Keislaman

Peran Pemuda bagi Kemajuan Agama, Bangsa dan Negara

Senin, 15 Juli 2024 | 11:17 WIB

Peran Pemuda bagi Kemajuan Agama, Bangsa dan Negara

Ilustrasi pemuda (Foto: NU Online)

Setiap tanggal 15 Juli diperingati sebagai Hari Keterampilan Pemuda Sedunia. Peringatan ini pertama kali ditetapkan oleh PBB pada tahun 2014. Inti tujuan hari ini yakni untuk memberikan pengetahuan mengenai keterampilan yang diperlukan oleh generasi muda untuk masa depan.


Masa depan suatu bangsa, negara dan dunia, tidak akan pernah lepas dari peran para pemuda. Karena pemuda memiliki kelebihan dibanding anak kecil dan orang yang sudah lanjut usia. Bisa karena ketahanan tubuh, daya pikir, kestabilan mental dan sebagainya. 


Presiden pertama Republik Indonesia, Ir Sukarno, atau akrab disapa Bung Karno, pernah mengungkapkan kehebatan pemuda dengan perkataanya yang fenomenal yaitu Beri Aku 10 pemuda, niscaya akan ku guncangkan dunia. 


Ini merupakan ungkapan yang memiliki pesan mendalam betapa pentingnya peran pemuda bagi kemajuan bangsa. Karena usia muda merupakan fase pertumbuhan ketahanan mental dan fisik manusia.  


Tokoh-tokoh pejuang bangsa seperti Sukarno, Mohammad Hatta, Cut Nyak Dien, Tuanku Imam Bonjol, Jenderal Sudirman, Pangeran Diponegoro, Sultan Hasanuddin, Ki Hajar Dewantara, RA Kartini, dan lainnya merupakan sosok-sosok pemuda yang gigih memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.    


Posisi pemuda dalam Islam sendiri sangat penting. Dilansir dari NU Online, kata pemuda dalam Al-Qur’an disebutkan sebagai sosok yang memiliki mental tangguh berani melawan kebatilan, seperti Ashabul Kahfi yang dikisahkan menolak ajakan Raja Dikyanus untuk menyembah berhala. 


Kisah 7 pemuda yang bersembunyi di dalam gua selama 309 tahun ini disebutkan dalam Al-Qur’an dengan kata ‘fityah’ (para pemuda), sebagai berikut:   


نَّحۡنُ نَقُصُّ عَلَيۡكَ نَبَأَهُم بِٱلۡحَقِّۚ إِنَّهُمۡ فِتۡيَةٌ ءَامَنُواْ بِرَبِّهِمۡ وَزِدۡنَٰهُمۡ هُدٗى   


Artinya: Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita ini dengan benar. Sesungguhnya mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambah pula untuk mereka petunjuk (QS Al-Kahfi [18]: 13).  


Berangkat dari ayat ini, Imam Ibnu Kastir dalam tafsirnya menegaskan pemuda selalu menjadi garda depan dalam memperjuangkan kebenaran dan melawan kebatilan. Terbukti, selain tujuh pemuda Ashabul Kahfi, para sahabat pada masa perjuangan dakwah Rasulullah juga didominasi oleh para pemuda. Sebaliknya, para penentang ajaran Nabi Muhammad justru didominasi kalangan tua suku Quraisy (Ibnu Katsir, Tafsir Al-Qur’anil ‘Adzim, [2000], juz IX, halaman 109).  


Selain menyinggung kisah Ashabul Kahfi sebagai pemuda tangguh, ayat Al-Qur’an juga banyak mengisahkan sosok-sosok pemuda lain yang memperjuangkan kebenaran pada masanya seperti Nabi Isa, Nabi Ibrahim, Nabi Musa, dan nabi-nabi lainnya.  


Dalam ayat lain, Allah swt juga menyinggung masa muda sebagai fase kondisi fisik yang kuat, berbeda dengan fase pertumbuhan sebelumnya yaitu masa kanak-kanak atau masa setelahnya yaitu masa tua. Dalam Al-Qur’an dijelaskan:


ٱللَّهُ ٱلَّذِي خَلَقَكُم مِّن ضَعۡفٖ ثُمَّ جَعَلَ مِنۢ بَعۡدِ ضَعۡفٖ قُوَّةٗ ثُمَّ جَعَلَ مِنۢ بَعۡدِ قُوَّةٖ ضَعۡفٗا وَشَيۡبَةٗۚ يَخۡلُقُ مَا يَشَآءُۚ وَهُوَ ٱلۡعَلِيمُ ٱلۡقَدِيرُ   


Artinya: Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa (QS Ar-Rum [30]: 54).


