• logo nu online
Home Warta Syiar Bahtsul Masail Keislaman Khutbah Teras Kiai Pernik Kiai Menjawab Pendidikan Opini Literasi Mitra Pemerintahan Ekonomi Tokoh Seni Budaya Lainnya
Selasa, 23 April 2024

Warta

Tingkatkan Kualitas Santri, Pesantren Misbahul Munir As-Suhaili Hadirkan Konsep Santripreneurship

Tingkatkan Kualitas Santri, Pesantren Misbahul Munir As-Suhaili Hadirkan Konsep Santripreneurship
Santriprenership di Pesanren Misbahul Munir As Suhaili Lampung Tengah (Foto: Istimewa)
Santriprenership di Pesanren Misbahul Munir As Suhaili Lampung Tengah (Foto: Istimewa)

Lampung Tengah, NU Online Lampung

Pengasuh Pesantren Misbahul Munir As-Suhaili Purwodadi, Bangun Rejo, Lampung Tengah, KH Rohimin Al-’Asror bertekad menghilangkan kesan bahwa santri dianggap kuno karena kegiatan sehari-harinya hanya terbatas dengan pengetahuan agama, melalui penerapan konsep santripreneurship. 


“Pesantren saat ini harus ikut berkembang seiring majunya zaman. Pesantren bukan hanya sebagai pusat kajian keagamaan, namun juga harus menjadi tempat membangun kemampuan santri dalam menghadapi kehidupan setelah lulus dari pesantren,” ujarnya dalam multaqo (forum diskusi) konsep santripreneurship, Kamis (6/10/2022). 


Lebih lanjut ia mengatakan selain mengaji, santri harus produktif. Ia juga menginginkan alumni pesantren Misbahul Munir As-Suhaili dapat berperan aktif dalam masyarakat, baik sebagai seorang cendekiawan maupun pengusaha. 


“Saya juga berharap para alumni dapat menjadi cermin kehidupan pesantren yang lengkap dan unggul di segala bidang. Alumni pesantren itu harus khoirunnas anfa’uhum linnas (sebaik-baik manusia, ialah yang bermanfaat bagi orang lain),” ungkapnya.


Pada forum tersebut, pesantren mengundang narasumber yang telah sukses memimpin pesantrennya menjadi tempat pendidikan agama dan pendidikan wirausaha, yakni Pengasuh Pesantren Fathul Ulum Jombang Jawa Timur, KH Ahmad Habibul Amin. 


KH Ahmad Habibul Amin dalam pemaparannya mengatakan, awal mula mendirikan pesantren berbasis entrepreneur. Ia ingin menjawab keraguan masyarakat terhadap lulusan pesantren dengan menghasilkan lulusan santri yang mengerti dengan dunia usaha ataupun bisnis.


“Pesantren entrepreneur juga sebagai bentuk upaya pesantren dalam mengakomodir minat dan kemampuan santri dalam berwirausaha. Agar santri yang belajar dapat mengembangkan bakatnya dengan maksimal,” ujarnya.


Lebih lanjut ia mengatakan supaya keraguan wali santri terhadap output pesantren itu hilang. Ia juga membatasi jumlah santri yang mondok di pesantrennya, jumlah santri yang ideal juga berpengaruh dalam keberhasilan pendidikan pesantren berbasis wirausaha. Sejauh ini, jumlah santri yang ada di pesantrennya hanya 300 santri. 


“Santri belajar berwirausaha di beberapa jenis pekerjaan di antaranya pertanian, peternakan, garment, bakery, dan advertising,” ungkapnya.

(Ulil Hidayat)
 


Warta Terbaru