat. Padahal, tidak semua hal bisa diselesaikan dengan buru-buru. Menikah, bekerja, belajar, memutuskan sesuatu — semua perlu kehati-hatian, bukan dorongan sesaat.

 

Tidak tergesa-gesa adalah ciri orang berakal. Ia berpikir jernih, mempertimbangkan dampak, dan mendahulukan akhirat daripada nafsu sesaat. Itulah sebabnya, Allah mencintai orang-orang yang tenang dan tidak tergesa-gesa — karena ia menyerahkan keputusan akhir kepada-Nya.

 

Di tengah dunia digital, kita makin jarang melihat kesabaran. Komentar-komentar pedas di media sosial, keputusan impulsif, kecanduan informasi instan — semua menunjukkan betapa ‘ujlah telah merajalela. Orang-orang sabar dicap lamban. Mereka yang tenang dianggap tidak responsif. Padahal, bisa jadi merekalah yang sedang dicintai oleh Allah.

 

Untuk membangun dua sifat mulia yang dicintai Allah—sabar dan tidak tergesa-gesa—kita perlu melatih diri secara sadar dalam keseharian. Mulailah dengan membiasakan diri untuk tidak langsung bereaksi; diam sejenak sebelum menjawab bisa menjadi langkah kecil menuju ketenangan. 

 

Saat emosi memuncak, tahanlah jari-jemari dari memposting di media sosial, karena kata-kata yang lahir dari kemarahan sering kali berujung penyesalan.

 

Jadwalkan waktu khusus untuk tafakur dan menyendiri agar jiwa lebih tenang dan reflektif. Biasakan pula salat istikharah sebelum mengambil keputusan besar, sebagai bentuk kesadaran bahwa tidak semua harus diputuskan dengan cepat. 

 

Terakhir, pilihlah lingkungan pertemanan yang positif: berkawanlah dengan orang-orang yang tenang, bijak, dan tidak reaktif, karena karakter itu menular, dan ketenangan mereka bisa menjadi cermin serta pelindung dari sikap terburu-buru yang merusak.

 

Allah tidak hanya melihat berapa banyak rakaat shalat kita, seberapa panjang doa kita, atau berapa kali kita ke masjid. Dia melihat karakter kita, hati kita, dan sikap kita dalam menghadapi kehidupan. Rasulullah saw mengungkapkan bahwa dua sifat ini — sabar dan tidak tergesa-gesa — lebih dari cukup untuk menarik cinta Allah.

 

Maka mari kita bertanya jujur kepada diri sendiri: apakah aku tergolong orang yang sabar, atau justru mudah meledak saat marah, cepat menyalahkan orang lain, dan gampang menyerah ketika diuji? Apakah aku termasuk pribadi yang tenang dan tidak tergesa-gesa, atau sebaliknya, hidupku terus dikejar-kejar oleh ambisi dunia dan desakan ego yang tak pernah puas? 

 

Pertanyaan-pertanyaan ini bukan sekadar refleksi, tetapi penentu arah hidup—apakah kita sedang berjalan menuju cinta Allah, atau malah menjauh dari rahmat-Nya tanpa sadar.Jadilah pribadi yang sabar, jadilah orang yang tenang. Karena di situlah letak cinta Allah bersemayam.

 

H Puji Raharjo Soekarno, Ketua PWNU Lampung/ Deputi bidang Koordinasi Pelayanan Haji Dalam Negeri BP Haji