Hanya kemudian, karena emosi usia muda belum stabil maka usia ini sangat rentan terhadap perilaku kemaksiatan. Hal ini menjadi tantangan bagi kaum muda agar bisa mengendalikan hawa nafsu sehingga bisa selau menjaga ketakwaan kepada Allah swt. Dalam satu hadits diriwayatkan:


عن أبي هريرة رضي الله عنه قال، قَالَ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : سَبْعَةٌ يُظِلُّهُمْ اللَّهُ، فِي ظِلِّهِ، يَوْمَ لاَ ظِلَّ إِلاَّ ظِلُّهُ، اْلإِمَامُ الْعَادِلُ، وَشَابٌّ نَشَأَ فِي عِبَادَةِ اللهِ، وَرَجُلٌ قَلْبُهُ مُعَلَّقٌ فِي الْمَسَاجِدِ، وَرَجُلَانِ تَحَابَّا فِي اللَّهِ، اجْتَمَعَا عَلَيْهِ، وَتَفَرَّقَا عَلَيْهِ، وَرَجُلٌ طَلَبَتْهُ امْرَأَةٌ ذَاتُ مَنْصِبٍ، وَجَمَالٍ، فَقَالَ إِنِّي أَخَافُ اللَّهَ، وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ فأَخْفَاها، حَتَّى لاَ تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ، وَرَجُلٌ ذَكَرَ اللَّهَ خَالِيًا، فَفَاضَتْ عَيْنَاه  


Artinya: Ada tujuh golongan yang akan mendapat naungan Allah swt pada hari tidak ada naungan kecuali milik-Nya (hari kiamat), yaitu; Imam yang adil, pemuda yang hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah, seorang  yang hatinya terikat dengan masjid, dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya berkumpul karena Allah dan berpisah karena Allah, seorang laki-laki yang diajak wanita yang kaya dan cantik  untuk berzina, maka laki-laki itu berkata: Aku takut kepada Allah, orang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi sampai tangan kirinya tidak tahu apa yang dilakukan tangan kanannya, seorang yang berdzikir kepada Allah sendirian sehingga matanya meneteskan air mata (HR Al-Bukhari).    


Hadits di atas memposisikan sosok pemuda pada urutan kedua setelah pemimpin adil sebagai kelompok yang akan mendapatkan pertolongan Allah kelak di hari kiamat. Ini menunjukkan Islam sangat mengapresiasi seorang Muslim yang masa mudanya digunakan untuk beribadah, padahal usia muda merupakan fase banyak godaan untuk bermaksiat karena dorongan nafsu dalam jiwa begitu kuat (Ibnu Hajar, Fathul Bari, juz III, halaman 126).  


Islam bisa besar seperti sekarang ini juga tidak lepas dari jasa para pemuda, sebab salah satu faktor penting kesuksesan Nabi Muhammad berdakwah karena beliau mendapat dukungan sosok-sosok sahabat yang didominasi dari kaum muda. 


Nama-nama sahabat utama seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Zubair bin ‘Awwam, Abi Ubaidah, Mush’ab bin Umair, Sa’ad bin Abi Waqash, Abdurrahman bin Auf, Khalid bin Walid, semuanya dari kalangan pemuda.   


Dari kisah perjuangan para pemuda di zaman Rasulullah saw yang menjadi wasilah suksesnya dakwah Islam ke penjuru dunia, hingga perjuangan para pemuda Nusantara yang melawan kolonial dan memperjuangkan kemerdekaan bangsa, menjadi bukti bahwa peran para pemuda mewarnai sejarah yang gemilang. Salah satu bukti konkret dari peran pemuda tanah air adalah lahirnya “Sumpah Pemuda”.


Maka dari itu, kita sebagai generasi sekarang yang mengemban amanah sebagai penerus bangsa dan penerus para ulama, harus selalu menjadi pribadi yang baik, unggul dan berprestasi. Karena untuk mengubah orang lain dan masyarakat, kita  harus mengubah diri pribadi terlebih dahulu.